konsep tingkat stress
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Konsep Stres
2.1.1
Pengertian Stres
Stres adalah suatu
respon umum non spesifik terhadap tuntutan fisik ataupun emosional,baik dari
dalam lingkungan maupun dari luar lingkungan (Soewondo, 1993).
Stres adalah reaksi seseorang secara
psikologi, fisiologi maupun perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan
antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan untuk memenuhi tuntutan tersebut
dalam jangka waktu tertentu (Agus M Harjana, 1994).
Stres adalah reaksi tubuh terhadap
situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi
hormon adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan
bagian dari kehidupan manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu
seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat
menjawab tantangan hidup sehari-hari (David Hager dan Linda C. 1999).
Stres adalah persepsi kita terhadap
situasi dan kondisi dalam lingkungan kita sendiri.stres sebagai ketidakmampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual
manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia
tersebut. Dengan mengesampingkan berbagai sudut pandang (mental, emosional, fisik
dan spiritual) yang dipakai mengatasi stres (National safety Council, 2004).
Seyle mendefinisikan stres stres sebagai
reaksi non spesifik tubuh terhadap beberapa tuntutan yang melebihi dari
kemampuannya (Babang tarupolo, 2002).
Menurut Lazarus dan Folkman (1984)
mendefinisikan stres sebagai suatu hubungan antara seseorang dan lingkungannya
yang dianggapnya melampaui kemampuan dirinya dan mengancam kesejahteraan
hidupnya.
Stress adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Soeharto
Heerdjan, 1987).
Menurut Agus M (1994) adalah tanggapan
menyeluruh dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang datang padanya.
Menurut David A (1990) stres adalah
respon otomatis dari tubuh,termasuk pikiran sampai pada perubahan-perubahan, tantangan-tantangan,
dan tuntutan lain yang kita temui dalam setiap bagian kehidupan sehari-hari.
Menurut
Maramis, 1999 Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan
karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita.
Menurut
Vincent Cornell, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang
dimaksud Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun
penampilan individu di dalam lingkungan tersebut.
Stres juga dapat berarti respon
fisiologi, psikologi dan perilaku dari seseorang dalam upaya untuk menyesuaikan
dari tekanan baik secara internal maupun eksternal (Laurentius Penggabean, 2003).
Dadang Hawari,
2001 mengemukakan Stress adalah reaksi / respons tubuh terhadap stressor
psikososial ( tekanan mental / beban kehidupan ). Stres dewasa ini digunakan
secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan
subjektif terhadap stres, konteks yang menjembatani pertemuan antara individu
dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu system ( WHO, 2003).
Secara
umum yang dimaksud Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain.
2.1.2 Menurut Dede Rahmat Hidayat (2009),Sumber-Sumber
Stres
1. Stressor
fisik
a. Suhu
(Panas dan Dingin)
b. Suara
bising
c. Polusi
udara
d. Keracunan
e. Obat-obatan
(bahan kimiawi)
2. Stressor Sosial
a. Stressor sosial, ekonomi
dan politik, misalnya tingkat inflasi yang tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak
yang tinggi, perubahan tekhnologi yang cepat, kejahatan.
b. Keluarga
Misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota keluarga,masalah keuangan, perbedaan
gaya hidup dengan pasangan atau anggota keluarga yang lain.
c. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan
teman,hubungan yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan
kerja.
d. Hubungan interpersonal dan
lingkungan, misalnya harapan sosial yang terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan
sosial yang buruk.
3. Stressor
Psikologis
a. Frustasi
adalah
tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada hambatan.
b. Ketidakpastian
apabila
seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti mengenal masa
depan atau pekerjaannya atau merasa selalu bingung dan tertekan,rasa
bersalah,perasaan khawatir dan inferior.
2.1.3 Menurut
Dede Rahmat Hidayat (2009), Tanda Dan gejala Stres adalah sebagai berikut:
1. Gejala fisik
a. Nyeri dada
b. Diare selama beberapa hari
c. Sakit kepala
d. Mual
e. Jantung
Berdebar
f. Lelah
g. Sulit
untuk tidur
2. Gejala
Psikis
a. Mudah marah
b. Mudah tersinggung
c. Ingatan
melemah
d. Tidak
mampu berkonsentrasi
e. Tidak
mampu menyelesaikan tugas
f. Perilaku
impulsif
g. Reaksi
berlebihan terhadap hal spele
h. Tidak tahan terhadap suara atau gangguan
lain dan emosi tidak terkendali.
2.1.4 Tingkatan stres menurut stuart dan sundeen
(1998) yaitu :
a. Stres
Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi
pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi
waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
b. Stres
Sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih
memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga
mempersempit lahan persepsinya.
c. Stres
Berat
Pada tingkat stres ini lahan persepsi
individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal
lain,semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres,individu tersebut mencoba
memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.
