konsep secti cesarea

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teknik Relaksasi Napas Dalam 2.1.1 Pengertian Teknik Relaksasi Nafas Dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meringnkan kecemasan. Ciri makhluk hidup pada tingkat yang paling sederhana (vegetatif) seperti mokroorgamisme sekalipun adalah bernapas. Pernapasan atau bernapas memberikan proses kehidupan (fungsi) organisme berlangsung. Salah satu fungsi pernapasan adalah terjadinya proses metabolisme tubuh melalui pertukaran gas yang sering disebut dengan istilah perfusi dan oksidasi (pembakaran) dan pada proses selanjutnya adalah pemanfaatan energi bagi kehidupan dalam tubuh dan bagi kebutuhan kehidupan lainnya baik fisik, psikis maupun sosial. Oksigen sebagai salah satu unsur penting dalam pernapasan memegang peranan penting bagi keberlangsungan makhluk hidup. Energi sebagai produk hasil metabolisme oksigen sangat diperlukan bagi kehidupan sel seluruh tubuh kita. Efefktifitas energi bagi kehidupan secara biologis akan mempengaruhi efektifitas kehidupan secara psikis, perilaku maupun sosial. Sehingga sangat dipahami 7 potensi oksigen dalam pernapasan baik bagi kehidupan seseorang secara fisik maupun psikososial terutama dalam menghadapi stres. Pada waktu kita menarik napas, udara dihirup ke dalam melalui hidung dan dihangatkan selaput lendir rongga hidung. Bulu hidung menyaring kotoran dan dikeluarkan pada saat menghembuskan napas (David, dkk, 1995). Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan manusia normal berkisar antara 12-15 kali permenit. Satu kali bernapas lima ratus mililiter udara, atau 6-8 L udara permenit dimasukkan dan dikeluarkan dari paru-paru. Udara ini akan bercampur dengan gas yang terdapat dalam alveoli, dan selanjutnya O2 masuk ke dalam darah dan kapiler paru, sedangkan CO2 masuk ke dalam alveoli melalui proses difusi sederhana. Dengan cara ini, sekitar 250 mL O2 per menit masuk ke dalam tubuh dan 200 mL CO2 akan dikeluarkan (Ganong, 1999). Pada saat darah meninggalkan paru menuju jantung, warnanya merah cerah karena mengandung oksigen yang tinggi (kurang lebih 25%). Darah dipompa keluar jantung dan didistribusikan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan dalam proses kehidupan sel dan kehidupan individu secara umum (M Davis, 1995). 2.1.2 Proses Pernapasan Sistem pernapasan terdiri dari organ pertukaran gas (paru-paru) dan pompa ventilasi paru. Pompa ventilasi paru terdiri atas dinding dada, otot pernapasan, yang meningkatkan dan menurunkan ukuran rongga dada, pusat pernapasan di otak yang mengendalikan otot pernapasan serta jaras- 8 jaras dan saraf yang menghubungkan pusat pernapasan dengan otot pernapasan. Proses pernapasan memiliki dua mekanisme yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan volume intra torakal. Tekanan intra pleura pada bagian basis paru turun dari normal (sekitar -2,5 mgHg) menjadi -6 mmHg. Jaringan paru menjadi semakin teregang, tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negativ dna udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, daya rekoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan dan dinding dada. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih positif, dan udara meninggalkan pari-paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intra torakal. Pada inspirsi kuat, tekanan intra pleura turun mencapai -30 mmHg menimbulkan pengembangan jairngan paru yang lebih besar. Apabila ventilasi meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan volume intra torakal. Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap inspirasi (atau yang keluar saat ekspirasi dinamakan volume alun napas (tidal volume) sebesar 0,5 L pria dan wanita realtif sama. Jumlah udara yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal, setelah inspirasi biasa 9 disebut volume cadangan inspirasi (3,3 L laki-laki dan 1,9 L perempuan), sedangkan jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari apru melalui kontraksi otot ekspirasi, setelah ekspirasi biasa disebut volume cadangan ekspirasi (1,0 L laki-laki dan 0,7 L perempuan). Dan udara yang masih tertinggal di paru setelah ekspirasi maksimal disebut volume residu (1,2 L dan 1,1 L). Ruang udara yang tidak ikut serta dalam proses pertukaran gas dengan darah kapiler paru disebut ruang rugi pernapasan. Pada tiap pernapasan normal volume gasa ruangn rugi setara dengan BB dalam pon. Bila seseorang berat badan 150 pon (68kg) maka volume udara inspirasi maupun ekspirasi yang 500 mL itu sebanyak 350 mL yang ikut perfusi di alveoli dan sisanya 150 mL menempati ruang rugi. Perlu diperhaitkan bahwa akibat adanya ruang rugi, pernapasan cepat dan dangkal menghasilkan ventilasi alveolar yang lebih rendah dibandingkan pernapasan lambat dan dalam, untuk volume pernapasan semenit yang sama (Ganong, 1999). Hal itu berarti bahwa pernapasan cepat dan dangkal akan mengahasilkan jumlah udara yang mencapai semenit. