konsep tingkat stress



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stres
2.1.1       Pengertian Stres
                                                Stres adalah suatu respon umum non spesifik terhadap tuntutan fisik ataupun emosional,baik dari dalam lingkungan maupun dari luar lingkungan (Soewondo, 1993).
Stres adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi maupun perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan untuk memenuhi tuntutan tersebut dalam jangka waktu tertentu (Agus M Harjana, 1994).
Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari (David Hager dan Linda C. 1999).
Stres adalah persepsi kita terhadap situasi dan kondisi dalam lingkungan kita sendiri.stres sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Dengan mengesampingkan berbagai sudut pandang (mental, emosional, fisik dan spiritual) yang dipakai mengatasi stres (National safety Council, 2004).
Seyle mendefinisikan stres stres sebagai reaksi non spesifik tubuh terhadap beberapa tuntutan yang melebihi dari kemampuannya (Babang tarupolo, 2002).
                                    Menurut Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stres sebagai suatu hubungan antara seseorang dan lingkungannya yang dianggapnya melampaui kemampuan dirinya dan mengancam kesejahteraan hidupnya.
Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Soeharto Heerdjan, 1987).
Menurut Agus M (1994) adalah tanggapan menyeluruh dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang datang padanya.
Menurut David A (1990) stres adalah respon otomatis dari tubuh,termasuk pikiran sampai pada perubahan-perubahan, tantangan-tantangan, dan tuntutan lain yang kita temui dalam setiap bagian kehidupan sehari-hari.
Menurut Maramis, 1999 Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita.
Menurut Vincent Cornell, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut.
Stres juga dapat berarti respon fisiologi, psikologi dan perilaku dari seseorang dalam upaya untuk menyesuaikan dari tekanan baik secara internal maupun eksternal (Laurentius Penggabean, 2003).
Dadang Hawari, 2001 mengemukakan Stress adalah reaksi / respons tubuh terhadap stressor psikososial ( tekanan mental / beban kehidupan ). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres, konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu system ( WHO, 2003).
                        Secara umum yang dimaksud Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain.
2.1.2    Menurut Dede Rahmat Hidayat (2009),Sumber-Sumber Stres
                        1.         Stressor fisik
a.    Suhu (Panas dan Dingin)
b.    Suara bising
c.    Polusi udara
d.    Keracunan
e.    Obat-obatan (bahan kimiawi)
                                    2.         Stressor Sosial
a. Stressor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi yang tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan tekhnologi yang cepat, kejahatan.
b.    Keluarga Misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota keluarga,masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan pasangan atau anggota keluarga yang lain.
c.    Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman,hubungan yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan kerja.
                                    d. Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan sosial yang terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan sosial yang buruk.
   3.         Stressor Psikologis
a.    Frustasi
adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada hambatan.
b.    Ketidakpastian
apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti mengenal masa depan atau pekerjaannya atau merasa selalu bingung dan tertekan,rasa bersalah,perasaan khawatir dan inferior.
2.1.3    Menurut Dede Rahmat Hidayat (2009), Tanda Dan gejala Stres adalah sebagai berikut:
                        1.      Gejala fisik                    
                                 a.       Nyeri dada
b.       Diare selama beberapa hari
c.       Sakit kepala
d.      Mual
e.       Jantung Berdebar
f.       Lelah
g.       Sulit untuk tidur
             2.     Gejala Psikis
                                 a.       Mudah marah
                                 b.       Mudah tersinggung
                                  c.       Ingatan melemah
                                  d.      Tidak mampu berkonsentrasi
                                  e.       Tidak mampu menyelesaikan tugas
                                  f.       Perilaku impulsif
                                  g.       Reaksi berlebihan terhadap hal spele
h.       Tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain dan emosi tidak terkendali.




