konsep scabies
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep pengetahuan
2.1.1
Definisi
Pengetahuan
adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi
melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek.
Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo,2003).
2.1.2
Tingkat pengetahuan
Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Ovent Behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:
a. Tahu
(know)
Tahu
di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang di pelajari atau di rangsang yang telah di terima. Oleh
sebab itu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari yaitu
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya
(Notoatmojo, 2003).
b. Memahami
(comprehention)
Memahami
artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di
ketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari
(Notoatmojo, 2003).
c. Aplikasi
(application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari
pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di
artikan aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmojo, 2003).
d. Analisis
(analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan ada
kaitannya satu sama lain (Notoatmojo, 2003).
e. Sintesis
(syntesis)
Sintesis
yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada (Notoatmojo,
2003).
f. Evaluasi
(evaluation)
Evaluasi
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada
(Notoatmojo, 2003)
2.1.3
Cara memperoleh pengetahuan
Cara
memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmojo (2003:11) adalah sebagai
berikut:
a. Cara
kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara
coba salah (trial and error)
Cara
ini telah di pakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya
peradaban. Cara coba salah ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.
Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.
2) Cara
kekuasaan atau otoritas
Sumber
pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau
informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
di kemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu
atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
3) Berdasarkan
pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadipun dapat di gunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang di hadapi masalalu.
b. Cara
modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara
ini di sebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula di kembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Ahirnya lahir suatu
cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian
ilmiah.
2.1.4
Proses perilaku tahu
Menurut
Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmojo (2003), perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun
tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awernes
(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest
(merasa tertarik), dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada
stimulus.
c. Evaluation
(menimbang-nimbang),individu akan menimbangkan baik buruknya tindakan terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
d. Trial,
diman individu mulai mencoba perilaku baru
e. Adaption, dan
sikapnya terhadap stimulus
Pada penelitian
selanjutnya, Rogers (1974) yang di kutip oleh Notoatmojo (2003), menyimpulkan
bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari
oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (linh lasting) namun
sebaliknya jika perilaku itu tidak di dasari oleh pengetahuan dan kesadaran,
maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama.
Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis, dan
sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan
seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan
dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial
budaya (A. Wawan, 2010).
2.1.5
Factor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan
a. Faktor
internal
1) Pendidikan
Pendidikan
berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehiduapan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut YB Mantra yang
dikutip Notoatmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut
Thomas yang di kutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut
Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat di lahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok
(1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
Hal
ini akan sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Faktor
eksternal
1) Faktor
lingkungan
Menurut
An.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh
kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial
budaya
Sistem
sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam
menerima informasi.
2.1.6
Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut
Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik
: hasil presentase 76 % - 100 %
b. Cukup
: hasil presentase 56 % - 75 %
c. Kurang
: hasil presentase > 56 %
2.2 Konsep
scabies
2.2.1
Definisi
Scabies
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya secara kontak
langsung. Pada tahun 1687, Benomo menemukan kutu scabies pada manusia dan Von
Hebra pada abad XIX telah melukiskan tentang pengetahuan dasar dari penyakit
ini (Marwali, 2000).
2.2.2
Etiologi
Scabies
di tularkan oleh kutu betina yang telah di buahi, melalui kontak fisik yang
erat. Penularan melalui pakaian dalam, handuk, seprei, tempat tidur, perabot
rumah, jarang terjadi. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada
suhu kamar 21oC dengan kelembaban relatif 40-80 % (Marwali, 2000).
Kutu
betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina, dan kemudian
mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang kedalam epidermis;
kemudian membentuk terowongan di dalam stratum korneum. Kecepatan menggali
terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, scabies betina mulai
mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan
kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira
30 hari. Kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak
terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel
pilosebsea (Marwali, 2000).
2.2.3
Masa inkubasi
Masa
inkubasi scabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan bernulan-bulan
tanpa menunjukkan gejala. Mellan by menunjukkan sensitisasi dimulai 2-4 minggu
setelah penyakit di mulai. Selama waktu itu kutu berada di atas kulit atau
sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah
penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu (Harahap, 2000).
2.2.4
Cara penularan
a. Kontak
langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.
b. Kontak
tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
Penularannya biasanya
oleh sarcoptes scabiei betina yang
sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula sarcoptes scabiei var. Animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing (fakultas kedokteran, 1987).
2.2.5
Manifestasi
a. Adanya
terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,
penjangnya beberapa milimeter sampai satu cm, dan pada ujungnya tampak
vesikula, papula, atau pustula.
b. Tempat
predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilikus, abdomen bagian
bawah, genetalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan
kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat
terjadi di seluruh permukaan kulit.
c. Penyembuhan
cepat setelah pemberian obat antiscabies topikal yang efektif.
d. Adanya
gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita
gatal, harus di curigai adanya scabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh
temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktifitas kutu meningkat
(Marwali, 2000).