Menurut prosesnya setiap orang dalam
menghadapi stress memiliki respon yang berbeda-beda, tapi secara umum respon
terhadap stress memiliki beberapa tingkat, yaitu :
a.
Tingkat Peringatan
Setalah
mengetahui ada stress, tubuh akan segera bereaksi. Kecepatan tubuh dalam
bereaksi dikenal sebagai alarm stage. Apabila ada rasa takut atau cemas atau
khawatir, maka badab mengeluarkan adrenalin, hormone yang mempercepat
katabolisme untuk persiapan menghadapi bahaya yang mengancam. Ditandai dengan
denyut jantung bertambah cepat dan otot berkontraksi.
b.
Tingkat Resistensi
Pada
tingkat ini individu berada pada mekanisme bertahan biasa disebut Coping mechanism. Coping berarti
kegiatan unutuk mengatasi masalah, misalnya rasa kecewa diatasi dengan humor,
rasa tidak senang diatasi dengan sikap ramah.
c.
Tingkat Ketelitian (
Exhausted )
Jika stress berlangsung lama, akan
memasuki tingkat ketiga, tubuh tidak lagi mempunyai senjata untuk melawan
stress. Fisik dan pikiran sudah lelah, sehingga tidak tahan membendung stress.
Pada keadaan ini orang biasanya jatuh sakit. Gejalanya psikosomatis, antara
lain gangguan pencernaan, mual, muntah, diare, gatal-gatal, dan berbagai bentuk
gangguan lain.
2.1.5 Tahapan
Stres menurut Van Amberg (1996), memiliki enam tahapan, yaitu :
1. Stres
Tingkat I (satu)
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang
paling ringan,dan biasanya disertai perasaan-perasaan sebagai berikut :
a.
Semangat besar.
b.
Penglihatan tajam tidak
sebagaimna biasanya.
c.
Energi dan gugup
berlebihan,kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
d. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan
orang lalu bertambah semangat,tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan
energinya sedang menipis.
2. Stres
Tingkat II (Dua)
Pada tahap ini dampak stres yang
“menyenangkan” mulai menghilang dan mulai timbul keluhan-keluhan dikarenakan
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.keluhan yang sering dikemukakan
adalah sebagai berikut :
a.
Merasa letih sewaktu
bangun pagi.
b.
Merasa letih sesudah
makn siang atau menjelang sore hari.
c.
Terkadang gangguan
dalam sistem pencernaan (gangguan usus,perut kembung),kadang-kadang pula
jantung berdebar-debar.
d.
Perasaan tegang pada
otot punggung dan tengkuk (belakang leher).
e.
Perasaan tidak santai.
3. Stres
tingakat III (Tiga)
Pada tahap ini keluhan keletihan semakin
nampak disertai gejala sebagai berikut :
a.
Gangguan usus lebih
terasa.
b.
Otot-otot terasa lebih
tegang.
c.
Perasaan tegang yang
semakin meningkat.
d.
Gangguan tidur (sulit
tidur, sering terbangun malam dan sulit tidur kembali, atau bangun terlalu
pagi).
e.
Badan terasa seperti
mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan).
f.
Pada tahap ini
eksekutif sudah harus berkonsultasi pada dokter, psikolog, kecuali kalau beban
stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk
beristirahat atau relaksasi guna memulihkan suplai energi.
4. Stres Tingkat IV (Empat)
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan
yang lebih buruk ditandai dengan gejala sebagai berikut :
a.
Untuk bertahan
sepanjang hari terasa sangat sulit.
b.
Kegiatan-kegiatan yang
semula menyenangkan kini tersa sulit.
c.
Kehilangan kemampuan
untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya
terasa berat.
d.
Tidur semakin sulit, mimpi-mimpi
menegangkan dan seringkali terbangun dini hari.
e.
Perasaan negativistik.
f.
Kemampuan konsentrasi
menurun tajam.
g.
Perasaan takut yang
tidak dapat dijelaskan.
5. Stres tingkat V (lima)
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih
mendalam dari tahap IV, dengan gejala sebagai berikut :
a.
Keletihan yang
mendalam.
b.
Terasa kurang mampu
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana.
c.
Gangguan sistem
pencernaan (sakit maag dan usus), sulit buang air besar ataupun sebaliknya.
d.
Perasaan takut yang
semakin menjadi (panik).
6. Stres
tingkat VI (Enam)
Tahapan ini merupakan tahapan puncak
yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang eksekutif dalam tahapan ini
dibawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahap ini cukup mengerikan, seperti berikut
:
a.
Debaran jantung terasa
amat keras,hal ini disebabkan karena zat adrenalin yang dikeluarkan karena
stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
b.
Sesak nafas.
c.
Badan gemetar
d.
Tubuh dingin
e.
Diaforesis
f.
Pingsan atau collaps.
2.1.6
Reaksi Tubuh terhadap
Stress
Menurut
Dadang Hawari ( 2001 ) dapat mengenai hamper semua system tubuh, seperti
berikut :
a.
