konsep hipertensi



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep Pengetahuan
2.1.1        Definisi
      Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
2.1.2        Tahap/Proses Penelitian Pengetahuan
1.      Awarness ( kesadaran)
            Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.      Interest (merasa tertarik)
      Dimana seseorang mulai merasa tertarik terhadap stimulus/objek tersebut. Di sini sikap objek mulai timbul.
3.                  Evaluation (menimbang-nimbang)
                        Dimana seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
4.                 
7
 
Trial (mencoba)
                        Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
5.      Adoption
            Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3        Komponen Pengetahuan
1.                  Jenjang C1(tahu atau know)
                        Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya yang termasuk tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.                  Jenjang C2 (memahami atau comprehension)
                        Memahami merupakan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasi materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.                  Jenjang C3 (aplikasi atau aplication)
                        Adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
4.                  Jenjang C4 (analisis atau analysis)
                        Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu dengan yang lainnya.
5.                  Jenjang C5 (sintesis atau syntesis)
                        Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan, untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu  kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
6.                  Jenjang C6 (evaluasi atau evaluation)
                        Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
                        Pengukuran pengetahuan dapat dilaksanakan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat diatas. (Notoatmodjo, 2003).
2.1.4        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
1.                  Usia
                        Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang dewasa ini aman lebih dipercaya dan orang yang belum tinggi kedewasaannya hal ini sebagai akibat dari mematangkan jiwanya. (Hurlock, 1998) dikutip dari buku Wawan dan Dewi (2010).
2.                  Pendidikan
                        Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri merupakan kemajuan seorang untuk mengikuti fakta, simbol, prosedur, teknik dan teori (Notoatmodjo, 2003).
3.                  Pengalaman
                        Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Pengalaman merupakan sebuah cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
4.                  Informasi
                        Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu menyatakan atau realita dengan melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat komunikasi seperti membaca surat kabar, melihat televisi dan lain sebagainya (Soerjono Soekamto, 1990).
5.                  Kebudayaan dan lingkungan
                        Kebudayaan hidup dan di besarsarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita apabila dalam sebuah wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, maka segera mungkin berpengaruh terhadap sikap pribadinya. ( Azwar, 2002 )
6.                  Pekerjaan
                        Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan, terutama untuk menunjang kehidupan sukeluarganya (Thomas, 1996). Menurut Markum dan Nursalam (2001) berpendapat bahwa pekerja umumnya menciptakan kegiatan menyita waktu dalam menlakukann pekerjaannnya, sehingga pengalaman dan kesempatan mereka untuk memperoleh informasi juga semakin banyak jika dibandingkan orang yang tidak bekerja. Menurut Singgih D. Gunarso (2000), pengetahuan seseorang terbentuk dari proses belajar yang dilakukan dan ada beberapa faktor yang dilakukan dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
a.                   Kemampuan : Manusia berbeda dari manusia lainnya. Dan salah satu yang berbeda ini adalah dalam hal kemampuan. Kenyataan ada orang yang dikaruniai kemampuan yang tinggi sehingga ia mudah dalam mempelajari ssesuatu. Atau sebaliknya ada oaring yang kemampuannya terletak pada taraf yang kurang, sehingga mengalami kesulitan dalam mempelajari sesuatu. Dengna demikian perbedaan perbedaan dalam mempelajari ssesuatu disebabkan antara lain oleh perbedaan perbedaan pada taraf kemampuannya. Bahwa kemampuan adalah penting untuk mempelajari sesuatu kiranya mudah diterima. Makin tingggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatakan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa, semakin banyak informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. ( I.B Mantra, 1994 : 10 ) disamping itu pula jenjang pendidikan seseorang akan cenderung mendapatkan latihan latihan, tugas-tugas dan aktifitas yang terkait dengan kemampuan kognitifnya. ( FKUI, 2001 : 70 )
b.                  Kehendak / kemauan : kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila ia tidak mau dan tidak ada kehendak untuk mempelajari, maka proses belajar tidak akan terjadi. Kehendak atau kemampuan ini erat pula hubungannya dengan perhatian yang dimiliki, karenan perhatian mengarahkan timbulnya kehendak dengna kondisi-kondisi psikis seperti senang, tidak senang, tegang, bergelora dan seterusnya.