2.1.4    Tingkatan stres menurut stuart dan sundeen (1998) yaitu :
                        a.         Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
                        b.         Stres Sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
                        c.         Stres Berat
Pada tingkat stres ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain,semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres,individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.
Menurut prosesnya setiap orang dalam menghadapi stress memiliki respon yang berbeda-beda, tapi secara umum respon terhadap stress memiliki beberapa tingkat, yaitu :
a.                    Tingkat Peringatan
Setalah mengetahui ada stress, tubuh akan segera bereaksi. Kecepatan tubuh dalam bereaksi dikenal sebagai alarm stage. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir, maka badab mengeluarkan adrenalin, hormone yang mempercepat katabolisme untuk persiapan menghadapi bahaya yang mengancam. Ditandai dengan denyut jantung bertambah cepat dan otot berkontraksi.
b.                   Tingkat Resistensi
Pada tingkat ini individu berada pada mekanisme bertahan biasa disebut Coping mechanism. Coping berarti kegiatan unutuk mengatasi masalah, misalnya rasa kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang diatasi dengan sikap ramah.
c.                    Tingkat Ketelitian ( Exhausted )
Jika stress berlangsung lama, akan memasuki tingkat ketiga, tubuh tidak lagi mempunyai senjata untuk melawan stress. Fisik dan pikiran sudah lelah, sehingga tidak tahan membendung stress. Pada keadaan ini orang biasanya jatuh sakit. Gejalanya psikosomatis, antara lain gangguan pencernaan, mual, muntah, diare, gatal-gatal, dan berbagai bentuk gangguan lain.


2.1.5    Tahapan Stres menurut Van Amberg (1996), memiliki enam tahapan, yaitu :
                        1.         Stres Tingkat I (satu)
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan,dan biasanya disertai perasaan-perasaan sebagai berikut :
a.                  Semangat besar.
b.                  Penglihatan tajam tidak sebagaimna biasanya.
c.                  Energi dan gugup berlebihan,kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
d.         Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat,tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
2.         Stres Tingkat II (Dua)
Pada tahap ini dampak stres yang “menyenangkan” mulai menghilang dan mulai timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.keluhan yang sering dikemukakan adalah sebagai berikut :
a.                  Merasa letih sewaktu bangun pagi.
b.                  Merasa letih sesudah makn siang atau menjelang sore hari.
c.                  Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus,perut kembung),kadang-kadang pula jantung berdebar-debar.
d.                 Perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk (belakang leher).
e.                  Perasaan tidak santai.
3.         Stres tingakat III (Tiga)
Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai gejala sebagai berikut :
a.                  Gangguan usus lebih terasa.
b.                  Otot-otot terasa lebih tegang.
c.                  Perasaan tegang yang semakin meningkat.
d.                 Gangguan tidur (sulit tidur, sering terbangun malam dan sulit tidur kembali, atau bangun terlalu pagi).
e.                  Badan terasa seperti mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan).
f.                   Pada tahap ini eksekutif sudah harus berkonsultasi pada dokter, psikolog, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi guna memulihkan suplai energi.



4.         Stres Tingkat IV (Empat)
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk ditandai dengan gejala sebagai berikut :
a.                  Untuk bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.
b.                  Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini tersa sulit.
c.                  Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
d.                 Tidur semakin sulit, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari.
e.                  Perasaan negativistik.
f.                   Kemampuan konsentrasi menurun tajam.
g.                  Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan.
5.         Stres tingkat V (lima)                
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap IV, dengan gejala sebagai berikut :
a.                  Keletihan yang mendalam.
b.                  Terasa kurang mampu menyelesaikan pekerjaan yang sederhana.
c.                  Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus), sulit buang air besar ataupun sebaliknya.
d.                 Perasaan takut yang semakin menjadi (panik).

6.         Stres tingkat VI (Enam)
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang eksekutif dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahap ini cukup mengerikan, seperti berikut :
a.                  Debaran jantung terasa amat keras,hal ini disebabkan karena zat adrenalin yang dikeluarkan karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
b.                  Sesak nafas.
c.                  Badan gemetar
d.                 Tubuh dingin
e.                  Diaforesis
f.                   Pingsan atau collaps.
2.1.6         Reaksi Tubuh terhadap Stress
Menurut Dadang Hawari ( 2001 ) dapat mengenai hamper semua system tubuh, seperti berikut :
a.         Rambut
            Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecokelat-cokelatan serta kusam. Rambut memutih terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.


b.        Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.         Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging ( tinnitus ).
d.        Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
e.         Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan ( tic facialis ).
f.         Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme ( muscle cramps ) sehingga serasa “tercekik”.


g.        Kulit
Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam ; pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria ( biduran ), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat ( acne ) berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat ( basah ).
h.        Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada ( otot-otot antartulang iga ) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastic sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stress juga dapat memicu timbulnya penyakit asma ( asthma bronchiale ) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga mengalami spasme.