Rambut
Warna rambut yang semula hitam
pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecokelat-cokelatan serta
kusam. Rambut memutih terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan
rambut.
b.
Mata
Ketajaman
mata seringkali terganggu misalnya membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini
disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya
sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.
Telinga
Pendengaran
seringkali terganggu dengan suara berdenging ( tinnitus ).
d.
Daya pikir
Kemampuan
bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan
seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
e.
Ekspresi wajah
Wajah
seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak
santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan ( tic
facialis ).
f.
Mulut
Mulut
dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu
pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme ( muscle
cramps ) sehingga serasa “tercekik”.
g.
Kulit
Pada
orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam ; pada kulit dari
sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain
kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain itu perubahan
kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria ( biduran ), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul
jerawat ( acne ) berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak
tangan dan kaki berkeringat ( basah ).
h.
Sistem Pernafasan
Pernafasan
seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa
berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai
dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan
berat dikarenakan otot-otot rongga dada ( otot-otot antartulang iga ) mengalami
spasme dan tidak atau kurang elastic sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus
mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stress juga dapat memicu
timbulnya penyakit asma ( asthma bronchiale ) disebabkan karena
otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga mengalami spasme.
i.
Sistem Kardiovaskuler
Sistem
jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena
stress. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar ( dilatation
) atau menyempit ( constriction ) sehingga yang bersangkutan nampak
mukanya merah atau pucat.
j.
Sistem Pencernaan
Orang
yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung
terasa kembung, mual dan perih, hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan ( hyperacidity ). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan
pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya
sering diare.
k.
Sistem Perkemihan
Orang
yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu
yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih
sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis ( diabetes mellitus
).
l.
Sistem Otot dan tulang
Stres
dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang ( musculoskeletal
). Penderita sering mengeluh otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal
dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian sering
pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota
tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
”pegal-linu”.
m. Sistem
Endokrin ( hormone )
Gangguan
pada sistem endokrin ( hormonal ) pada mereka yang mengalami stress adalah
kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan
yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis ( diabetes mellitus ),
gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang
tidak teratur dan rasa sakit ( dysmenorrhoe ).
2.1.7
Respon Fisiologi
terhadap Stres
Hans
Selye ( 1946, 1976 ) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh
terhadap stress: Local Adaptation Syndrome ( LAS ) dan General Adaptation
Syndrome ( GAS ).
1.
Local Adaption Syndrome
( LAS )
Tubuh
menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini
termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya,
dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik
dari LAS :
1.
Respon yang terjadi
hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
2.
Respon bersifat adaptif
3.
Respon bersifat jangka
pendek dan tidak terus menerus.
4.
Respon bersifat
restorative.
Sebenarnya respon LAS
ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan
dibawah ini :
A.
Respon Inflamasi
Respon
ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri
hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat
dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam
3 fase :
a)
Fase pertama
Adanya
perubahan sel dan sistem sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah
di tempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel darah
putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein,
leukosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
b)
Fase kedua
Pelepasan
eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain
yang dihasilkan di tempat cedera.
c)
Fase ketiga
Regenerasi
jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
B.
Respon Reflek Nyeri
Respon
ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan
lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
2.
Genereal Adaption
Syndrome ( GAS )
Terbagi
atas tiga fase, yaitu :
a.
Fase Alarm ( Waspada )
Melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda
fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan
gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya
tahan tubuh menurun.
Fase
alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti
pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya
menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan
kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan
adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut
jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2
dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas
hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan
atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila
stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b.
Fase Resistance (
Melawan )
Individu
mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi
fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stress.
Bila
teratasi gejala stress menurun à tau normal, tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac output. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan
memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh
pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c.
Fase Exhaustion ( Kelelahan
)
Merupakan
fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian.
Tahap
ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi
menghadapi stress. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap
stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
Ada
empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stress (
Papero, 1997 ), yaitu :
1.
Kontrol yaitu keyakinan
bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stressor yang mengurangi intensitas
respons stress.
2.
Prediktabilitas yaitu
stressor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stress yang tidak begitu
berat dibandingkan stressor yang tidak dapat diprediksi.
3.
Persepsi yaitu
pandangan individu tentang dunia dan persepsi stressor saat ini dapat
meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stress.
4.
Respons koping yaitu
ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas dapat menambah atau
mengurangi respons stres.
2.1.8 Patofisiologi
Stres
Proses
terjadinya stres merupakan hal yang kompleks dan melibatkan hubungan perasaan
dan tubuh manusia.informasi dari lingkungan diproses melalui dua mekanisme
dasar, yaitu :
1.
Mekanisme Subkonsius
(autonomic nervus system)
Mekanisme ini merupakan refleks fisik
dan emosional yang bekerja untuk mempersiapkan tubuh terhadap segala aksi
potensial yang mungkin diperlukan.persiapan tubuh ini berdiri sendiri atau
terpisah dari aksi akhir (Yosep, 2007).