c.                   Umur : pada umumnya diakui bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya makin bertambah baik. Akan tetapi jpada umur-umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika masih berumur belasan, bahkan pasa usia yang sangat lanjut proses perkembangan ( bukan dalam arti perubahan ) praktis sudah tidak ada lagi. Semakin cukup umur. Tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Atas landasan usia, daya kecerdasan sesorang akan meningkat terus sampai usia 20 tahun dan mencapi titik optimal antara 20 - 30 tahun. Usia 30 - 60 tahun akan mengalami penurunan dan akan menurun tajam setelah usia 60 tahun. ( Elisabeth B. H, 1995 )
2.2              Konsep perilaku
2.2.1    Definisi perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah sesuatu kegiatan atau aktifitas organisme (mahluk hidup ) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang di maksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, bekerja, kuliah. Menulis, membaca dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang  dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.(Notoatmojo, 2003 : 114).
2.2.2    Bentuk perilaku
Secara lebih operasional dapat diartikan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut.
Respon ini berbentuk dua macam, yakni :
1)         Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2)         Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku jelas dapat diobservasi secara langsung.
2.2.3    Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan diantaranya :
1)         Faktor Internal, yakni karaktristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan , tingkat mosional , jenis kelamin dan sebagainya.
2)         Faktor Eksternal, yakni lingkungan fisik,  sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
2.2.4    Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku
Faktor- faktor yang menyebabkan perilaku dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :
1)         Faktor predisosisi merupakan faktor anteseden terhadp perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku.
2)         Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadop perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana.
3)         Faktor penguat merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah ) perilaku yang memberikan ganjaran, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan lagi menetap atau lenyapnya perilaku itu.
2.2.5    Domain perilaku
             Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu menjadi 3 domain, yakni :
a.         kognitif (cognitive)
b.         Afektif (affective)
c.         Psikomotor (psyhomotor)
Dalam perkembanganya, teori Bloom dimodifikasikan untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu :
1).        Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setaka\lah orang melakukan penginderaan terhadp suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
2)         Sikap (attitude)
Sikap merupakan aksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisitindakan suatu perilaku.
3)         Praktek atau tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apayang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan apa yang disikapinya. Inilah yang disebut praktek kesehatan atau perilaku kesehatan. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan antara lain :
a.         Persepsi (perseption)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seseorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
b.         Respon terpimpin (guided respon)
Dapat melakukan seseatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai dari mencuci, memotong, lamanya memasak, menutup pancinya sampai pada akhirnya makanan tersebut siap dihidangkan.
c.         Mekanisme (mechanisme)
Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomotif atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasi bayinya pada umur tertentu , tanpa menunggu perintah orang lain.
d.         Adopsi (adopsi)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasinnya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, sehingga menimbulkan pengetahuan baru. Selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si objek terhadap objek yang diketahui.
Akhirnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan. Namun demikian, didalam  kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapt bertindak baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan wawancara terhadp kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu atau juga dapat dilakukan dengan memberikan kuisioner dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan yang telah dilakukan veverapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.2.6        Usaha-usaha memperbaiki perilaku negatif
1)         Peningkatan peranan keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga dewasa.
2)         peningkatan status sosial ekonomi keluarga.
3)         Menjaga keutuhan keluarga
4)         Mempertahankan sikap dan kebiasaan orang tua dengan semua norma yang disepakati.( Heri Purwanto, 1999 ).

2.3         Konsep Stroke
2.3.1        Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu “Brain attack” atau “Serangan otak”. Sesuai dengan istilah “Serangan”, kejadian stroke hampir selalu tiba-tiba dengan gejala beragam. Gejala yang paling sering ditemukan adalah keadaan lumpuh separo badan dengan atau tanpa penurunan kesadaran. ( Enny Mulyatsih, 2008 : 01). Stroke atau serangan otak, suatu istilah klinis dari gangguan fungsi otak mendadak, terjadi bila berhenti atau gagalnya pasokan darah di otak. Dalam waktu hitungan detik ke menit, sel otak akan segera mati melalui berbagai proses patologis. ( Teguh A.S, 2004 ).  Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik sehingga beberapa jam ( kebanyakan 10 - 20 menit ), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangkaian iskemia otak sepintas. ( Kapita Selekta, 2000 : 17 ).