i.          Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stress. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar ( dilatation ) atau menyempit ( constriction ) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
j.          Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya.  Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan perih, hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan ( hyperacidity ). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k.        Sistem Perkemihan
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis ( diabetes mellitus ).


l.          Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang ( musculoskeletal ). Penderita sering mengeluh otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
m.      Sistem Endokrin ( hormone )
Gangguan pada sistem endokrin ( hormonal ) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis ( diabetes mellitus ), gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit ( dysmenorrhoe ).
2.1.7         Respon Fisiologi terhadap Stres
Hans Selye ( 1946, 1976 ) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress: Local Adaptation Syndrome ( LAS ) dan General Adaptation Syndrome ( GAS ).
1.                   Local Adaption Syndrome ( LAS )
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :                  
1.                  Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
2.                   Respon bersifat adaptif
3.                  Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4.                   Respon bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
A.                 Respon Inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
a)                    Fase pertama
Adanya perubahan sel dan sistem sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah di tempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leukosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
b)                   Fase kedua
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan di tempat cedera.
c)                    Fase ketiga
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
B.                  Respon Reflek Nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
2.                   Genereal Adaption Syndrome ( GAS )
Terbagi atas tiga fase, yaitu :
a.                    Fase Alarm ( Waspada )
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.


b.                   Fase Resistance ( Melawan )
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress.
Bila teratasi gejala stress menurun àtau normal, tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac output. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c.                    Fase Exhaustion ( Kelelahan )
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stress. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
Ada empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stress ( Papero, 1997 ), yaitu :
1.                  Kontrol yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stressor yang mengurangi intensitas respons stress.
2.                  Prediktabilitas yaitu stressor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stress yang tidak begitu berat dibandingkan stressor yang tidak dapat diprediksi.
3.                  Persepsi yaitu pandangan individu tentang dunia dan persepsi stressor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stress.
4.                  Respons koping yaitu ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres.

2.1.8    Patofisiologi Stres
                        Proses terjadinya stres merupakan hal yang kompleks dan melibatkan hubungan perasaan dan tubuh manusia.informasi dari lingkungan diproses melalui dua mekanisme dasar, yaitu :
1.                   Mekanisme Subkonsius (autonomic nervus system)
Mekanisme ini merupakan refleks fisik dan emosional yang bekerja untuk mempersiapkan tubuh terhadap segala aksi potensial yang mungkin diperlukan.persiapan tubuh ini berdiri sendiri atau terpisah dari aksi akhir (Yosep, 2007).
2.                   Mekanisme Konsius
Mekanisme Volunter berupa persepsi,evaluasi,dan pembuatan keputusan. Mekanisme ini memiliki peran untuk menentukan apakah stressor yang timbul diperlukan dan berguna atau tidak dan menimbulkan sesuatu yang buruk atau tidak.aksi atau respon itu sendiri adalah konsius da dapat timbul hanya apabila kita dapat melihat dan mengevaluasi situasi (Yosep, 2007).
Respon terhadap stres berupa tekanan fisik selanjutnya dapat ditimbulkan oleh konsius, aksi volunter atau subkonsius, aktifasi involunter yang menjaga tubuh dalam keadaan tetap siaga (Yosep, 2007).

Stres fisik atau emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian dari sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak.respon emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi daro forebrain. Respon neurologis dari amygdala di transmisikan dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (Corticotropin-releasing-faktor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya menstimulasi kelenjar adrenal, suatu kelenjar kecil yang berada di atas ginjal (Farrer, H.1999).
Kelenjar adrenal berisi dua daerah yang berbeda, bagian dalam atau medulla yang mensekresi adrenalin (epinefrin) dan non adrenalin (non epinefrin) dan lapisan luar atau korteks yang mensekresi kortikosteroid mineral (aldosteron) dan glukokortikoid (kortisol). Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk merangsang respon yang segera terhadap stres. Sistem otonom diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh.sistem simpatis bertanggung jawab terhadap adanya stimulasi atau stress.reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang cepat, penurunan aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung,perlambatan pernafasan, meningkatkan aktivitas gastrointestinal (Farrer, H. 1999).
2.1.9             Pengukuran Tingkat Stres
Tingkatan stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stress yang dialami seseorang ( Hardjana, 1994 ). Tingkatan stress ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 ( DASS 42 ) oleh Lovibond & Lovibond ( 1995 ). Psychometric Properties of The Depression AnxietyStress Scale 42 ( DASS ) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan, dan stress. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stress. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian.
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression AnxietyStress Scale 42 ( DASS ) terdiri dari 42 item yang dimodifikasi dengan penambahan item menjadi 49 item, penambahannya dari item 43-49 yang mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi / psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 ( normal ) ; 30-59 ( ringan ) ; 60-89 ( sedang ) ; 90-119 ( berat ) ; >120 ( Sangat berat ).
No

PERNYATAAN

0
1
2
3
1
Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.