2.
Mekanisme Konsius
Mekanisme
Volunter berupa persepsi,evaluasi,dan pembuatan keputusan. Mekanisme ini
memiliki peran untuk menentukan apakah stressor yang timbul diperlukan dan
berguna atau tidak dan menimbulkan sesuatu yang buruk atau tidak.aksi atau
respon itu sendiri adalah konsius da dapat timbul hanya apabila kita dapat melihat
dan mengevaluasi situasi (Yosep, 2007).
Respon
terhadap stres berupa tekanan fisik selanjutnya dapat ditimbulkan oleh konsius,
aksi volunter atau subkonsius, aktifasi involunter yang menjaga tubuh dalam
keadaan tetap siaga (Yosep, 2007).
Stres
fisik atau emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian dari sistem
limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak.respon emosional
yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi daro forebrain.
Respon neurologis dari amygdala di transmisikan dan menstimulasi respon
hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (Corticotropin-releasing-faktor) yang
menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) ke dalam
darah. ACTH sebagai gantinya menstimulasi kelenjar adrenal, suatu kelenjar
kecil yang berada di atas ginjal (Farrer, H.1999).
Kelenjar
adrenal berisi dua daerah yang berbeda, bagian dalam atau medulla yang
mensekresi adrenalin (epinefrin) dan non adrenalin (non epinefrin) dan lapisan
luar atau korteks yang mensekresi kortikosteroid mineral (aldosteron) dan
glukokortikoid (kortisol). Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung
pada sistem otonom untuk merangsang respon yang segera terhadap stres. Sistem
otonom diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh.sistem simpatis bertanggung
jawab terhadap adanya stimulasi atau stress.reaksi yang timbul berupa
peningkatan denyut jantung, napas yang cepat, penurunan aktivitas gastrointestinal.
Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat
melalui penurunan denyut jantung,perlambatan pernafasan, meningkatkan aktivitas
gastrointestinal (Farrer, H. 1999).
2.1.9
Pengukuran Tingkat
Stres
Tingkatan
stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stress yang dialami
seseorang ( Hardjana, 1994 ). Tingkatan stress ini diukur dengan menggunakan Depression
Anxiety Stress Scale 42 ( DASS 42 ) oleh Lovibond & Lovibond ( 1995 ). Psychometric
Properties of The Depression AnxietyStress Scale 42 ( DASS ) terdiri dari
42 item. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur
status emosional negatif dari depresi, kecemasan, dan stress. DASS 42 dibentuk
tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional,
tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan
pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan
biasanya digambarkan sebagai stress. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok
atau individu untuk tujuan penelitian.
Tingkatan
stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric
Properties of The Depression AnxietyStress Scale 42 ( DASS ) terdiri dari
42 item yang dimodifikasi dengan penambahan item menjadi 49 item, penambahannya
dari item 43-49 yang mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi / psikologis,
dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (
normal ) ; 30-59 ( ringan ) ; 60-89 ( sedang ) ; 90-119 ( berat ) ; >120 (
Sangat berat ).
No
|
PERNYATAAN |
0
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Saya
merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.
|
|
|
|
|
2
|
Saya merasa bibir saya sering kering.
|
|
|
|
|
3
|
Saya
sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
|
|
|
|
|
4
|
Saya
mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau tidak
dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
|
|
|
|
|
5
|
Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
kegiatan.
|
|
|
|
|
6
|
Saya
cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
|
|
|
|
|
7
|
Saya merasa goyah (misalnya,
kaki terasa mau ’copot’).
|
|
|
|
|
8
|
Saya merasa sulit untuk bersantai.
|
|
|
|
|
9
|
Saya
menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat
cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.
|
|
|
|
|
10
|
Saya merasa tidak ada hal yang dapat
diharapkan di masa depan.
|
|
|
|
|
11
|
Saya
menemukan diri saya mudah merasa kesal.
|
|
|
|
|
12
|
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
merasa cemas.
|
|
|
|
|
13
|
Saya merasasedih dan tertekan.
|
|
|
|
|
14
|
Saya
menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya:
kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
|
|
|
|
|
15
|
Saya
merasa lemas seperti mau pingsan.
|
|
|
|
|
16
|
Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
|
|
|
|
|
17
|
Saya
merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia.
|
|
|
|
|
18
|
Saya
merasa bahwa saya mudah tersinggung.
|
|
|
|
|
19
|
Saya
berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal
temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
|
|
|
|
|
20
|
Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
|
|
|
|
|
21
|
Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
|
|
|
|
|
22
|
Saya merasa sulit untuk beristirahat.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
PERNYATAAN |
0
|
1
|
2
|
3
|
23
|
Saya
mengalami kesulitan dalam menelan.
|
|
|
|
|
24
|
Saya
tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan.
|
|
|
|
|
25
|
Saya
menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas
fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah).