2.3.2        Jenis  Stroke
Secara garis besar ada dua macam stroke yaitu :
a)                              Stroke iskemik atau penyumbatan
Stroke iskemik disebabakan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah karena adanya penebala pada dinding pembuluh darah ( atheroschlerosis ) dan bekuan darah bercampur lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah, yang dikenal dengan istilah thrombus. Yang kedua adalah akibat tersumbatnya pembuluh darah otak oleh emboli, yaitu bekuan darah yang berasal dari thrombus di jantung. Thrombus atau bekuan darah di jantung.
b)                           Stroke hemoragik atau perdarahan
Sekitar 70% stroke pendarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah ke otak karena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sisanya biasanya disebabkan oleh ruptur atau pecahnya aneurysme, yaitu pembuluh darah yang bertekstur tipis dan mengembang, atau bisa juga karena ruptur pada atherovenomalformation ( AVM ), yaitu suatu bentuk yang tidak sempurna dari pembuluh darah arteri dan vena. Kedua jenis penyebab stroke perdarahan, yaitu aneurysma dan AV merupakan kelainan anatomis pembuluh darah yang terbawa sejak lahir.
2.3.3        Etiologi
2.3.3.1                    Penyumbatan pembuluh darah di dalam otak (trombosis otak )
Jika persediaan oksigen dan nutrisi lainnya, yang dibawa oleh sel-sel darah dan plasma, terhalang oleh suatu bekuan darah atau trombosis dalam suatu pembuluh darah, daerah sekitar otak yang disuplai oleh pembuluh darah itu akan mati ( ini disebut infark otak ). Infark dapat disebabkan oleh suatu trombosis atau emboli, keduanya merupakan jenis pembekuan darah. Pengerasan arteri, yaitu arteriosklerosis, yag disertai dengan penumpukan lemak darah, kolesterol atau kalsium pada dinding arteri – ateroma juga dapat mengakibatkan infark. Keadaan ini disebut sebagai aterosklerosis.
2.3.3.2  Emboli cerebral
Emboli yang terjadi berupa bekuan darah, lemak, bakteri, tumor dan udara sehingga menyebabkan sumbatan. Tempat disangkutnya/berhentinya embolus umumnya dipembuluh darah kecil.emboli berasal dari jantung kiri atau plaqe di arteri karotis yang mengalami aterosklerosis. Daerah yang mengalami stroke adalah daerah yang dialiri oleh arteri serebral medials.
2.3.3.3  Iskemik / TIA
Iskemik yang terjadi karena trombus atau ploqi aterosklerosis yang terlepas sehingga menggangu aliran darah atau menyumbat. TIA merupakan keadaan awal atau serangan sebelum stroke atau sering disebut anginaserebral stroke yang terkena iskemiadapat terjadi 6 bulan setelah menderita TIA atau mengalami TIA secara berulang.
2.3.3.4  Perdarahan Serebral
Berdasarkan sesrebral merupakan penyebab stroke yang paling total pembuluh darah yang pecah menyababkan perdarahan didalam jaringan otak atau area sekitarnya.
a)         Perdarahan ektradural ( perdarahan epidural )
Terjadi karena fraktur tengkorak dan sobekan pada arteri serebral media.
b)         Perdaraha subdusal ( antara durameter dan subarakhnoid )
Pada dasarnya sama dengan perdarahan epidural, tapi pembuluh darah yang pecah adalah vena, terjadi dalam periode lama sehingga terjadi hemator menyebabkan didalam otak meningkat.
c)         Perdaraha intraserebral
Terjadi karen klien hipertensi atau aterosklerosis serebral terjadi juga karena perubahan degeneratif penyakit yang biasanya ruptur pembuluh darah.