2.2.6
Pemeriksaan
Cara menemukan tungau
a. Carilah
mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesikel.
Congkel dengan jarum dan letakkan di atas kaca obyek, lalu tutup dengan kacca
penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
b. Dengan
cara menyikat dengan sikat dan di tampung diatas selembar putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.
c. Dengan
membuat biopsy buatan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisan
tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya.
d. Dengan
biopsy eksisional dan di periksa dengan pewarna HE (MasjoerArief, 2000).
2.2.7
Komplikasi
Bila
scabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis,
limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak
kecil yang di serang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu
glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat
antiscabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang
terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15 % dapat menyebabkan
dermatitis bila digunakan terus-menerus selama beberapa hari pada kulit yang
tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali
sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena
heksaklorida sudah di ketahui menyebabkan dermatitis iritan bila di gunakan secara
berlebihan (Harahap, 2000).
2.2.8
Macam-macam
a. Scabies
pada orang bersih
Scabies
yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah diagnosis.
Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi
secara teratur (Harahap, 2000).
b. Scabies
pada bayi dan anak
Lesi
scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang di temukan. Pada bayi, lesi
terdapat di muka (Harahap, 2000).
c. Scabies
yang di tularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat
menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut.
Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak
timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan
sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi teratur (Harahap, 2000).
d. Scabies
noduler
Nodul
terjadi akibat reaksi hipersensitifitas. Tempat yang sering di kenai adalah genetalia pria, lipat paha,
dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan,
bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti scabies
(Harahap, 2000).
e.
Scabies incognito
Obat
steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies,
sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal
yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin di
sebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler (Harahap, 2000).
f.
Scabies terbaring di tempat tidur (bedridden)
Penderita
penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita scabies yang lesinya terbatas (Harahap, 2000).
g.
Scabies krustosa (Norwegian scabies)
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang
di sertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak
sekali. Krusta ini melindungi sarcoptes
scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat tinggi dan
gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah di diagnosis, bahkan kadang
diagnosisnya dapat di tegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke
orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi
mental (Down’s syndrome), sensasi
kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan
tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukimia dan
diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau
setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksik jangka panjang) (Harahap, 2000).
2.2.9
Diagnosis banding
Scabies
merupakan the great immitator, karena
banyak menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis
bandingnya adalah prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.
Setiap dermatitis yang mengenai daerah aerola, selain penyakit paget, harus di
curigai pula adanya scabies. Scabies krustosa dapat menyerupa dermatitis
hiperkeratosis, psoriasis, dan dermatitis kontak (Harahap, 2000).
2.2.10 Penatalaksanaan
Semua
keluarga yang berkontak dengan penderita harus di obati termasuk pasangan
seksnya. Ada bermacam-macam pengobatan antiscabies:
a. Benzene heksaklorida (lindane)
Tersedia
dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau, tidak berwarana. Obat ini
membunuh kutu dan nimfa. Obat ini di gunakan dengan cara menyapukan keseluruh
tubuh dari leher kebawah, dan setelah 12-24 jam dicuci bersih. Pengobatan di
ulang selama 3 hari.Pengobatan diulang maksimum 2 kali dengan interval 1
minggu. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf
pusat. Pada bayi dan anak-anak, bila di gunakan berlebihan, dapat menimbulkan
nurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunakan untuk ibu menyusui dan wanita
hamil (Harahap, 2000).
b. Sulfur
Dalam
bentuk arafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif di gunakan. Dalam
konsentrasi 2,5 % dapat di gunakan pada bayi. Obat ini di gunkan pada malam hari
selama 3 malam (Harahap, 2000).
c. Benzilbenzoat (crotamiton)
Tersedia
dalam bentuk krim atau lotion 25 %. Sebaiknya obat ini di gunakan selama 24
jam, kemudian di gunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini di sapukan ke badan
dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila di
gunakan untuk bayi dan anak-anak, harus di tambahkan air 2-3 bagian (Harahap, 2000).
d. Monosulfiran
Tersedia
dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum di gunakan, harus di tambah 2-3 bagian
air dan di gunakan setiap hari selama 2-3 hari. Selama dan segera setelah
pengobatan, penderita tidak boleh minum alkohol karena dapat menyebabkan
keringat yang berlebihan dan takikardi (Harahap, 2000).
e. Malathion
Malathion
0,5 % dengan dasar air di gunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan
beberapa hari kemudian (Harahap, 2000).
f. Permethrin
Dalam
bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Penggunaannya selama 8-12 jam dan
kemudian dicuci bersih. Obat ini di laporkan efektif untuk scabies. Pengobatan
pada scabies krustosa sama dengan scabies klasik, hanya perlu di tambahkan
salep keratolitik. Scabis subungual susah di obati. Bila di dapatkan infeksi
sekunder perlu di berikan antibiotik sistematik (Harahap, 2000).