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pernapasan yang dalam dan lambat akan lebih menguntungkan (Ganong W F, 1999). 2.1.3 Teknik Napas Dalam Pernapasan penting bagi kehidupan. Pernapasan yang tepat merupakan penawar stres. Walaupun kita semua bernapas namun kadnag tidak disadari bahwa pernapasan kita hasilnya kurang efektif. Kebiasaan bernapas yang tepat penting untuk kesehatan mental dan fisik. Jika jumlah 10 udara segar yang msuk paru-paru tida mencukupi, darah tidak dibersihkan atau di oksigenasi sebagaimana mestinya. Hasil oksidasi (buangan) yang seharusnya dibuang tetap ada dalam sirkulasi darah dan perlahan-lahan meracuni sistem tubuh kita. Kurangnya oksigen dlam darah memperbesar kemungkinan terjadinya ansietas, depresi dan lelah, yang sering membuat situasi stres menjadi lebih sukar diatasi (Davis, dkk, 1995). Lebih jauh latihan pernapasan telah diketahui efektif menurunkan sigat cepat marah, atau cepat tersinggung, ketegangan otot dan kelelahan. Latihan pernapasan juga digunakan untuk perawatan dan pencegahan gangguan pernapasan, hiperventilasi, napas pendek, dan kaki serta tangan yang dingin. Walaupun latihan pernapasan dapat dipelajari dala beberapa menit, dan beberapa manfaat dapat segera dirasakan, namun manfaat yang dalam mungkin sekali dapat diraih setelah kita beraltih cukup lama (berbulan) dengan disiplin dan berkesinambungan (Keliat, 2012). Kesadaran Pernapasan Latihan ini merupakan pembuka sebagai wahana untuk membuka kesadaran dan konsentrasi terhadap latihan yang akan dijalankan. Latihan ini meliputi: 1. Posisi tubuh telentang atau rebah di atas permadani atau tempat tidur dengan sikap yang rileks dan posisi kaki lurus, sedikit renggang, telapak kaki mengarah ke luar dengan nyaman. Kedua tangan di sisi tubuh, tidak menyentuh tubuh, telapak tangan mengarah ke atas, dan pejamkan mata. 11 2. Arahkan perhatian (konsentrasi) pada pernapasan, tempatkan tangan pad abagian tubuh yang palig terasa naik dan turun pada saat kita menarik dan meghembuskan napas. Pastikan pergerakan perut dan dada yang harmonis, jangan ada yang lebih dari yang lain, hal itu menandakan kita bernapas dalam dengan kekuatan yang optimal. 3. Letakkan tangan di atas perut dan konsentrasi diarahkan pada gerak naik turunnya perut pada tiap hembusan napas. 4. Usahakan bernapas dengan hidung, bila perlu bersihkan rongga hidung sebelum pelatihan. 5. Amati tubuh anda yang tegang, khususnya tenggorokan, dada dan perut (M Davis, 1995). Pernapasan Dalam 1. Sikap berbaring/ rebah di atas lantai/ tikar atau tempat tidur, tekuk kedua lutut dan regangkan kedua akki lebih kurang 8 inchi, dengan jari mengarah keluar. Pastikan bahwa tulang belakang lurus 2. Amati tubuh kita yang dirasakan tegang, dengan meletakkan satu tangan di atas perut dan tangan lainnya di atas dada. 3. Tarik nafas pelan-pelan dan dalam melalui hidung masuk ke dalam perut dan hembuskan melalui mulut, ciptakan ketenangan, relaks, desingkan udara seperti angin seraya meniupkan udara dengan lembut keluar. Fokuskan pada bunyi dan aliran udara pernapasan yang keluar. 12 4. Lanjutkan napas dalam selama lima atau sepuluh menit setiap sekali, satu atau dua kali sehari, selama dua kali seminggu, kemudian bisa diperpanjang waktunya sampai 20 menit. 5. Pada setiap kali pernapasan dalam, gunakan waktu sejenak untuk mengamati ketegangan tubuh anda, bandingkan antara kondisi sebelum dan setelah latihan. 6. Bila anda sudah terbiasa latihan napas dalam/ pernapasan perut, lakukan setiap saat anda menginginkannya atau ketika kondisi fisik atau psikis dirasakan ada ketegangan, pada posisi duduk atau berdiri (M Davis, 1995) Latihan Napas Dalam 1. Jelaskan dan berikan contoh kepada klien sejelas mungkin, posisi tegak atau rebah dengan rileks, tarik napas dari hidung, tahan (pad ahitungan kertiga), lalu tiup udara dari mulut pelan-pelan. 2. Peragaan bersama (redemonstrasi), bersama klien dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan klien, seperti pada langkah sebelumnya dari awal sampai akhir. 3. Evaluasi, tanyakan perasaan klien, bagaimana, apakah ada perasaan lega di dada atau tempat yang dirasaakn tegang sebelumnya. Berikan pujian dan lanjutkan kegiatan berikutmya (M Davis, 1995). 13 2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teknik Nafasa Dalam Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi teknik nafas dalam yaitu: 1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik. 2. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endhorphin dan epinefrin 3. Tidak memerlukan alat bantu pernafasan (Smeltzer, 2006)