2.3.4        Manifestasi Klinis
Pada stroke hemoragik ( iskemik ), gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup besar. Tanda dan gejala seragan stroke bervariasi, tergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan sel otak akibat kurangnya suplai oksigen. Sekitar 90% pasien yang terserang stroke tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan. Tanda dan gejala lainnya adalah tiba – tiba kehilangan rasa peka, bicara cedel atau pelo, gangguan bicara atau bahasa, gangguan penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, kesadaran menurun, dan beberapa gejala lain yang menunjukkan adanya gangguan fungsi otak.
2.3.5        Faktor Resiko
2.3.5.1     Non Rovensible
a)      Usia
Dari beberapa penelitian , diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula resiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuaan) uang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak (aterosklerosis).
b)      Jenis Kelamin
Laki – laki memiliki resiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki – laki cenderung merokok. Dan rokok itu sendiri ternyata dapat merusak lapisan pembuluh darah tubuh.
c)      Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga, memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
d)     Ras
Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memeiliki peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.
2.3.5.2     Rovensible
a)      Hipertensi
Hipertensi menyebabkan aterosklerosis dara serebral sehingga pembuluh darah tersebut mengalami penebalan dan generasi yang  kemudian pecah dan menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi paling banyak oleh karena hipertensi adalah hemoragik.
b)      Penyakit Jantung
Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan CO, sehingga perfusi ke otak menurun. Maka otak akan kekurangan oksigen, sehingga mengalami stroke.
c)      Diabetes mellitus
Pada diabetes mellitus akan mengalami penyakit vaskuler sehingga terjadi makrovaskulerisasi dan terjadi aterosklerosis. Dari aterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi iskemik, sehingga perfusi otak menurun dan akhirnya terjadi stroke, pada DM juga terjadi penurunan mkrovakulerisasi yang menyebabkan peningkatan peningkatan suplai darah ke otak.dengan adanya peningkatan supali darah tersebut maka tekanan intrakranial meningkat, sehingga terjadi edem otak dan terjadi iskemia. Pada penderita DM juga mengalami penurunan gangguan insulin dan peningkatan glukolisis, sehingga terjadi hiperosmolar sehingga aliran darah lambat, maka perfusi otak menurun dan sehingga terjadi stroke.
d)     Peningkatan kolesterol
Kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya emboli dari lemak sehingga aliran darah lambat, termasuk kedaerah serebral maka perfusi jaringan otak menurun.
e)      Obesitas
Pada obesitas kadar kolesterol akan meningkat, selain itu akan mengalami hipertensi karena terjadi ganggua dipembuluh darah hal ini merupaka kontribusi dari terjadinya stroke.
f.   Kebiasaan kehidupan : diet, merokok, alkohol, dan kurang aktivitas/ olahraga.
2.3.6        Patofisiologi Stroke
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai persediaan suplai oksigen. Pada saat terjadi anoksia, sebagaimana pada CVA, metabolisme serebral akan segera mengalami perubahan dan kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3 – 10 menit. Banyak kondisi yang merubah perfusi serebral yang akan menyebabkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia pertama kali menimbulkan iskemik. Iskemia dalam waktu singkat (kurang dari 10 – 15 menit) menyebabkan kematian sel permanen dan infark serebral dengan disertai edema serebral.
Tipe defisit fokal permanen akan tergantung pada daerah dari otak yang dipengaruhi. Daerah otak yang dipengaruhi tergantung pada pembuluh darah serebral yang dipengaruhi. Paling umum pembuluh darah yang dipengaruhi adalah middle serebral arteri; yang kedua adalah arteri karotis interna.
Stroke trombotik, adalah tipe stroke yang paling umum, dimana sering dikaitka dengan aterosklerosis dan menyebabkan penyempitan lumen arteri, sehingga menyebabkan gangguan suplai darah yang menuju ke otak. Fase awal dari trombus tidak selalu menyumbat komplit lumen. Penyumbatan komplit dapat terjadi dalam beberapa jam. Gejala-gejalan dari CVA akibat trombus terjadi selama tidur atau segera setelah bangun tidur. Hal ini berkaitan pada orang tua aktivitas simpatisnya menurun dan sikap berbaring menyebabkan menurunnya tekanan darah, yang akan menimbulkan iskemia otak.