|
|
|
|
|
26
|
Saya merasaputus asa dan sedih.
|
|
|
|
|
27
|
Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
|
|
|
|
|
28
|
Saya merasa saya hampirpanik.
|
|
|
|
|
29
|
Saya
merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.
|
|
|
|
|
30
|
Saya
takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa
saya lakukan.
|
|
|
|
|
31
|
Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
|
|
|
|
|
32
|
Saya
sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya
lakukan.
|
|
|
|
|
33
|
Saya sedang merasa gelisah.
|
|
|
|
|
34
|
Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
|
|
|
|
|
35
|
Saya
tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan
hal yang sedang saya lakukan.
|
|
|
|
|
36
|
Saya
merasa sangat ketakutan.
|
|
|
|
|
37
|
Saya
melihat tidak ada harapan untuk masa
depan.
|
|
|
|
|
38
|
Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
|
|
|
|
|
39
|
Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
|
|
|
|
|
40
|
Saya
merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan
mempermalukan diri sendiri.
|
|
|
|
|
41
|
Saya
merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
|
|
|
|
|
42
|
Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif
dalam melakukan sesuatu.
|
|
|
|
|
Keterangan :
0 : Tidak
sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak
pernah.
1 : Sesuai
dengan saya sampai tingkat tertentu,atau
kadang- kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang
dapat
dipertimbangkan, atau
lumayan Sering.
3 : Sangat
sesuai dengan saya atau sering sekali.
2.1.10
Manajemen stress
Manajemen
stress merupakan upaya mengelola stress dengan baik, bertujuan untuk mencegah
dan mengatasi stress agar tidak sampai ke tahap yang paling berat.
Menurut
Atwater (1963) cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi stress adalah dengan mereduksi,
yaitu mengurangi tingkat stress dan mengelolanya. Cara yang dilakukan umumnya
adalah :
1. Mekanisme
Pertahanan Diri (Self Defence Mechanism)
Proses
psikologis yang termotivasi secara defensive. Mekanisme pertahanan diri terjadi
secara otomatis dan dilakukan secara tidak disadari untuk menjadi cara
mengurangi stress. Contoh mekanisme pertahanan diri adalah repressi (menekan
ingatan ke alam tak sadar), rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, fantasi, dan
sebagainya.
2. Mekanisme
Pengendalian Diri (Coping Machanism)
Mekanisme
ini merupakan cara yang digunakan untuk deradaptasi terhadap stress. Di
dalamnya mencakup kemampuan individu untuk menghadapi stress, pengubahan
tingkah laku sehingga menjadi lebih adaptif, mengubah cara berpikir dan
bertindak.
Sementara untuk mengelola stress
beberapa langkah yang harus dilakukan menurut Soewondo (1993) dan Hawari (1996)
adalah sebagai berikut :
1. Menyadari
tentang adanya stress
2. Mengatur
kebiasaan makan dan berolahraga
a. Makanan
Makan
secara teratur mengonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi.Menu juga
sebaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.
b. Olahraga
Olahraga
yang teratur adalah salah satu cara daya tahan dan kekebalan fisik maupun
mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit.Olahraga yang sederhana
sepeti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan
tidak harus sampai berjam-jam.Seusai berolahraga, diamkan tubuh yang
berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.
3.
Mengubah Respon
terhadap Stress
a.
Menanggulangi dengan berbagai
terapi tingkah laku seperti dengan relaksasi, terapi fisiologis dengan
biofeedback dan yoga.
b.
Melakukan meditasi,
pertemuan kelompok dan konseling.
4.
Istirahat dan Tidur
Isirahat dan tidur merupakan obat
yang terbaik dalam mengatasi stress karena istirahat dan tidur yang cukup akan
memulihkan keletihan fisik dan kebugara tubuh. Tidur yang cukup juga dapat
memperbaiki sel-sel yang rusak.Usahakan dapat tidur 7-8 jam semalam minimal
empat malam dalam seminggu.
5.
Mempersiapkan dan
mengorganisasi pekerjaan dengan lebih baik.
a.
Melakukan rekreasi
b.
Berhenti merokok.
Berhenti merokok adalah bagian dari cara
menanggulangi stress karena dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga
ketahanan dan kekebalan tubuh.
c.
Menghindari minuman
keras.
Minuman keras merupakan factor pencetus
yang dapat mengakibatkan terjadinya stress.Dengan menghindari minuman keras,
individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh pengaruh
minuman keras yang mengandung akohol.
6.
Menjaga Berat Badan
Berat badan yang tidak seimbang
(terlalu gemuk atau terlalu kurus) merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stress. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan
dan kekebalan tubuh terhadap stress.
7.
Mengembangkan pergaulan
yang sehat
Sebagai
pribadi individu memerlukan orang lain untuk dapat berbagai pikiran dan
perasaan dengan seseorang yang dapat dipercaya, perbanyak bergaul, dan jangan
menarik diri.
8.
