pendahuluan scabies



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1     Latar belakang
Scabies kurang diperhatikan oleh para santri. Mereka menganggap  kebiasaan mereka dalam menjaga kebersihan diri sudah cukup dan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan khususnya penyakit kulit. Jumlah peningkatan akibat penyakit kulit mencapai 15% diantaranya jarang mandi, serta 42% akibat sering berganti pakaian dengan teman (Anonymous, 2008).
Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku  dapat bersifat langsung  maupun  melalui perantara sikap, untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (perilaku) di perlukan faktor pendukung/kondisi yang memungkinkan. Dari tersedianya sarana sampai tingkat pengetahuan dan pendidikan kesehatan seseorang akan mempengaruhui sikapnya (Anonymous, 2008).
Secara umum keadaan lingkungan di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso kurang mendukung. Keadaan tersebut bisa dilihat dari ruangan yang sempit, kasur yang ditumpuk jadi 1 dalam setiap kamar, dan lingkungan yang kotor. Begitu juga untuk kamar mandi yang dipakai hanya menggunakan satu bak mandi besar untuk seluruh santri putri, dan sumber air yang digunakan di pondok pesantren ini hanya dari satu sumber.
Insiden skabies dinegara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Amiruddin dkk, dalam penelitian scabies di rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya, menemukan insidens penderita scabies adalah 2,7 %  (Harahap, 2000).
Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit scabies dalam masyarakat di seluruh Indonesia pada tahun 1996 adalah 4,6%-12,95% dan skabies menduduki peringkat ketiga sebagai penyakit kulit tersering. Pada tahun 2004, prevalensi skabies naik menjadi 40,78% (Anonymous, 2011).
Menurut data puskesmas Tenggarang pada bulan April hingga Mei 2013 santri di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso yang menderita scabies adalah sebanyak 22 orang. Dan menurut catatan politren santri dari bulan Januari sampai dengan Desember 2012 berjumlah 90 orang. Sedangkan pada bulan Januari sampai Mei 2013 di dapatkan data 80 orang santri yang menderita scabies.
Sedangkan menurut data pengkajian dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 23 Mei 2013  di Pondok Pesantren Putri Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso didapatkan data 25 santri yang mengalami scabies pada bulan Mei 2013.
Scabies penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau yang bernama sarcoptes scabiei. Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat dibawah lensa mikroskop, yang hidup didalam jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang bentuknya memanjang dimalam hari. Itu sebabnya rasa gatal makin menjadi-jadi dimalam hari, sehingga membuat orang sulit tidur. Tempat-tempat yang menjadi favorit bagi sarcoptes scabei tinggal adalah daerah-daerah lipatan kulit, seperti telapak tangan, kaki, selakangan, lipatan paha, lipatan perut, ketiak dan daerah vital. Bila scabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang di serang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiscabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering (Harahap, 2000).
Dengan angka kejadian scabies yang relatif banyak di Pondok Pesantren Putri Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso, Puskesmas Tenggarang memberikan pengobatan terhadap santri yang menderita scabies. Tetapi setelah dilakukan pengobatan berulang kali scabies masih sering terjadi, bahkan angka kejadian semakin bertambah. Dilihat dari angka kejadian yang semakin meningkat, peneliti menyarankan petugas kesehatan yang ada dipuskesmas untuk melakukan penyuluhan, penyebaran leaflet, dan menempel sejumlah brosur mengenai scabies, cara penularan, pencegahan, serta pengobatannya kepada santri putri Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
1.2     Rumusan masalah
“Adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang scabies dengan perilaku kebersihan diri santri putri di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso?”
1.3     Tujuan penelitian
1.3.1   Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang penyakit scabies dengan perilaku kebersihan diri santri putri di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
1.3.2   Tujuan khusus
1.      Mengidentifikasi tingkat pengetahuan santri putri tentang penyakit scabies di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
2.      Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri santri putri di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
3.      Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan santri putri tentang penyakit scabies dengan perilaku kebersihan santri di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten  Bondowoso.
1.4     Manfaat penelitian
1.4.1   Ilmu keperawatan
Dapat di gunakan sebagai modifikasi intervensi pada keperawatan komunitas.
1.4.2   Tenaga kesehatan
Dapat digunakan sebagai motivasi untuk melakukan pencegahan yang lebih baik supaya angka kejadian scabies dapat berkurang.
1.4.3   Responden
Dapat meningkatkan pengetahuan santri tentang scabies dan mampu  memperbaiki perilaku kebersihan diri terutama dalam pencegahan penyakit menular scabies.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kesimpulan

sectio caesarea

konsep hipertensi