2.3.7        Penatalaksanaan
Pengobatan stroke sedini mungkin sangat penting mengingat beratnya kelainan yang timbul dan komplikasi yang akan terjadi. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan.
2.3.7.1  Penatalaksanaan Umum
Dasar penatalaksanaan suatu stroke adalah dengan mengoptimalkan sirkulasi dan metabolisme umum dan mencegah peningkatan tekanan intrakranial akibat edema otak.
a.             Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, infus terpasang, boleh dimulai bertahap bila hemodinamika stabil.
b.            Bebaskan jalan nafas, bila perlu berikan oksigen 1-2 liter/menit sampai ada hasil pemeriksaan gas darah.
c.             Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermitten.
d.            Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
e.             Hiperglikemia atau hipoglikemia harus segera dikoreksi.
f.             Suhu tubuh  harus dipertahankan normal.
g.            Asupan nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik dan apabila didapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik dengan 1500 kalori.
h.            Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.
i.              Pemberian cairan intravena 24 jam pertama cairan emergensi RL, NaCl 0,9%, Asering dan dilanjutkan 24 jam berikutnya berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.
j.              Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin / LMWH dosis rendah bila tidak ada kontraindikasi.
k.            Mobilisasai dan neurorestorasi serta neurorehabilitasi dini bila tidak ada kontraksi.
2.3.7.2  Penatalaksanaan Stroke di Unit Gawat Darurat
Waktu adalah otak merupakan ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin, karena ”jendela terapi” dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal yang dilakukan adalah :
  1. Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC
  2. Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas
  3. Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan salin 0,45%, karena dapat memperhebat edema otak
  4. Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung
  5. Jangan membiarkan makanan atau minuman lewat mulut
  6. Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan poto rontgen toraks
  7. Ambil sampel untuk pemeriksaan darah : pemeriksaan darah perifer lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatin), masa protombin, dan masa tromboplastin parsial
  8. Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut : kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologiiksaan fisik
  9. CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia. Bila tidak ada, dengan skor Siriraj untuk menentukan jenis stroke
  10. Tegakkan diagnosis berdasarkan ananmnesis dan pemer
2.3.7.3  Prinsip Penatalaksanaan Stroke Iskemik
a.                   Membatasi atau memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama) menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-plasminogen activator). Pengobatan ini hanya boleh diberikan pada stroke iskemik dengan waktu onset <3jam dan hasil CT scan normal.
b.                  Mencegah perburukan neurologis yang berhubungan dengan stroke yang masih berkembang (’jendela terapi’ sampai 7 jam)
c.                   Mencegah stroke berulang dini (dalam 30 hari sejak onset gejala stroke). Terapi dini dengan heparin dapat mengurangi resiko stroke berulang dini pasien dengan kardiomegali.
2.3.7.4  Protokol Penatalaksanaan  Stroke Iskemik Akut
a.                   Pertimbangan rt-PA intravena 0,9 mg/kgBB intravena (dosis maksimum 90 mg) 10% diberikan bolus intravena dan sisanya diberikan per drip dalam waktu 1 jam jika onset gejala stroke dapat dipastikan kurang dari 3 jam dan hasil CT Scan otak tidak memperlihatkan infark dini yang luas
b.                  Pertimbangkan pemantauan irama jantung waktu pasien aitmia jantung atau iskemia miokard. Bila terdapat fibrilasi atrium respons cepat maka dapat diberikan digoksin 0,125-0,5 mg intravena atau verapamil 5-10 mg intravena atau amiodaron 200 mg drip s dalam 12 jam
c.                   Tekanan darah yang tinggi pada sroke iskemik tidak boleh cepat-cepat diturunkan akibatnya, penurunan tekanan darah yang terlalu agresif pada stroke iskemik akut dapat memperluas infark dan perburukan neurologis. Aliran darah yang meningkat akibat tekanan perfusi otak yang meningkat bermanfaat bagi daerah otak yang mendapat perfusi marginal (penumbran iskemik). Dengan obat-obatan antihipertensi golongan penyekat alfa beta (Labetalol), penghambat ACE (kaptopril) atau antagonis kalsium yang bekerja perifer (nefidipin) penurunan tekanan darah pada stroke iskemik tekanan darah yang sulit diturunkan dengan obat diatas atau bila diastolik > 140 mmHg secara persisten maka harus diberikan natrium nitroprusid intravena, 50/250 ml dekstrosa 5% dalam air (200 mg/ml) dengan kecepatan 3 ml/jam (10 mg/menit) dan dititrasi sapai tekanan darah yan diinginkan.