2
Saya merasa bibir saya sering kering.




3
Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.




4
Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).




5
Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.




6
Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.




7
Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).




8
Saya merasa sulit untuk bersantai.




9
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.




10
Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan.




11
Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.




12
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas.




13
Saya merasasedih dan tertekan.




14
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).




15
Saya merasa lemas seperti mau pingsan.




16
Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.




17
Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia.




18
Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.




19
Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.




20
Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.




21
Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.




22
Saya merasa sulit untuk beristirahat.










No

PERNYATAAN

0
1
2
3
23
Saya mengalami kesulitan dalam menelan.




24
Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan.




25
Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah).




26
Saya merasaputus asa dan sedih.




27
Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.




28
Saya merasa saya hampirpanik.




29
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.




30
Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.




31
Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.




32
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.




33
Saya sedang merasa gelisah.




34
Saya merasa bahwa saya tidak berharga.




35
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.




36
Saya merasa sangat ketakutan.




37
Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.




38
Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.




39
Saya menemukan diri saya mudah gelisah.




40
Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.




41
Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).




42
Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu.




           



                            Keterangan :
0     :            Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak
pernah.
1     :           Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu,atau
                   kadang- kadang.
2     :            Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat  
                   dipertimbangkan, atau lumayan Sering.
3      :           Sangat sesuai dengan saya atau sering sekali.
2.1.10              Manajemen stress
Manajemen stress merupakan upaya mengelola stress dengan baik, bertujuan untuk mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ke tahap yang paling berat.
Menurut Atwater (1963) cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi stress adalah dengan mereduksi, yaitu mengurangi tingkat stress dan mengelolanya. Cara yang dilakukan umumnya adalah :
1.      Mekanisme Pertahanan Diri (Self Defence Mechanism)
Proses psikologis yang termotivasi secara defensive. Mekanisme pertahanan diri terjadi secara otomatis dan dilakukan secara tidak disadari untuk menjadi cara mengurangi stress. Contoh mekanisme pertahanan diri adalah repressi (menekan ingatan ke alam tak sadar), rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, fantasi, dan sebagainya.

2.      Mekanisme Pengendalian Diri (Coping Machanism)
Mekanisme ini merupakan cara yang digunakan untuk deradaptasi terhadap stress. Di dalamnya mencakup kemampuan individu untuk menghadapi stress, pengubahan tingkah laku sehingga menjadi lebih adaptif, mengubah cara berpikir dan bertindak.
Sementara untuk mengelola stress beberapa langkah yang harus dilakukan menurut Soewondo (1993) dan Hawari (1996) adalah sebagai berikut :
1.      Menyadari tentang adanya stress
2.      Mengatur kebiasaan makan dan berolahraga
a.       Makanan
Makan secara teratur mengonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi.Menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.
b.      Olahraga
Olahraga yang teratur adalah salah satu cara daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit.Olahraga yang sederhana sepeti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus sampai berjam-jam.Seusai berolahraga, diamkan tubuh yang berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.
3.                  Mengubah Respon terhadap Stress
a.       Menanggulangi dengan berbagai terapi tingkah laku seperti dengan relaksasi, terapi fisiologis dengan biofeedback dan yoga.
b.      Melakukan meditasi, pertemuan kelompok dan konseling.
4.                   Istirahat dan Tidur
            Isirahat dan tidur merupakan obat yang terbaik dalam mengatasi stress karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugara tubuh. Tidur yang cukup juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak.Usahakan dapat tidur 7-8 jam semalam minimal empat malam dalam seminggu.
5.                  Mempersiapkan dan mengorganisasi pekerjaan dengan lebih baik.
a.       Melakukan rekreasi
b.      Berhenti merokok.
       Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stress karena dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.


c.       Menghindari minuman keras.
       Minuman keras merupakan factor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stress.Dengan menghindari minuman keras, individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung akohol.
6.                   Menjaga Berat Badan
            Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus) merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stress. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stress.
7.                   Mengembangkan pergaulan yang sehat
            Sebagai pribadi individu memerlukan orang lain untuk dapat berbagai pikiran dan perasaan dengan seseorang yang dapat dipercaya, perbanyak bergaul, dan jangan menarik diri.
8.                   Mengatur waktu dengan tepat
            Pengaturan waktu antara bekerja, keluarga, rekreasi, dan ibadah harus efisien, jangan menunda pekerjaan.