2.2.11 Pencegahan
Pencegahan scabies
dapat di lakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. Mencuci
bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai
maupun baju penderita scabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
b. Menghindari
pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
c. Mengobati
seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan
rantai penularan.
d. Gunakan
air bersih dalam kehidupan sehari-hari (Handoko, 1999).
2.3 Konsep perilaku
2.3.1
Definisi
Perilaku
di artikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku
baru terjadi apabila ada sesuatu yang di perlukan untuk menimbulkan reaksi,
yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan
reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmojo,1997).
Perilaku
di artikan suatu respon organisme atau sesorang terhadap rangsangan dari luar
subjek tersebut (Notoatmojo, 1993).
2.3.2
Ciri-ciri perilaku
Menurut
Sarlito Wirawan Sarwono (1983) dalam bukunya pengantar umum psikologi,
ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahluk lain adalah kepekaan
sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, tiap
individu adalah unik. Secara singkat dapat di uraikan sebagai berikut (Sunaryo,
2004).
a. Kepekaan
social
Artinya kemampuan
manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang
lain.
b. Kelangsungan
perilaku
Artinya antara perilaku
yang satu ada kaitannya dengan perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah
kelanjutan perilaku yang baru lalu dan seterusnya. Dalam kata lain bahwa
perilaku manusia terjadi secara berkesinambungan bukan secara merata.
c. Orientasi
pada tugas
Setiap perilaku manusia
selalu memiliki orientasi pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang
rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk dapat menguasai ilmu
pengetahuan tertentu. Demikian juga individu yang bekerja, berorientasi untuk
menghasilkan sesuatu.
d. Usaha
perjuangan
Usaha dan perjuangan
pada manusia telah di pilih dan di tentukan sendiri, serta tidak akan
memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin di perjuangkan.
e. Tiap-tiap
individu adalah unik
Unik disini mengandung
arti bahwa manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain dan tidak ada dua
manusia yang sama persis di muka bumi ini, walaupun ia di lahirkan kembar.
Manusia mempunyai ciri-ciri, sifat, watak, tabiat, kepribadian, motivasi
tersendiri yang membedakannya dari manusia lainnya. Perbedaan pengalaman yang
di alami individu pada masa silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari,
menentukan perilaku individu di masa kini yang berbeda-beda pula.
2.3.3
Proses pembentukan perilaku
Perilaku
manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow,
manusia memilki lima kebutuhan dasar, yaitu :
a. Kebutuhan
fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O,
cairan eletrolit, makanan, dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan
sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi
(Sunaryo, 2004).
b. Kebutuhan
rasa aman, misalnya :
1) Rasa
aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan, dan kejahatan lain
2) Rasa
aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan, dan lain-lain
3) Rasa
aman terhindar dari sakit dan penyakit
4) Rasa
aman memperoleh perlindungan hukum (Sunaryo, 2004).
c. Kebutuhan
mencintai dan dicintai, misalnya :
1) Mendambakan
kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman,
kekasih, dan lain-lain
2) Ingin
dicintai/mencintai orang lain
3) Ingin
diterima oleh kelompok tempat ia berada (Sunaryo, 2004).
d. Kebutuhan
harga diri, misalnya :
1) Ingin
dihargai dan menghargai orang lain
2) Adanya
respek atau perhatian dari orang lain
3) Toleransi
atau saling menghargai dalam hidup berdampingan (Sunaryo, 2004).
e. Kebutuhan
aktualisasi diri, misalnya :
1) Ingin
di puja atau di sanjung oleh orang lain
2) Ingin
sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita
3) Ingin
lebih dari orang lain (Sunaryo, 2004).
2.3.4
Factor-faktor yang mempengaruhi perilaku
a. Faktor
genetik atau endogen
Faktor
genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan
perkembangan perilaku mahluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri
individu (endogen), antara lain :
1) Jenis
ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda dengan
yang satu dengan yang lainnya. Tiga kelompok ras terbesar, yaitu :
a) Ras
kulit putih. ciri-cir fisik: warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang.
Perilaku yang dominan: terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia
b) Ras
kulit hitam atau ras Negroid; ciri-ciri fisik: berkulit hitam, berambut
keriting, dan bermata hitam. Perilaku yang dominan: tabiatnya keras, tahan
menderita, dan menonjol dalam kegiatan olahraga keras.
c) Ras
kulit kuning atau ras mongoloid; ciri-ciri fisik: berkulit kuning, berambut
lurus, dan bermata coklat. Perilaku yang dominan: keramahtamahan, suka
bergotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara ritual (Sunaryo, 2004).
2) Jenis
kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan
rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan (Sunaryo, 2004).
3) Sifat
fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat
fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan
individu yang memiliki fisik tinggi kurus (Sunaryo, 2004).
4) Sifat
kepribadian. Salah satu pengertian kepribadian yang di kemukakan oleh Maramis
(1999) adalah : keseluruhan pola fikiran, perasaan, dan perilaku yang sering di
gunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus terhadap
hidupnya (Sunaryo, 2004).