d.                   klinis atau radiologis adanya infark hemisferik atau serebelum yang masif, kesadaran menurun, gangguan pernapasan.
e.                   Pertimbankan konsul bedah saraf untuk dekompresi pada pasien dengan infark serebelum yang luas
f.                   Pertimbangkan sken resonansi magnetik pada pasien dengan strok vertebrobasiler tidak nyata pada CT Scan
g.                  Pertimbangkan pemberian heparin intravena dimulai dosis 800 unit/jam, 20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan 20 ml/jam.
2.3.8        komplikasi
Selama menjalani perawatan di RS, pasien stroke dapat mengalami komplikasi akibat penyakitnya. Komplikasi yang umum terjadi adalah bengkak otak (edema) yang terjadi pada 24 jam sampai 48 jam pertama setelah stroke. Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
  1. Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian kejang umumnya memperberat defisit neurologik
  2. Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap. Penatalaksanaan membutuhkan analgetik dan kadang antiemetik
  3. Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering terjadi pada stroke batang otak, bila menetap cari penyebab lain seperti uremia dan iritasi diafragma.
  4. Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan turun beberapa hari kemudian.
  5. Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila ada infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus urinarius.
  6. Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain itu, pasien menderita juga trombosis vena dalam (DVT).
  7. Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama atau akibat stroke. Sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita komplikasi gangguan ritme jantung.
  8. Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia. Dengan fluoroskopi ditemukan 64% penderita stroke menderita gangguan fungsi menelan. Penyebab terjadi pneumonia kemungkinan tumpang tindih dengan keadaan lain seperti imobilitas, hipersekresi dll.
  9. Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-larut terutama terjadi pada pasien umur lanjut. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab menurunnya fungsi neurologis, disfungsi kardiak dan gastrointestinal dan abnormalitas metabolisme tulang.
  10. Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke. Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.
  11. Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas, gangguan komunikasi dll.
  12. Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya diabetes melitus sebelumnya. Umumnya berhubungan dengan prognosa yang tidak baik.
  13. Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-obatan.
  14. Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat dihindari dengan prosedur rehabilitasi yang baik.
  15. Kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27% pasien stroke.
  16. Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
  17. Depresi dan efek psikologis lain. Hal ini mungkin karena kepribadian penderita atau karena umur tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke. Depresi harus ditengarai sebagai penyebab pemulihan yang tidak wajar, tidak kooperatif saat rehabilitasi dan keadaan emosi yang tidak stabil. Keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
  18. Inkontinensia alvi dan konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat.




2.4              Konsep Perilaku Pencegahan Stroke
2.4.1    Pencegahan Stroke
Pencegahan primer adalah usaha pencegahan serangan stroke yang pertama kali, sedangkan pencegahan sekunder adalah usaha pencegahan pada penderita yang pernah mengalami serangan stroke dan ingin menghindari serangan berikutnya.
1.                  Pencegahan Primer
a).        Pengobatan Tekanan Darah
Pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (tekanan sistolik lebih dari 150 mmHg) harus memperoleh pengobatan tekanan darah tinggi untuk mencegah serangan stroke. Pengobatan dilakukan dengan hati-hati memakai preparat antagonis kalsium (seperti nefidipin) serta selanjutnya salah satu anggota kelompok obat yang disebut penghambat beta (misal etanol).