2.2 Konsep Dasar Kecemasan 2.2.1 Pengertian Ansietas adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah. Takut. Tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Suliswati, 2005) 14 2.2.2 Rentang Respon Kecemasan Adaptif Mal-Adaptif Ganbar 2.1 Rentang Respon Cemas menurut Gail W Stuart, 2006 2.2.3 Tingkat Kecemasan 1) Ansietas Ringan Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa keidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Respon Fisiologis: a) Sesekali nafas pendek b) Nadi dan tekanan darah naik c) Gejala ringan pada lambung d) Muka berkerut dan bibir bergetar Respon Kognitif: a) Lapang persepsi melebar b) Mampu menerima rangsangan yang kompleks c) Konsenrasi pada masalah d) Menjelaskan masalah secara efektif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik 15 Respon Perilaku dan Emosi: a) Tidak dapat duduk dengan tenang b) Tremor halus pada tangan c) Suara kadang-kadang meninggi 2) Ansietas Sedang Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain. Respon Fisiologis: a) Serinng nafas pendek b) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik c) Mulut kering d) Anoreksia e) Diare/konstipasi f) Gelisah Respon Kognitif: a) Lapang persepsi menyempit b) Rangsang luar tidak mampu diterima c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian 16 Respon Perilaku dan Emosi: a) Gerakan tersenta-sentak (meremas tangan) b) Bicara banyak dan lebih cepat c) Susah tidur d) Perasaan tidak nyaman 3) Ansietas Berat Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja tidak mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon Fisiologis: a) Nafas pendek b) Nadi dan tekanan darah naik c) Berkeringat dan sakit kepala d) Penglihatan kabur e) Ketegangan Respon Kognitif: a) Lapang persepsi sangat sempit b) Tidak mampu menyelesaikan masalah 17 Respon Prilaku dan Emosi: a) Perasaan ancaman meningkat b) Verbalisasi cepat c) Blocking 4) Panik Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon Fisiologis: a) Nafas pendek b) Rasa tercekik dan palpitasi c) Sakit dada d) Pucat e) Hipotensi f) Koordinasi motorik rendah Respon Kognitif: a) Lapang persepsi sangat sempit b) Tidak dapat berfikir logis Respon Perilaku dan Emosi: a) Agitasi, mengamuk, dan marah b) Ketakutan, berteriak-teriak, dan blocking c) Kehilangan kendali atau kontrol diri 18 d) Persepsi kacau 5) Respon fisiologis yang mempegaruhi siatem yang ada dalam tubuh manusia adalah: a. Sistem Kardiovaskuler a) Palpitasi b) Jantung berdebar c) Tekanan darah meningkat d) Denyut nadi menurun e) rasa mau pingsan b. Sistem Respirasi a) Nafas cepat b) Pernafasan dangkal c) Rasa tertekan pada dada d) Pembengkakan pada tenggorokan e) Rasa tercekik f) Terengah-engah c. Sistem Kardiovaskuler a) Peningkatan reflek b) Reaksi kejutan c) Insomnia d) Ketakutan e) Gelisah f) Wajah tegang 19 g) Kelemahan secara umum h) Gerakan lambat i) Gerakan yang janggal d. Sistem Gastrointestinal a) Kehilangan nafsu makan b) Menolak makan c) Parasaan dangkal d) Rasa tidka nyaman pada abdomen e) Rasa terbakar pada jantung f) Nausea g) Diare e. Sistem Perkemihan a) Inkontinensia urine b) Sering miksi f. Sistem Integumen a) Rasa terbakar b) Berkeringat banyak pada telapak tangan c) Gatal-gatal d) Perasaan panas atau dingin pada kulit e) Muka pucat f) Berkeringat seluruh tubuh 20 6) Respon perilku kognitif a. Perilaku a) Gelisah b) Keteangan fisik c) Tremor d) Gugup bicara cepat e) Tidak ada koordinasi f) Kecenderungan untuk celaka g) Menarik diri h) Menghindar i) Terhambat melakukan aktifitas b. Kognitif a) Gangguan perhatian b) Konsentrasi hilang c) Pelupa d) Ssalah tafsir e) Adanya blocking pada fikiran f) Menurunnya lapangan persepsi g) Kreatifitas dan produktifitas menurun h) Bingung i) Rasa khawatir yang berlebihan j) Kehilangan penilaian objektifitas k) Takut akan kehilangan kembali 21 l) Takut berlebihan 2.2.4 Pengkajian 1. Perilaku Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secra tidka langsung melalui timbulnya gejala atau melalui mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas (Lily Budiarjo, 2005). 