5) Bakat
pembawaan. Bakat menurut Notoatmojo (1997) yang mengutip pendapat William B.
Micheel (1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit
sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut (Sunaryo, 2004).
6) Inteligensi,
menurut Terman inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak
(Sukari:1997). Sedangkan Ebbinghaus mendefinisikan inteligensi adalah kemampuan
untuk membuat kombinasi (Notoatmojo:1997). Dari batasan tersebut dapat di
katakan bahwa inteligensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh
karena itu, kita kenal ada individu yang inteligen, yaitu individu yang dalam
mengambil keputusan dapat bertindak cepat, tepat, dan mudah. Sebaliknya bagi
individu yang memiliki inteligensi rendah dalam mengambil keputusan akan
bertindak lambat (Sunaryo, 2004).
b. Faktor
eksogen atau luar individu
1) Faktor lingkungan, lingkungan
disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik,
biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku
(Sunaryo, 2004).
2) Pendidikan, secara
luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan
hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara
formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan
masalah perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan pendidikan formal maupun
informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi
perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti (Sunaryo, 2004).
3) Agama, merupakan
tempat mencari makna hidup yang terahir atau penghabisan. Agaman sebagai suatu
keyakinan hidup yang masuk kedalam konstruksi kepribadian seseorang sangat
berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu.
Seseorang yang mengerti dan rajin melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan,
akan berperilku dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama yang di yakininya
(Sunaryo, 2004).
4) Sosial ekonomi, telah
di singgung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap
perilaku seseorang adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut
sosial budaya dan sosial ekonomi (Sunaryo, 2004).
5) Kebudayaan, menurut
Mac Iver sebagaimana di kutip oleh Soerjono Soekanto (2001) ekspresi jiwa
terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni
kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan (Sunaryo, 2004).
Koentjoroningrat (1990)
memberi batasan kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus di biasakannya dengan belajar, serta dari hasil budi dan karyanya itu.
c. Faktor-faktor
lain
1) Susunan
saraf pusat memegang peranan penting karena merupakan sarana untuk memindahkan
energi yang berasal dari stimulus melalui neuron ke simpul saraf tepi yang
seterusnya akan berubah menjadi perilaku. Impuls-impuls saraf indra
pendengaran, penglihatan, pembau, pengecap, dan peraba, yang di salurkan dari
tempat masuknya stimulus melalui impuls-impuls saraf ke susunan saraf pusat,
yaitu otak dan setelah disadari melalui persepsi maka individu akan
berperilaku.
2) Persepsi
merupakan proses di terimanya rangsangan melalui pancaindra, yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada
didalam maupun di luar dirinya. Melalui persepsi dapat di ketahui perubahan
perilaku seseorang. Setiap individu kadang-kadang memiliki persepsi yang
berbeda walaupun mengamati objek yang sama.
3) Emosi,
Maramis (1999) menyebutkan bahwa emosi adalah manifestasi perasaan atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama.
perilaku individu dapat di pengaruhi emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi
emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani. Perilaku individu yang sedang
marah, kelihatan mukanya merah (Sunaryo, 2004).
2.3.5
Bentuk perilaku
Perilaku
dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang
berasal dari dalam maupun luar individu tersebut. Secara garis besar bentuk
perilaku ada dua macam, yaitu :
a. Perilaku
pasif (respon internal)
Perilaku yang sifatnya
masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat di amati secara
langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum tindakan yang nyata (Sunaryo, 2004).
b. Perilaku
aktif (respon eksternal)
Perilaku yang sifatnya
terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat di amati langsung, berupa
tindakan yang nyata (Sunaryo, 2004).
c. Perilaku
kesehatan
Perilaku kesehatan
adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan (Sunaryo, 2004).
Respon atau reaksi
organisme dapat berbentuk pasif (respons yang masih tertutup) dan aktif
(respons terbuka, tindakan yang nyata atau practice/psychomotor)
Menurut Notoatmojo
(1997), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat
unsur, yaitu : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
lingkungan. Penjelasan secara rinci sebagai berikut :
1) Perilaku
terhadap sakit dan penyakit
Perilaku tentang
bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit yang bersifat respons
internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar dirinya),
baik respons pasif (pegetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif (praktik)
yang di lakukan sehubungan dengan sakit dan penyakitnya.
2) Perilaku
terhadap system pelayanan kesehatan
Perilaku ini adalah
respons individu terhadap system pelayanan kesehatan modern maupun tradisional,
meliputi :
a) Respons
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
b) Respons
terhadap cara pelayanan kesehatan
c) Respons
terhadap petugas kesehatan
d) Respons
terhadap pemberian obat-obatan
Respons tersebut
terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas, maupun
penggunaan obat-obatan.
3) Perilaku
terhadap makanan (nutrition behavior)
Perilaku ini adalah
respons individu terhadap makanan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi,
sikap, dan praktik terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya
(gizi,vitamin), dan pengelolaan makanan sehubungan kebutuhan tubuh kita.