b).        Kadar Lemak Darah
Penderita hipertensi usia pertengahan dan usia lanjut mempunyai permasalahan yang berhubungan dengan lemak. Penderita yang usianya lebih muda harus memperoleh nasehat diet rendah lemak jenuh dan rendah, hidrat arang (kalori seimbang). Kadang-kadang diperlukan juga obat untuk menurunkan kadar lemak yang berbahaya (seperti klofibrat). Beberapa preparat minyak ikan ternyata juga berkhasiat. Minyak ikan terbukti memiliki khasiat antiplatelet. Ini menunjukkan bahwa diet rendah lemak sangat penting sebagai bentuk pencegarah terhadapat hipertensi.
c).        Problem Pembuluh Darah
            Penderita yang pernah mengalami serangkaian iskemik sepintas atau penyepitan pembuluh arteri karotis harus mengalami pemeriksaan antara lain pemeriksaan gelombang suara ultra mengetahui keadaan arteri karotis juga juga dijumpai kelainan dilakukan pemeriksaan. Perilaku yang dapat diterapkan untuk mencegah terjadinya iskemik yaitu berolahraga secara teratur dan diet yang sehat.
2.                  Pencegahan Sekunder
a.       Tekanan Darah
Pada pasien yang mempunyai tekanan darah tinggi harus diobati dengan hati-hati. Obat yang diberikan harus dalam tekanan kecil dahulu dan selanjutnya dinaikkan secara bertahap.
b.      Pengobatan yang tepat
Penderita harus terlebih dahulu mengetahui apakah serangan stroke yang pertama kali terjadi disebabkan oleh perdarahan atau infark serebral.
c.       Sebutir Aspirin sehari
Penderita yang serangan strokenya disebabkan karena trombosis harus mendapatkan aspirin sebagai tindakan pencegahan. Sebagai penderita juga dapat tergolong dengan pemberian apiridamol, tetapi obat ini menyebabkan nyeri kepala, khususnya pada penderita migren.
d.      Warfarin
Penderita kelainan jantung juga yang dapat menimbulkan trombosis bisa dilindungi dengan pemberian antikoagulan warfarin. Penderita yang terus mendapatkan serangan iskemik sepintas sekalipun sudah minum aspirin dapat mengguakan warfarin.
2.4.2    Perilaku Pencegahan Serangan Stroke
Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan stroke pada penderita hipertensi antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai beikut :
1.                  Berolahraga Secara Aman
Konsul ke dokter sebelum melakukan olah raga untuk pertama kali. Kenakan baju yang menyerap keringat dan sepatu yang nyaman. Frekuensi latihan sebaiknya 3 sampai 5 kali seminggu, durasi latihan minimal 20 menit tidak termasuk pemanasan dan pendinginan, atau sampai berkeringat setiap kali latihan.
Olah raga yang tidak  mengeluarkan banyak tenaga misalnya jalan kaki dengan cepat, jogging dan bersepeda. Dengan melakukan olah raga yang teratur dan dinamis dapat memperbaiki aliran darah ke otot-otot dan memperbaiki metabolisme otot. Hal ini akan membantu terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi turun.
2.                  Hidangan Sehat dengan Menu Seimbang
a).        Makanan dengan menu seimbang sesuai kalori yang dibutuhkan
b).        Mengurangi asupan lemak, gula, dan garam.
c).        Perbanyak makan sayur dan buah yang mengandung tinggi serat untuk membantu mengontrol kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol darah, serta mengurangi resiko terserang penyakit kardiovaskuler.
d).        Masak dengan cara merebus, mengukus, panggang, atau bakar bahan makanan, hindari cara masak dengan menggoreng
e).        Ikuti cara makan sehat sebagai berikut; gunakan piring kecil dan makan sesuai kebutuhan, makan secara perlahan, an makan camlan sehat misalnya buah
f).        Ikuti Panduan ” Pramida Makanan” dengan memilih variasi akar bahan
3.                  Diet Rendah Lemak
a).        Perbanyak makan ikan dan tempe
b).        Hindari asupan lemak, minyak goreng dan santan
c).        Perbanyak makan sayuran dan buah
d).        Timbang berat badan secara teratur, hindari kegemukan
e).        Bila memasak daging, pisahkan lemak dan jangan dimakan
f).        Hindari maknan yang digoreng
g).        Hindari biskuit, cake, tart, cokelat
h).        Pilih susu yang rendah lemak
4.                  Diet Rendah Garam
Kemungkinan terjadi stroke pada penderita hipertensi sangat tinggi bila penderita mengkonsumsi garam dapur terlalu banyak. Orang yang normal biasanya mengkonsumsi  garam dapur antara lain 5-15 gram perhari. Pada penderita hipertensi dianjurkan makan garam seminimal mungkin sekitar 2-3 gram perhari mengurangi penggunaan garam, baik dari garam dapur maupun bahan adaptif seperti monosodium glutamat, natrium benzoat dan natrium bikarbonat dapat mengurangi terjadinya serangan stroke karena bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan terganggunya aliran darah dalam otak dan dapat mengakibatkan stroke.