9.                   Rekreasi
            Luangkan waktu untuk rekreasi dengan keluarga atau teman, hal ini berguna untuk memulihkan ketahanan fisik maupun mental.
10.               Mendekatkan diri kepada Tuhan
            Usahakan sediakan waktu untuk mencari ketenangan melalui do’a dan shalat sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.Kasih sayang dari segi kejiwaan adalah hal yang fundamental bagi kesehatan jiwa seseorang. Berdasarkan penelitian, kehidupan keluarga merupakan hal yang paling dominan bagi menurunnya daya tahan seseorang terhadap stress (80%).

2.2       Konsep Motivasi Kerja
2.2.1     Pengertian Motivasi Kerja
Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Malayu S.P Hasibuan, 2006). Pada dasarnya seorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan orang yang lain berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di dalam  bekerja.
Menurut Vroom dalam Ngalim Purwanto (2006), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki.Kemudian John P. Campbell, dkk mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah tersebut mencakup sejumlah konsep dorongan (drive), kebutuhan (need),rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.
          Menurut Nancy Stevenson (2001), motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon.
          Sedangkan menurut Sarwono, S.W. (2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.
          Motivasi merupakan suatu kondisi internal yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku, terdorong ke arah tertentu, dan membuatnya melakukan aktivitas tertentu secara tetap (Elliot, Cook, & Travers, 2000).
          Motivasi adalah proses managemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai “apa yang membuat orang tergerak” (Stoner & Freeman, 1995).
Sedangkan menurut Stanford (dalam buku Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2010) membagi tiga poin penting dalam pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan.Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang dirasakan kurang oleh seseorang, baik bersifat fisiologis ataupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari suatu siklus motivasi
Menurut Ngalim Purwanto, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu:
1).   Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2).   Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3). Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reniforce) intensitas, dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. (2006).


Berdasarkan beberapa definisi dan komponen pokok diatas dapat dirumuskan motivasi merupakan daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan.
Menurut Hamzah B. (2008), kerja adalah sebagai
1).  Aktivitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia.
2).     Kerja itu memberikan status, dan mengikat seseorang kepada individu lain dan masyarakat,
3).     Pada umumnya wanita atau pria menyukai pekerjaan
4).    Moral pekerja dan pegawai itu banyak tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik maupun materiil dari pekerjaan,
Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga.
2.2.2        Teori-teori Motivasi
                                    Menurut Agus kuntoro (2010) ada 4 teori motivasi yaitu :
1.                   Teori Kebutuhan
a.                  Memfokuskan pada yang dibutuhkan orang untuk hidup berkecukupan.
b.                  Seseorang mempunyai motivasi kalau ia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya, kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator.
c.                  Yang termasuk dalam teori kebutuhan adalah :
1)                   Teori Hirarki Kebutuhan
a)        Individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat.
b)        Fisiologi – Rasa Aman dan Nyaman – Dicintai dan Mencintai – Harga Diri – Aktualisasi Diri.
2)                   Teori ERG
a)        Orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (kebutuhan mendasar atau fisiologis dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (hubungan antar pribadi) dan kebutuhan pertumbuhan (kreatifitas pribadi).
b)        Jika kebutuhan yang lebih tinggi menaglami kekecewaan, maka yang lebih rendah akan muncul kembali walaupun sudah terpuaskan.
c)        Teori tiga macam kebutuhan. John W Atkinson, dorongan yang mendasar dalam diri orang yang termotivasi adalah ; kebutuhan untuk mencapai prestasi, kebutuhan kekuatan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
2.                   Teori keadilan
a.                  Faktor utama dalam motivasi adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima.
b.                  Individu akan termotivasi kalau mereka mengalami atau menerima kepuasan dari upaya dan usaha mereka.
3.                   Teori Harapan
a.                  Harapan hasil prestasi, individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku
b.                  Valensi, hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai kekuatan untuk memotivasi yang ebrvariasi pada satu individu.
c.                  Harapan prestasi usaha, harapan orang mengenai seberapa sulit untuk melaksanakan tugas secara berhasil dan mempengaruhi keputusan tingkah laku.
4.                   Teori penguatan
Rangsangan, respon, konsekuensi, dan respon masa depan.