4) Perilaku
terhadap lingkungan kesehatan (environtmental
behavior)
Perilaku ini adalah
respons individu terhadap lingkungan sebagai determinant (faktor penentu) kesehatan manusia.
2.3.6
Klasifikasi perilaku
Menurut Becker (1979)
Sebagaimana dikutip
oleh Notoatmojo (1997) bahwa klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
adalah :
a. Perilaku
kesehatan (health behavior), yaitu
perilaku individu yang ada kaitannya dengan health
promotion, health prevention, personal hygiene, memilih makanan, dan
sanitasi (Sunaryo, 2004).
b. Perilaku
sakit (illness behavior), yaitu semua
aktifitas yang di lakukan oleh individu yang merasa sakit untuk mengenal
keadaan kesehatan atau rasa sakitnya, pengetahuan dan kemampuan individu untuk
mengenal penyakit, pengetahuan dan kemampuan tentang penyebab penyakit, dan
usaha-usaha untuk mencegah penyakit (Sunaryo, 2004).
c. Perilaku
peran sakit (the sick role behavior),
yaitu segala aktifitas individu yang sedang menderita sakit untuk memperoleh
kesembuhan (Sunaryo, 2004).
Menurut Saparinah Sadli
(1982)
Di kutip oleh
Notoatmojo (1997) menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial yang
saling mempengaruhi.
2.3.7
Domain perilaku
1.
Cognitive
domain (ranah kognitif)
|
3.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
|
perilaku
|
2.
affective Domain (Ranah Afektif)
|
Gambar 2.1
Domain perilaku menurut Benyamin Bloom yang di paparkan oleh Notoatmojo
(1997)
Pengukuran domain
perilaku :
a. Cognitive domain, diukur
dari knowledge (pengetahuan)
b. Affective domain, diukur
dari attitude (sikap)
c. Psychomotor domain, diukur
dari Psychomotor/practice
(keterampilan)
Menurut Ki Hadjar
Dewantara, perilaku manusia terdiri dari cipta, rasa, dan karsa.
1.Cipta (Kognisi)
|
2. rasa (emosi)
|
3. karsa (konasi)
|
perilakuu
|
Gambar
2.2 Domain perilaku menurut Ki Hadjar Dewantara
Terbentuknya perilaku
baru, khusunya pada orang dewasa dapat di jelaskan sebagai berikut :
a.
Diawali dari cognitif domain, yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu.
b.
Affective
domain, yaitu timbul respons batin dalam bentuk sikap dari
individu terhadap objek yang di ketahuinya. Berakhir pada
c.
Psychomotor
domain, yaitu objek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respons berupa tindakan.
Cognitive Domain affective domain psychomotor domain
Dalam kenyataannya,
stimulus yang di terima oleh sujek dapat langsung menimbulkan tindakan, tanpa
mengetahui makna stimulus yang di terima. Singkatnya, tindakan seseorang tidak
harus di dasari oleh pengetahuan maupun sikap.
2.4 Konsep kebersihan diri (personal
hygiene)
2.4.1
Definisi
Kebersihan
diri adalah upaya yang di lakukan individu dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental. Berpenampilan bersih, harum,
dan rapi merupakan dimensi yang sangat penting dalam mengukur tingkat
kesejahteraan individu secara umum. Menurut Roper (2002), aktifitas ini di
kembangkan menjadi rutinitas harian guna memberikan perasaan stabil dan aman
pada diri individu. Tingkat kebersihan sendiri di nilai dari penampilan
individu serta upayanya dalam menjaga kebersihan dan kerapian tubuhnya setiap
hari. Hal ini sangat penting, mengingat kebersihan merupakan kebutuhan dasar
utama yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan kondisi psikologis individu
secara umum (Iqbal, 2007).
Kebersihan diri adalah ilmupengetahuan tentang kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan. Kebersihan diri adalah perawatan diri dengan cara melakukan beberpa
fungsi seperti mandi, toileting, higine tubuh, dan berhias. Higine adalah
persoalan pribadi dan di tentukan oleh beberapa faktor, termasuk nilai2 dan
prktik individual. Kebersihan diri meliputi perawatan kulit, rambut, kuku,
gigi, rongga mulut dan hidung, mata telinga dan area perinium genital (Kozier
& Erb, 2009).
2.4.2
Jenis
Kebersihan
diri merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang rutin dilakukan oleh
perawat setiap hari di rumah sakit. (Depkes RI,1987). Tindakan tersebut
meliputi :
a. Perawatan
kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh
b. Perawatan
mata
c. Perawatan
hidung
d. Perawatan
telinga
e. perawatan
gigi dan mulut
f. perawatan
kuku tangan dan kaki
g. perawatan
perineum
h. perawatan
tubuh (memandikan)
2.4.3
Factor yang mempengaruhi kebersihan diri
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebersihan diri antara lain:
a. Budaya.
Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa saat individu
sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya (Iqbal,
2007).
b. Status
sosial ekonomi. Untuk melakukan kebersihan diri yang baik dibutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta
perlengkapan mandi yang cukup (mis.,sabun, sikat gigi, sampo, dll) (Nancy
Roper, 2002). Itu semua tentu membutuhkan biaya. Dengan kata lain, sumber
keuangan individu akan berpengaruh pada kemampuannya memepertahankan kebersihan
diri yang baik (Iqbal, 2007).
c. Agama.
Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam melaksanakan kebiasaan
sehari-hari. Agama islam misalnya, umat islam diperintahkan untuk selalu
menjaga kebersihan karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini tentu
akan mendorong individu untuk mengingat pentingnya kebersihan diri bagi
kelangsungan hidup (Iqbal, 2007).
d. Tingkat
pengetahuan atau perkembangan individu. Kedewasaan seseorang akan memberi
pengaruh tertentu pada kualitas diri orang tersebut, salah satunya adalah
pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan itu penting dalam meningkatkan status
kesehatan individu. Sebagai contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, kita
harus mandi dengan bersih setiap hari (Iqbal, 2007).
e. Status
kesehatan. Kondisi sakit atau cedera akan mengahambat kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan
individu. Individu akan semakin lemah yang pada ahirnya jatuh sakit (Iqbal,
2007).
f. Kebiasaan.
Ini ada kaitannya dengan kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk
tertentu dalam melakukan perawatan diri, misalnya menggunakan showers, sabun
pada, sabun cair, sampo, dan lain-lain (Taylor,1989).
g. Cacat
jasmani/mental bawaan. Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan
individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri (Iqbal, 2007).
2.4.4
Prinsip kebersihan diri
Kebersihan
kulit dan membran mukosa sangatlah penting karena kulit merupakan garis
pertahanan tubuh yang pertama dari kuman penyakit. Dalam menjalankan fungsinya,
kulit menerima berbagai rangsangan dari luar dan menjadi pintu masuk utama
kuman patogen kedalam tubuh. Bila kulit bersih dan terpelihara, kita dapat
terhindar dari berbagai penyakit, gangguan, atau kelainan yang mungkin muncul.
Selain itu, kondisi kulit yang bersih akan menciptakan perasaan segar dan
nyaman, serta membuat seseorang terlihat cantik. Prinsip kebersihan diri dapat
meliputi beberapa hal, yaitu :
a. Kulit
Umumnya, kulit di
bersihakn dengan cara mandi. Ketika mandi, kita sebaiknya menggunakan jenis
sabun yang banyak mengandung lemak nabati karena dapat mencegah hilangnya
kelembapan dan menghaluskan kulit. Sabun detergen jarang di gunakan untuk mandi
karena sifatnya iritatif. Dalam memilih dan mamakai sabun, make-up, deodoran, dan sampo hendaknya pilih produk yang tidak
menimbulkan rasa perih atau iritasi. Kulit anak-anak cenderung lebih tahan terhadap
trauma dan infeksi. Meski demikian, kita harus rutin membersihkannya karena
anak sering sekali buang air dan senang bermain dengan kotoran (Wahit, 2007).
Cara perawatan kulit adalah sebagai berikut :
1) Biasakan
mandi minimal dua kali sehari atau setelah beraktifitas
2) Gunakan
sabun yang bersifat tidak iritatif
3) Sabuni
seluruh tubuh, terutama area lipatan kulit seperti sela-sela jari, ketiak,
belakang telinga, dan lain-lain.
4) Jangan
gunakan sabun mandi untuk wajah.
5) Segera
keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah, tangan, badan, hingga
kaki.
Hal-hal yang membahayakan
kulit antara lain sinar matahari, rokok, alkohol, dan kondisi stress. Pengaruh
sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan pada serat elastin yang memberikan
keturunan pada kulit juga kolagen yang membentuk serta menunjang jaringan
kulit. Rokok dapat mempercepat penuaan kulit karena zat yang terkandung
didalamnya dapat mengurangi cadangan vitamin C tubuh. Alkohol dapat menyebabkan
kerusakan vitamin B dan cadangan vitamin C. Kondisi stress dapat memicu
berbagai kelainan dalam tubuh termasuk kulit.
b. Kuku
Kuku merupakan
pelengkap kulit. Kuku terdiri atas jaringan epitel. Badan kuku adalah bagian
yang tampak sebelah luar, sedangkan akarnya terletak didalam lekuk kuku tumbuh
dan mendapat makanan. Kuku yang sehat berwarna merah muda (Wahit, 2007).
Cara-cara dalam merawat kuku antara lain :
1) Kuku
jari tangan dapat di potong dengan pengikir atau memotongnya dalam bentuk oval
(bujur) atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan jari kaki di potong dalam bentuk
lurus.
2) Jangan
memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan kulit di
sekitar kuku.
3) Jangan
membersihkan kotoran di balik kuku dengan benda tajam, sebab akan merusak
jaringan dibawah kuku.