Mengatur waktu dengan
tepat
Pengaturan waktu antara bekerja,
keluarga, rekreasi, dan ibadah harus efisien, jangan menunda pekerjaan.
9.
Rekreasi
Luangkan waktu untuk rekreasi dengan
keluarga atau teman, hal ini berguna untuk memulihkan ketahanan fisik maupun
mental.
10.
Mendekatkan diri kepada
Tuhan
Usahakan sediakan waktu untuk
mencari ketenangan melalui do’a dan shalat sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.Kasih sayang dari segi kejiwaan adalah hal yang fundamental bagi
kesehatan jiwa seseorang. Berdasarkan penelitian, kehidupan keluarga merupakan
hal yang paling dominan bagi menurunnya daya tahan seseorang terhadap stress
(80%).
2.2 Konsep
Motivasi Kerja
2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja
Istilah motivasi berasal dari kata Latin
“movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan
bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang
ditentukan (Malayu S.P Hasibuan, 2006). Pada dasarnya seorang bekerja karena
keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan keinginan pada diri seseorang
dengan orang yang lain berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di
dalam bekerja.
Menurut Vroom dalam Ngalim Purwanto
(2006), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan
individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki.Kemudian John
P. Campbell, dkk mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau
tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Di samping
itu, istilah tersebut mencakup sejumlah konsep dorongan (drive), kebutuhan
(need),rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan
tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.
Menurut Nancy Stevenson (2001),
motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang
melakukan sesuatu sebagai respon.
Sedangkan menurut Sarwono, S.W.
(2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong
yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi
tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.
Motivasi merupakan suatu kondisi
internal yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku, terdorong ke arah
tertentu, dan membuatnya melakukan aktivitas tertentu secara tetap (Elliot,
Cook, & Travers, 2000).
Motivasi adalah proses managemen untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai “apa yang
membuat orang tergerak” (Stoner & Freeman, 1995).
Sedangkan menurut Stanford (dalam buku
Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2010) membagi tiga poin penting dalam pengertian
motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan.Kebutuhan
muncul karena adanya sesuatu yang dirasakan kurang oleh seseorang, baik bersifat
fisiologis ataupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari suatu siklus motivasi
Menurut Ngalim Purwanto, motivasi
mengandung tiga komponen pokok, yaitu:
1). Menggerakkan,
berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak
dengan cara tertentu.
2). Mengarahkan
atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi
tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3). Untuk menjaga atau menopang tingkah
laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reniforce) intensitas,
dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. (2006).
Berdasarkan beberapa definisi dan
komponen pokok diatas dapat dirumuskan motivasi merupakan daya dorong atau daya
gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau
pekerjaan.
Menurut Hamzah B. (2008), kerja adalah
sebagai
1).
Aktivitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia.
2). Kerja itu memberikan status, dan mengikat
seseorang kepada individu lain dan masyarakat,
3).
Pada umumnya wanita atau pria
menyukai pekerjaan
4).
Moral pekerja dan pegawai itu banyak
tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik maupun materiil dari
pekerjaan,
Motivasi kerja merupakan motivasi yang
terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi
atau lembaga.
2.2.2
Teori-teori Motivasi
Menurut Agus
kuntoro (2010) ada 4 teori motivasi yaitu :
1.
Teori Kebutuhan
a.
Memfokuskan pada yang
dibutuhkan orang untuk hidup berkecukupan.
b.
Seseorang mempunyai
motivasi kalau ia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya,
kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator.
c.
Yang termasuk dalam
teori kebutuhan adalah :
1)
Teori Hirarki Kebutuhan
a)
Individu akan
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat.
b)
Fisiologi – Rasa Aman
dan Nyaman – Dicintai dan Mencintai – Harga Diri – Aktualisasi Diri.
2)
Teori ERG
a)
Orang bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (kebutuhan mendasar atau fisiologis
dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (hubungan antar pribadi) dan kebutuhan
pertumbuhan (kreatifitas pribadi).
b)
Jika kebutuhan yang
lebih tinggi menaglami kekecewaan, maka yang lebih rendah akan muncul kembali
walaupun sudah terpuaskan.
c)
Teori tiga macam
kebutuhan. John W Atkinson, dorongan yang mendasar dalam diri orang yang
termotivasi adalah ; kebutuhan untuk mencapai prestasi, kebutuhan kekuatan dan
kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
2.
Teori keadilan
a.
Faktor utama dalam
motivasi adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima.
b.
Individu akan
termotivasi kalau mereka mengalami atau menerima kepuasan dari upaya dan usaha
mereka.
3.
Teori Harapan
a.
Harapan hasil prestasi,
individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku
b.
Valensi, hasil dari
suatu tingkah laku tertentu mempunyai kekuatan untuk memotivasi yang ebrvariasi
pada satu individu.
c.