2. Faktor Predisposisi Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas. Menurut Suliswati (2005) ada beberapa teori tentang asal ansietas, yaitu: 1. Dalam pandangan psikoanalitis Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id atau superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls premitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau angkuh, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. 2. Menurut pandangan interpersonal Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembanagn trauma, seperti perpisahan 22 dan kehilangan yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat. 3. Menurut pandanga perilaku Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu yang mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini individu terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebih serta menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. 4. Kajian keluarga Menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Ansietas juga tumpang tindih antara hgangguan ansietas dengan depresi. 5. Kajian depresi Menunjukkan otak mengandung rseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neororegulator inhibisi asam-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dala mekanisme biologis yang brehubungan dengan biologis 23 3. Faktor Presipitasi Faktor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori: 1. Ancaman integritas terhadap fisiologis integritas fisik meliputi disabilitas yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari. 2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu. 2.2.5 Pengukuran Tingkat Kecemasan Penelitian tentang tingkat kecemasan dapat digunakan suatu alat ukur yaitu yang bernama HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Menurut maramis W.F (1990) ada test-test pertanyaan langsung, mendengarkan cerita, serta mengobservasi terutama perilaku non verbalnyaini sangta berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan juga menetapkan tingkatannya. Penting adanya tanda-tanda seperti tremor, tatapan mata yang lebih singkat, kurang senyum dan kecenderungan untuk menegakkan tubuh dan otot-otot muka mudah dikontrol sebagai tanda-tanda adanya suatu kecemasan dalam diri seseorang. Dan yang menjadi kriteria dalam skala HARS adalah sebagai berikut: a) Tidak ada kecemasan = <14 b) Kecemasan ringan = 14-20 c) Kecemasan sedang = 21-27 24 d) Kecemasan berat = 28-41 e) Kecemasan berat sekali = 42-56 2.2.6 Mekanisme Koping Menurut Wiscarz G, 1998 ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama trjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menjadi lebih intens. Ansietas ringan dapat ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar (Suliswati, 2005). Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu: 1. Reaksi yang berorientasi padatugas yaitu upayayang disadari dala berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara realstik. a. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumbeer ancaman, baik secara fisik maupun psikologis. c. Perilaku kompromi dilakukan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal. 25 2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas (Suliswati, 2005). 2.2.7 Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien pre operasisectio caesarea yaitu: 1. Umur Menurut Huclock Long dikutip oleh Nursalam, 2001 umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Huclock, 1998). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Long). 2. Jenis kelamin Diperkirakan jumlah mereka yang menderita kecemasan baik akut maupun kronik satu terentang 3-8% dari jumlah penduduk dengan perbandingan antara laki-laki dan wanita adalah 2:1. Hal ini dikarenakan tingkat emosi wanita dalam menghadapi stressor lebih besar daripada laki-laki (Kaplan dan Saddock, 1997). 3. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah proses perubahan sikap dari tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran 26 dan pelatihan. Jadi dengan semakin tinggi tingkat pendidika diharapkan mereka dapat berfikir secara rasional dan menahan emosi yang baik (Purwadarminto, 1997). 4. Pengalaman Pengalaman yang pernah ataupun yang belum pernah dialami oleh seseorang individu akan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan orang. Kapasitas untuk menjadi cemas diperukan untuk bertahan hidup tetapi tingkat kecemasan yang pernah tidak sejalan dengan kehidupan (Lily Budiarjo, 2005).2.3 Konsep Dasar Secsio Caesarea 2.3.1 Pengeertian Sectio CaesareaSectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan melalui insisi abdomen dan uterus (David, 2008).Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 1997).Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan barat diatas 5000 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (A. Bari, 2001). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan normal adalah proses lahirnya janin 27 dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Ada beberapa bentuk persalinan berdasarkan definisi antara lain : persalinan spontan yaitu bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, persalinan buatan yaitu bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar dan persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 3500 gram. 2.3.2 Indikasi Sectio Caesarea Sectio caesarea dapat dibagi dalam kategori elektif, darurat terencana, darurat yang tidak terencana dan kategori peri-mortem serta post-mortem untuk memudahkan audit. Komplikasi dan mortalitas yang jelas akibat adanay komplikasi obsetri dan masalah medis ibu. Sectio Caesarea dilakukan untuk: 1. Mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktifitas uterus yang abnormal 2. Mempercepat pelahiran untuk keselamatan ibu atau janin 28 3. Mengurangi trauma janin (misalnya presentasi bokong prematur kecil) dan infeksi janin (misalnya resiko tertular infeksi hepatitis atau HIV/AIDS) 4. Mengurangi resiko pada ibu (misalnya gangguan jantung tertentu, lesi intrakranial atau keganasan pada servik) 5. Memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginan (David, 2008) Indikasi: Ibu: 1. Disproporsi kepala panggul/ CPD 2. Disfungsi uterus 3. Distosia jaringan lunak 4. Plasenta previa Janin: 1. Janin besar 2. Gawat janin 3. Letak lintang (A. Bari, 2001) 2.3.3 Komplikasi Sectio Caesarea a. Pada ibu Telah dikemukakan bahwa kemajuan teknik pembedahan, dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan darah yang cukup, sectio caesarea sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu. 29 Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga yang kompeten kurang dari 2 per 1000. Faktor-faktor yang mempengaruhi morbilitas pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya seorang wanita dengan plasenta previa dan perdarahan yang banyak memiliki resiko lebih banyak dari pada seorang wanita lain yang mengalami sectio caesarea elektif karena disproporsi sefalo-pelvik. Demikian pula semakin lama persalinan berlangsung, makin meningkat pula bahaya infeksi post operatif, apalagi setelah ketuban pecah. Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah sebagai berikut: 1. Infeksi puerpural Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis, dan sebagainya. Infeksi post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya). 30 2. Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pad awaktu pembedahan jika cabang-cabang arteri uteri ikut terbuka atau karena antonio uteri. 3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, embolisme paru-paru dan sebagainya yang snagat jarang terjadi 4. Komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. b. Pada anak Seperti halnya pada ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak bergantung pada alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesarea berkisar 4 dan 7% (Sarwono, 1997.) 312.4 Kerangka Konsep Ket: : bagian yang diteliti : bagian yang tidak diteliti : bagian yang berhubungan dengan yang diteliti : bagian yang berhubungan yang tidak diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Teknik Relaksasi Nafas Dalam yang Dilakukan dengan Tingkat Kecemasan pada pasien pre operasi di ruang mawar RSUD. Dr. H. Koesnadi Bondowoso Teknik relaksasi nafas dalam: 1. Jelaskan dan berikan contoh pada pasien tentang posisi awal sebelum melakukan nafas dalam (deep breathing) 2. Redemonstrasi 3. Tanyakan perasaan pasien setelah melakukan nafas dalam Faktor-fakor yang mempengaruhi nafas dalam: 1. Prostaglandin 2. Hormon endhorpin dan hormon epinefrin 3. Tidka memerlukan alat bantu pernafasan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. PengalamanAdahubunganTidak adahubungan Antisipasi Baik cukup kurang Ringan Sedang Berat Panik Tingkat Kecemasan 322.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). H1 : Jika ada hubungan antara teknik relaksasi nafas dalam dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea, maka dapat disimpulkan. H0 : Jika tidak ada hubungan antara teknik relaksasi nafas dalam dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea, maka tidak dapat disimpulkan (H0).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kesimpulan

sectio caesarea

konsep hipertensi