4) Potong
kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan.
5) Khusus
untuk jari kaki, sebaiknya kuku di potong segera setelah mandi atau di rendam
dengan air hangat terlebih dahulu.
6) Jangan
gigit kuku karena akan merusak bagian kuku.
c. Rambut
Rambut
merupakan struktur kulit. Rambut terdiri atas tangkai rambut yang tumbuh
melalui dermis dan menembus permukaan kulit, serta kantung rambut yang terletak
di dalam dermis. Rambut yang sehat terlihat mengilap, tidak berminyak, tidak
kering, atau mudah patah. Pertumbuhan rambut tergantung pada keadaan umum
tubuh. Normalnya, rambut tumbuh karena mendapat suplai darah dari pembuluh-pembuluh
darah di sekitar rambut.
Beberapa hal yang dapat
mengganggu pertumbuhan rambut antara lain panas dan kondisi mal nutrisi. Fungsi
rambut sendiri adalah untuk keindahan dan penahan panas. Bila rambut kotor dan
tidak di bersihkan lama-kelamaan akan menjadi sarang kutu kepala. Umumnya,
rambut yang pendek lebih mudah perawatannya dibandingkan rambut yang panjang
(Wahit, 2007). Cara-cara merawatn rambut antara lain :
1) Cuci
rambut 1-2 kali seminggu (atau sesuai kebutuhan) dengan memakai sampo yang
cocok
2) Pangkas
rambut agar terlihat rapi
3) Gunakan
sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut
dengan minyak
4) Jangan
gunakan sisir yang bergigi tajam karena bisa melukai kulit kepala
5) Pijat-pijat
kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut
6) Pada
jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung hingga ke
pangkal dengan pelan dan hati-hati.
d. Gigi
dan mulut
Mulut
merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan dan merupakan bagian tambahan
dari sistem pernafasan. Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang
berperan penting dalam proses pencernaan awal. Selain gigi dan lidah, ada pula
saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Mulut merupakan
rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri, karenanya harus selalu
dibersihkan. Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi
makanan manis, menggigit benda keras, dan kebersihan mulut yang kurang.
Perawatan gigi dan mulut pada balita ternyata cukup menentukan kesehatan gigi
dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Beberapa penyakit yamg
mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk pada balita adalah
karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan (kumpulan artikel kesehatan
anak, 2002). Salah satu tujuan perawatan gigi dan mulut adalah untuk mencegah
penyebaran penyakit yang di tularkan melalui mulut (mis. Tifus, hepatitis),
mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh (Adam,
Samsyuri, 1994). Cara merawat gigi dan mulut antara lain :
1) Tidak
makan makanan yang terlalu manis dan asam
2) Tidak
menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras (mis. Membuka
tutup botol)
3) Menghindari
kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah
4) Menyikat
gigi sesudah makan dan khususnya sebelum tidur
5) Memakai
sikat gigi yang berbulu banyak, halus, dan kecil sehingga dapat menjangkau
bagian dalam gigi
6) Meletakkan
sikat pada sudut 45
di pertemuan antara gigi dan gusi dan sikat mengahadap ke arah yang sama dengan
gusi
7) Menyikat
gigi dari atas kebawah dan seterusnya
8) Memeriksakan
gigi secara teratur setiap enam bulan.
e. Mata
Tujuan
untuk membersihkan mata adalah untuk mempertahan- kan kesehatan mata dan
mencegah infeksi. Mata yang sehat akan tampak jernih dan bersih dari kotoran.
Kotoran mata dapat menempel pada bulu mata dan sudut mata (Wahit, 2007). Cara
merawat mata antara lain :
1) Usaplah
kotoran mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut bagian luar
2) Saat
mengusap mata, gunakanlah kain yan bersih dan lembut
3) Lindungi
mata dari kemasukan debu dan kotoran
4) Bila
mata sakit cepat periksakan ke dokter
f. Hidung
Cara merawat hidung
antara lain :
1) Jaga
agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda kecil
2) Jangan
biarkan benda kecil masuk kedalam hidung, sebab nantinya dapat terhisap dan
menyumbat jalan nafas serta menyebabkan luka pada membran mukosa
3) Sewaktu
mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara perlahan dengan
membiarkan kedua lubang hidung tetap terbuka
4) Jangan
mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan menggunakan jari karena dapat
mengiritasi mukosa hidung.
g. Telinga
Saat
membersihkan telinga bagian luar, hendaklah kita tetap memperhatikan telinga
bagian dalam (Wahit, 2007). Cara-cara merawat telinga adalah sebagai berikut :
1) Bila
ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara pelan dengan menggunakan
penyedot telinga
2) Bila
menggunakan air yang di semprotkan, lakukan dengan hati-hati agar tidak
menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air yang berlebihan
3) Aliran
air yang masuk hendaklah di arahkan ke saluran telinga dan bukan langsung ke
gendang telinga
4) Jangan
menggunakan peniti atau penjepit rambut untuk membersihkan kotoran telinga
karena dapat menusuk gendang telinga.