2.2.3    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Wursanto (2000), motivasi timbul karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia (Internal) dan faktor dari luar diri manusia (eksternal).
1.                  Faktor dari dalam diri manusia (motivasi internal) berupa :
a.                    Sikap
b.                   Pendidikan
c.                    Kepribadian
d.                   Pengalaman
e.                    Pengetahuan
f.                    Cita-cita
2.                  Faktordari luar diri manusia (motivasi ekternal) berupa :
a.                  Gaya kepemimpinan atasan
b.                  Dorongan atau bimbingan seseorang
c.                  Perkembangan situasi.
2.2.4    Jenis-jenis Motivasi
Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya. Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang satu sama lain memberi warna terhadap aktivitas manusia.Danim (2001), menyatakan bahwa motivasi yang diberikan digolongkan menjadiempat bagian:
1.      Motivasi Positif
Motivasi positif adalah proses pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal itu diarahkan pada usaha mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya.
2.      Motivasi Negatif
Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa takut. Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai tujuan.
3.      Motivasi dari Dalam
Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia menjalankan tugaas -tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja iu sendiri.
4.      Motivasi dari luar
Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.
2.2.5    Tujuan Motivasi Kerja
Tingkah laku bawahan dalam suatu organisasi seperti sekolah pada dasarnya berorientasi pada tugas. Maksudnya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untukmelakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Ngalim Purwanto, 2006).
Sedangkan  tujuan motivasi dalam Malayu S. P. Hasibuan (2006) mengungkapkan bahwa:
1).        Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2).        Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3).        Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4).        Meningkatkan kedisiplinan absensi karyawan.
5).        Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6).        Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7).        Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8).        Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9).        Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.







2.2.6       Fungsi Motivasi Kerja
Menurut Sardiman (2007) terdapat tiga fungsi motivasi, yaitu:
1).   Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2).   Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3). Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagitujuan tersebut.
2.2.7    Pentingnya Motivasi Kerja
                   Menurut Ishak (2003) mengemukakan bahwa pentingnya motivasi adalah sebagai berikut:
a.         Rasa hormat (respect)
yaitu memberikan rasa hormat dan penghargaan secara adil. Namun adil bukan berarti sama rata. Seperti dalam hal prestasi kerja, atasan tidak mungkin memberikan penghargaan pada semua orang. Memberikan penghargaan berdasarkan prestasi, kepangkatan, pengalaman, dan sebagainya.


b.        Informasi
yaitu dengan memberikan informasi kepada pegawai mengenai aktivitas organisasi, terutama tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
c.         Perilaku
Usahakanlah mengubah perilaku sesuai dengan harapan bawahan. Dengan demikian ia mampu membuat pegawai berperilaku atau berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi.
d.        Hukuman
Berikan hukuman kepada karyawan yang bersalah diruang yang terpisah, jangan menghukum di depan pegawai lain karena dapat menimbulkan frustasi dan merendahkan martabat.
e.         Perasaan
Tanpa mengetahui bagaimana harapan karyawan dan perasaan apa yang ada dalam diri mereka, sangat sulit bagi pimpinan untuk memotivasi bawahan. Perasaan dimaksud seperti rasa memiliki, rasa partisipasi, rasa bersahabat, rasa diterima dalam kelompok, dan rasa mencapai prestasi.