Harapan prestasi usaha,
harapan orang mengenai seberapa sulit untuk melaksanakan tugas secara berhasil
dan mempengaruhi keputusan tingkah laku.
4.
Teori penguatan
Rangsangan,
respon, konsekuensi, dan respon masa depan.
2.2.3 Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Wursanto (2000), motivasi timbul
karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia (Internal) dan faktor
dari luar diri manusia (eksternal).
1.
Faktor dari dalam diri
manusia (motivasi internal) berupa :
a.
Sikap
b.
Pendidikan
c.
Kepribadian
d.
Pengalaman
e.
Pengetahuan
f.
Cita-cita
2.
Faktordari luar diri
manusia (motivasi ekternal) berupa :
a.
Gaya kepemimpinan
atasan
b.
Dorongan atau bimbingan
seseorang
c.
Perkembangan situasi.
2.2.4 Jenis-jenis Motivasi
Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak
corak dan ragamnya. Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat
jenis yang satu sama lain memberi warna terhadap aktivitas manusia.Danim
(2001), menyatakan bahwa motivasi yang diberikan digolongkan menjadiempat
bagian:
1. Motivasi Positif
Motivasi positif adalah proses pemberian
motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal itu diarahkan pada usaha
mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara
memberikan keuntungan tertentu kepadanya.
2. Motivasi
Negatif
Motivasi
negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa takut.
Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai
tujuan.
3. Motivasi
dari Dalam
Motivasi
dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia menjalankan tugaas -tugas atau
pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja iu sendiri.
4. Motivasi
dari luar
Motivasi
dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada
di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.
2.2.5 Tujuan Motivasi Kerja
Tingkah laku bawahan dalam suatu
organisasi seperti sekolah pada dasarnya berorientasi pada tugas. Maksudnya,
bahwa tingkah laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai
tujuan harus selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan
tugas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untukmelakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu (Ngalim Purwanto, 2006).
Sedangkan tujuan motivasi dalam Malayu S. P. Hasibuan
(2006) mengungkapkan bahwa:
1). Meningkatkan
moral dan kepuasan kerja karyawan.
2). Meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.
3). Mempertahankan
kestabilan karyawan perusahaan.
4). Meningkatkan
kedisiplinan absensi karyawan.
5). Mengefektifkan
pengadaan karyawan.
6). Menciptakan
suasana dan hubungan kerja yang baik.
7). Meningkatkan
loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8). Meningkatkan
tingkat kesejahteraan karyawan.
9). Mempertinggi
rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
2.2.6 Fungsi Motivasi Kerja
Menurut
Sardiman (2007) terdapat tiga fungsi motivasi, yaitu:
1). Mendorong
manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2). Menentukan
arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3). Menyeleksi perbuatan, yaitu
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagitujuan tersebut.
2.2.7 Pentingnya Motivasi Kerja
Menurut Ishak (2003) mengemukakan bahwa pentingnya
motivasi adalah sebagai berikut:
a.
Rasa hormat (respect)
yaitu memberikan rasa hormat dan
penghargaan secara adil. Namun adil bukan berarti sama rata. Seperti dalam hal
prestasi kerja, atasan tidak mungkin memberikan penghargaan pada semua orang. Memberikan penghargaan berdasarkan prestasi,
kepangkatan, pengalaman, dan sebagainya.
b.
Informasi
yaitu dengan
memberikan informasi kepada pegawai mengenai aktivitas organisasi, terutama
tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
c.
Perilaku
Usahakanlah
mengubah perilaku sesuai dengan harapan bawahan. Dengan demikian ia mampu
membuat pegawai berperilaku atau berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
organisasi.
d.
Hukuman
Berikan
hukuman kepada karyawan yang bersalah diruang yang terpisah, jangan menghukum
di depan pegawai lain karena dapat menimbulkan frustasi dan merendahkan
martabat.
e.
Perasaan
Tanpa
mengetahui bagaimana harapan karyawan dan perasaan apa yang ada dalam diri
mereka, sangat sulit bagi pimpinan untuk memotivasi bawahan. Perasaan dimaksud
seperti rasa memiliki, rasa partisipasi, rasa bersahabat, rasa diterima dalam
kelompok, dan rasa mencapai prestasi.
2.2.8 Cara Memotivasi
Menurut Sunaryo (2004), ada beberapa
cara yang dapat ditetapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :
a.
Memotivasi dengan
kekerasan (motivating by force),
yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar
yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b.
Memotivasi dengan
bujukan (motifating by enticement),
yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu
sesuai harapan yang member motivasi.
c.
Memotivasi dengan
identifikasi (motifating by
identification or ego-involvement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan
kesadaran sehingga individu berbuat sesuatukarena adanya keinginan yang timbul
dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat
berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai
dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan
memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang
kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.
Motivasi kerja bagi tenaga perawat
merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kualitas kerja di rumah
sakit.
Keberhasilan dan kegagalan pendidikan
memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja. Pada dasarnya manusia selalu
menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak
yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh
mendatang jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung
meningkatkan motivasi kerjanya.