h. Perineum
Tujuan
perawatan perineum adalah untuk mencegah dan mengontrol infeksi, mencegah
kerusakan kulit, meningkatkan kenyamanan, serta mempertahankan kebersihan diri
(potter & Perry, 2000). Pada wanita, perawatan perineum di lakukan dengan
membersihkan area genetalia eksterna pada saat mandi. Umumnya, wanita lebih
suka melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain apabila mereka masih mampu
secara fisik. Sedangkan pada pria, perawatan yang sama juga dilakukan dua kali
sehari saat mandi, terutama pada mereka yang belum di sirkumsisi. Adanya kulup
pada penis menyebabkan urine mudah terkumpul di sekitar glans penis. Kondisi
ini lama kelamaan dapat menyebabkan berbagai penyakit, contohnya kanker penis
(Wahit, 2007).
2.4.5
Penyediaan air bersaih
Kebutuhan air sehat
terlindungi telah merupakan kebutuhan pokok sehari-hari pada jaman modern ini.
Ir. Soetiman Msc, mengemukakan bahwa, setiap orang untuk kesehatannya
memerlukan air lebih kurang 60 liter/hari dengan rincian: 30 liter untuk mandi,
15 liter untuk mencuci, dan 15 liter untuk minum, pengolahan makanan serta
untuk buang air besar.
1. Sumber
air bersih
a) Air
permukaan merupakan persediaan air bersih yang terdapat di permukaan tanah,
diantaranya danau, sungai dan sebagainya.
b) Air
dalam adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah contohnya sumur
(Dainur, 1995).
2. Cara
mendapatkan air bersih
Baik diperkotaan maupun
di pedesaan, umum air bersih bersumber dari air dalam. Biasa diperoleh dengan
membangun sumur dangkal ayng memenuhi syarat kesehatan, di usahakan agar
pencemaran air oleh bahan kimia, maupun penyakit (bakteri, virus, dan
sebagainya) seminimal mungkin. Di samping faktor konstruksi, juga perlu
diperhatikan lokasi bangunan tersebut. Lokasi harus sedemikian rupa sehingga
tidak memungkinkan terjadinya pencemaran oleh kotoran manusia dan binatang.
Biasanya dipilih lokasi yang lebih tinggi dari tempat pembuangan kotoran
(Dainur, 1995).
3. Pengolahan
air bersih
Pengolahan air
bertujuan memenuhi syarat-syarat fisis, biologi, dan kimiawi. Termasuk
syarat-syarat fisis antara lain
a) Tidak
berbau
b) Tidak
berasa
c) Tidak
berwarna
Cara pengolahan air
yang lazim adalah dengan penyaringan (filterisasi), yang terutama dapat
memenuhi persyaratan fisis, dan kimiawi. Dapat digunakan saringan pasir
(Dainur, 1995).q
2.2 Kerangka
konsep
Kerangka konsep adalah sesuatu yang abstrak, logikal
secara arti harfiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil
penelitian dengan body of knowledge. (Nursalam, 2008). Kerangka konsep yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model system yang
terdiri dari unsur-unsur input, proses, dan output. Lihat pada gambar 2.3
Perilaku
kebersihan diri
1.
Kebiasaan
mandi
2.
Penggunaan
air bersih
|
Tidak
ada hubungan
|
Ada
hubungan
|
Pengetahuan
tentang scabies
1. Definisi
2. Etiologi
3. Cara penularan
4. Manifestasi
5. Pemeriksaan
6. Komplikasi
7. Macam-macam
8.
Pencegahan
|
Factor
yang mempengaruhi kebersihan diri
1. Budaya
2. Status sosial-ekonomi
3. Agama
4. Tingkat pengetahuan
5. Status kesehatan
6. Kebiasaan
7.
Cacat
jasmani
|
2. Memahami (comprehention)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6.
Evaluasi
(evaluation)
|
Tingkat
pengetahuan
1.
Tahu
(know)
|
Factor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan
a. Factor internal
·
Pendidikan
·
Pekerjaan
·
umur
b. Factor eksternal
·
Faktor
lingkungan
·
Sosial
budaya
|
Keterangan :
: Di teliti
: Tidak di teliti
: Garis yang diteliti
: Garis yang tidak diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Scabies dengan Perilaku
Kebersihan Diri Santri
Putri di Pondok Pesantren
Alhidayah Desa Bataan
Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
2.1 Hipotesa
Jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Menurut La Biondo – Wood dan Haber
(1994) Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua
atau lebih variable yang di harapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam
penelitian.
Dalam
penelitian ini dapat di simpulkan hipotesis sebagai berikut :
Ho
= Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang scabies dengan perilaku kebersihan diri santri putri di
Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso.
H1= Ada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang scabies dengan perilaku kebersihan diri
santri putri di Pondok Pesantren Alhidayah Desa Bataan Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso.
Komentar
Posting Komentar