5.                  Berhenti Merokok
Pengapuran atau pengerasa pembuluh darah yang disebut aterosklerosis merupakan akibat pertama kali dari merokok, dan juga terjadi kekurangan volume pasca darah, rokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah 2-10 menit setelah dihisap. Karena merangsang saraf mengeluarkan hormon yang bisa menyebabkan pengerutan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi naik dan menyebabkan faktor resiko terjadi stroke.
6.                  Kelola Stress dengan Baik
Stress merupakan reaksi normal terhadap perubahan dan gejolak kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang pasti pernah mengalami stress. Respon seseorang dalam menghadapi stress berbeda, mulai dari jantung berdebar-debar, otot leher atau tengkuk terasa tegang, sulit tidur, kepala pusing, perut perih, tidak napsu makan, diare, atau seaiknya justru meningkat napsu makannya.
Stress merupakan salah satu faktor penyebab stroke. Yang harus dipelajari oleh pasien dan keluarga adalah cara mengelolah stress secara bijak. Hal ini dapat dicegah dengan cara berusaha relaksasi dalam menghadapi masalah, melakukan refresing dan dapat juga dengan mendalami agama dan berusaha menciptakan keluarga bahagia.

2.5      Kerangka Konseptual
           Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasiam dan membentuk suatu teori yamg menjelasakan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti.(Nursalam, 2003 :59).










2.5.1        Keterangan  Kerangka konsep
Untuk variabel independent pengetahuan klien hipertensi yang tidak diteliti diantaranya : yang pertama Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan, Umur, Pendidikan, Informasi, Kebudayaan dan Lingkungan serta Pekerjaan. Yang kedua Tingkat pengetahuan pasien hipertensi, C2 Memahami, C3 Aplikasi, C4 Analisis, C5 Sintesis, dan C6 Evaluasi.
Untuk variabel independent pengetahuan pasien hipertensi yang diteliti diantaranya : Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi C1 tahu, dan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki klien hipertensi penulis menggunakan parameter konsep dari penyakit stroke diantaranya : pengertian, jenis, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari penyakit stroke.
Untuk variabel dependent perilaku pencegahan stroke yang tidak diteliti diantaranya : yang pertama Faktor yang menyababkan perilaku manusia : faktor predisposis, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Dan yang kedua domain perilaku : Afektif dan Psikomotor.
Untuk variabel dependent perilaku pencegahan stroke yang diteliti diantaranya : Domain Perilaku : Kognitif. dan untuk mengetahui kognitif dari perilaku pencegahan stroke pasien hipertensi penulis menggunakan beberapa parameter perilaku pencegahan stroke. Diantaranya : Berolahraga secara aman, Hidangan sehat dengan menu seimbang, Diet rendah lemak, Diet rendah garam, Berhenti merokok, serta Kelolah stress dengan baik.
Dari kedua variabel ini penulis akan menganalisa apakah ada hubungan yang signifika antara pengetahuan pasien hipertensi dengan perilaku pencegaha stroke atau sebaliknya apakah tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan pasien hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke.

2.6      Hipotesis
           Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. (Nursalam, 2003 :  57 ).
HO : Ada hubungan pengetahuan pada pasien  Hipertensi dengan Perilaku Pencegahan Stroke .
Ha : Tidak ada hubungan pengetahuan pada pasien Hipertensi dengan Perilaku Pencegahan Stroke .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kesimpulan

sectio caesarea