Namun demikian, untuk menumbuhkan motivasi kerja
perawat, tidak semudah yang di perkirakan. Permasalahannya adalah, pimpinan
yang mendorong seorang perawat bekerja sangat bervariasi dan berbeda
kapabilitasnya satu dengan lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam satu unit
keperawatan, ada perawat yang rajin dan tekun dalam bekerja, sangat produktif dan
mempunyai kemampuan tinggi dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya
dalam memberikan asuhan keperawatan. Sebaliknya ada perawat yang malas, dan
kurang memiliki semangat dan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja rendah.
2.2.9 Instrumen motivasi kerja perawat
No
|
Pernyataan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Pengawas bertanggung jawab mengembangkan lingkungan
kerja yang kondusif
|
||
2
|
Perawat menginginkan keterampilan yang dimiliki dan
kapasitas dirinya digunaan dalam melaksanakan pekerjaannya
|
||
3
|
Kualitas hubungan kerja yang bersifat informal
adalah hal yang penting dalam menjalankan pekerjaan perawat
|
||
4
|
Peralatan yang memadai merupakan hal yang penting
untuk menunjang pekerjaan perawat
|
||
5
|
Kedekatan hubungan dengan atasan penting bagi perawat
|
||
6
|
Peningkatan gaji secara khusus, diberikan pada
perawat yang bekerja dengan baik
|
||
7
|
Perawat ingin memandang dirinya sebagai pemberi
asuhan keperawatan yang berkualitas
|
||
8
|
Berupaya melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
standar asuhan keperawatan dan standar operasional prosedur
|
||
9
|
Perawat ingin memberikan pelayanan yang optimal bagi
pekerjaannya
|
||
10
|
Pengawas bertanggung jawab memberikan perhatian pada
sarana/fasilitas fisik seperti kamar jaga perawat, meja-kursi kerja
|
||
11
|
Perawat dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan
jadwal dan waktu yang telah ditetapkan
|
||
12
|
Pemberian insentif yang memuaskan dapat memperbaiki
kerja perawat
|
||
13
|
Memperlihatkan semangat kerja yang tinggi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
|
||
14
|
Perlindungan kerja penting bagi perawat
|
||
15
|
Dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan sumber daya yang tersedia
|
Keterangan :
Ya (Y) : Apabila saudara setuju
Tidak (T) : Apabila saudara tidak setuju
Dua alternatif
jawaban di atas menurut skala guttman masing-masing diberi nilai : Ya (Y) = 1 sedangkan
Tidak (T) = 0, Hasil jawaban
responden diberi penilaian berupa prosentase dan klasifiasi sebagai berikut:
Apabila skor mencapai
76% - 100%, maka motivasi kerja perawat dianggap Baik.
Apabila skor mencapai
56% - 75%, maka motivasi kerja perawat
dianggap cukup.
Apabila skor mencapai 40% - 55%, maka motivasi kerja perawat dianggap kurang baik.
Apabila skor mencapai <40%, maka motivasi kerja perawat dianggap tidak baik.
2.3
Konsep
Perawat
2.3.1 Pengertian
perawat
Perawat adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pembinaan kesehatan yang diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta membantu orang mengatasi dengan cara seunik mungkin, masalah kehidupan
sehari-hari, penyakit dan cidera, cacat maupun kematian, pelayanan keperawatan
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan sehari-hari
Menurut (Wolf, dkk, 1999).
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah
satu bagian dari tujuan utama rumah sakit. Peranan tenaga perawat didalam
melaksanakan tugasnya atau dalam memberikan pelayanan perawatan pada pasien
harus mengerti dan memahami pendekatan proses keperawatan yang meliputi empat
yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang masing-masing
berkesinambungan dan berkaitan satu sama lainnya (Depkes, 1994).
2.4 Kerangka
Konsep
Faktor yang mempengaruhi
tingkat stres :
1.
Lingkungan
2.
Konflik
3. Hubungan
interpersonal
|
Tingkat stres
|
Ada
hubungan
|
Sedang
|
Berat
|
Ringan
g
|
Faktor yang mempengaruhi
motivasi kerja :
1.
Kepuasan kerja
2.
Kepribadian
3. Persepsi
|
MotivasiKerja
|
Baik
|
Kurang
|
Cukup
|
Tidak
ada hubungan
|
Keterangan :
: Di teliti
: Tidak di teliti
Gambar 2.1 Kerangka
Konsep Hubungan Tingkat Stres
dengan Motivasi Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
dr.H.Koesnadi Bondowoso
2.5 Hipotesa
Penelitian
Hipotesa
adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002).
Interpretasi :
Ho : Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara stress dengan motivasi kerja perawat instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum
dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Ha : Terdapat
Hubungan yang signifikan antara stresss dengan motivasi kerja perawat instalasi
gawat darurat Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Komentar
Posting Komentar