2.2.8    Cara Memotivasi
            Menurut Sunaryo (2004), ada beberapa cara yang dapat ditetapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :
a.                  Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b.                  Memotivasi dengan bujukan (motifating by enticement), yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang member motivasi.
c.                  Memotivasi dengan identifikasi (motifating by identification or ego-involvement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatukarena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.
Motivasi kerja bagi tenaga perawat merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kualitas kerja di rumah sakit.
Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.
Namun demikian, untuk menumbuhkan motivasi kerja perawat, tidak semudah yang di perkirakan. Permasalahannya adalah, pimpinan yang mendorong seorang perawat bekerja sangat bervariasi dan berbeda kapabilitasnya satu dengan lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam satu unit keperawatan, ada perawat yang rajin dan tekun dalam bekerja, sangat produktif dan mempunyai kemampuan tinggi dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan. Sebaliknya ada perawat yang malas, dan kurang memiliki semangat dan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja rendah.
            2.2.9    Instrumen motivasi kerja perawat
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1
Pengawas bertanggung jawab mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif


2
Perawat menginginkan keterampilan yang dimiliki dan kapasitas dirinya digunaan dalam melaksanakan pekerjaannya


3
Kualitas hubungan kerja yang bersifat informal adalah hal yang penting dalam menjalankan pekerjaan perawat


4
Peralatan yang memadai merupakan hal yang penting untuk menunjang pekerjaan perawat


5
Kedekatan hubungan dengan atasan penting bagi perawat


6
Peningkatan gaji secara khusus, diberikan pada perawat yang bekerja dengan baik


7
Perawat ingin memandang dirinya sebagai pemberi asuhan keperawatan yang berkualitas


8
Berupaya melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan dan standar operasional prosedur


9
Perawat ingin memberikan pelayanan yang optimal bagi pekerjaannya


10
Pengawas bertanggung jawab memberikan perhatian pada sarana/fasilitas fisik seperti kamar jaga perawat, meja-kursi kerja


11
Perawat dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah ditetapkan


12
Pemberian insentif yang memuaskan dapat memperbaiki kerja perawat


13
Memperlihatkan semangat kerja yang tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan


14
Perlindungan kerja penting bagi perawat


15
Dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan sumber daya yang tersedia


            Keterangan      :
Ya (Y)            : Apabila saudara setuju
Tidak (T)         : Apabila saudara tidak setuju
Dua alternatif jawaban di atas menurut skala guttman masing-masing diberi nilai : Ya (Y) = 1 sedangkan Tidak (T) = 0, Hasil jawaban responden diberi penilaian berupa prosentase dan klasifiasi sebagai berikut:
Apabila skor mencapai 76% - 100%, maka motivasi kerja perawat dianggap Baik.
Apabila skor mencapai 56% - 75%, maka motivasi kerja perawat dianggap cukup.
Apabila skor mencapai 40% - 55%, maka motivasi kerja perawat dianggap kurang baik.
Apabila skor mencapai <40%, maka motivasi kerja perawat dianggap tidak baik.





2.3         Konsep Perawat
2.3.1    Pengertian perawat
Perawat adalah seseorang yang memberikan pelayanan pembinaan kesehatan yang diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta membantu orang mengatasi dengan cara seunik mungkin, masalah kehidupan sehari-hari, penyakit dan cidera, cacat maupun kematian, pelayanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan sehari-hari Menurut (Wolf, dkk, 1999).
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah sakit. Peranan tenaga perawat didalam melaksanakan tugasnya atau dalam memberikan pelayanan perawatan pada pasien harus mengerti dan memahami pendekatan proses keperawatan yang meliputi empat yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang masing-masing berkesinambungan dan berkaitan satu sama lainnya (Depkes, 1994).





2.4            Kerangka Konsep
Faktor yang mempengaruhi tingkat stres :
1.      Lingkungan
2.      Konflik
3.      Hubungan interpersonal
Tingkat stres
 


                                                                                                                       
 

Ada hubungan
           
Sedang
Berat
Ringan g
                                                                 

Faktor yang mempengaruhi motivasi kerja :
1.      Kepuasan kerja
2.      Kepribadian
3.      Persepsi


MotivasiKerja
Baik
Kurang
Cukup
Tidak ada hubungan
 





                                                                                            
Keterangan :
                                : Di teliti
                                : Tidak di teliti

Gambar 2.1    Kerangka  Konsep  Hubungan Tingkat Stres dengan Motivasi Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum dr.H.Koesnadi Bondowoso









2.5       Hipotesa Penelitian
       Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002).
Interpretasi :
Ho :     Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stress dengan motivasi kerja  perawat instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Ha :     Terdapat Hubungan yang signifikan antara stresss dengan motivasi kerja perawat instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi Bondowoso.
           





Komentar

Postingan populer dari blog ini

kesimpulan

sectio caesarea

konsep hipertensi