konsep motivasi
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Konsep
Motivasi
Menurut Hamzah
(2008) istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah
ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.
Sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu,
misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan
pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.
Ngalim Purwanto
(dalam buku Agus Kuswantoro, 2010) mengatakan bahwa motivasi adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan
menurut Stanford (dalam buku Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2010) membagi tiga poin
penting dalam pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan,
dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang dirasakan kurang oleh
seseorang, baik bersifat fisiologis ataupun psikologis. Dorongan merupakan
arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari suatu
siklus motivasi.
Motivasi adalah
proses managemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan
pengetahuan mengenai “apa yang membuat orang tergerak” (Stoner & Freeman,
1995). Menurut bentuknya motivasi terdiri atas motivasi intrinsik yaitu
motivasi yang datang dari dalam diri individu, motivasi ekstrinsik yaitu
motivasi yang datang dari luar individu, dan motivasi terdesak yaitu motivasi
yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan
cepat sekali.
2.2 Teori-teori motivasi
Menurut Agus kuntoro (2010) ada 4 teori motivasi
yaitu :
1. Teori
Kebutuhan
a. Memfokuskan
pada yang dibutuhkan orang untuk hidup berkecukupan.
b. Seseorang
mempunyai motivasi kalau ia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan
kehidupannya, kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator.
c. Yang
termasuk dalam teori kebutuhan adalah :
1) Teori
Hirarki Kebutuhan
a) Individu
akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling
kuat.
b) Fisiologi
– Rasa Aman dan Nyaman – Dicintai dan Mencintai – Harga Diri – Aktualisasi
Diri.
2) Teori
ERG
a) Orang
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (kebutuhan mendasar
atau fisiologis dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (hubungan antar pribadi)
dan kebutuhan pertumbuhan (kreatifitas pribadi).
b) Jika
kebutuhan yang lebih tinggi menaglami kekecewaan, maka yang lebih rendah akan
muncul kembali walaupun sudah terpuaskan.
c) Teori
tiga macam kebutuhan. John W Atkinson, dorongan yang mendasar dalam diri orang
yang termotivasi adalah ; kebutuhan untuk mencapai prestasi, kebutuhan kekuatan
dan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
2. Teori
keadilan
a. Faktor
utama dalam motivasi adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan
yang diterima.
b. Individu
akan termotivasi kalau mereka mengalami atau menerima kepuasan dari upaya dan
usaha mereka.
3. Teori
Harapan
a. Harapan
hasil prestasi, individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku
b. Valensi,
hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai kekuatan untuk memotivasi yang
ebrvariasi pada satu individu.
c. Harapan
prestasi usaha, harapan orang mengenai seberapa sulit untuk melaksanakan tugas
secara berhasil dan mempengaruhi keputusan tingkah laku.
4. Teori
penguatan
Rangsangan, respon, konsekuensi,
dan respon masa depan.
2.3 Cara memotivasi
Menurut Sunaryo
(2004), ada beberapa cara yang dapat ditetapkan untuk memotivasi seseorang,
yaitu :
a. Memotivasi
dengan kekerasan (motivating by force),
yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar
yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b. Memotivasi
dengan bujukan (motifating by enticement),
yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau member hadiah agar melakukan sesuatu
sesuai harapan yang member motivasi.
c. Memotivasi
dengan identifikasi (motifating by
identification or ego-involvement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan
kesadaran sehingga individu berbuat sesuatukarena adanya keinginan yang timbul
dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi
Adapaun
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menurut Prof.Dr. Sondang P, MPA (2004)
adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik
biografikal
b. Kepribadian
c. Persepsi
d. System
nilai yang dianut
e. Pemahaman
sikap bawahan
f. Kepuasan
kerja
g. Kemampuan
2.5 Konsep Belajar
Belajar adalah terjadinya perubahan dalam aspek
fisiologis dan psikologis. Perubahan dalam aspek fisiologis misalnya dapat
berjalan, berlari, dan mengendarai kendaraan, sedangkan dalam aspek psikologis
berupa diperolehnya pemahaman, pengertian tentang apa yang dipelajari, seperti pemahaman dan
pengertian tentang ilmu pengetahuan, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Dalam kegiatan belajar melibatkan aspek fisiologis
atau struktur, yaitu otak dan aspek psikologis atau fungsi (berpikir). Beberapa
tentang belajar dapat diketengahkan sebagai berikut:
a.
Pengertian tradisional, “Belajar adalah
menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan” (Nasution, 1980).
b.
Mengutip pendapat Ernest H.Hilgard,
“Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukannya sebelum ia belajar
atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi
dari pada sebelum itu”. Dalam pengertian singkat belajar adalah “A change behavior” atau perubahan
prilaku (Sumadi S., 1984).
c.
Belajar adalah “ Bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berprilaku yang
baru berkat pengalaman dan latihan” (Oemar H, 1983)
d.
Belajar adalah “proses perubahan dalam
diri manusia” (Ahmadi A., 1999)
e.
Belajar adalah “Usaha untuk menguasai
segala sesuatu yang ebrguna untuk hidup” (Notoadmodjo, 1997).
Setiap kegiatan belajar diharapkan akan terjadi
perubahan pada diri individu, seperti dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dari tidak mengerjakan menjadi dapat mengerjakan,
dari semula tidak paham menjadi paham. Perubahan yang terjadi pada diri
individu tidak selalu diakibatkan perbuatan belajar, tetapi dapat disebabkan
oleh proses pematangan, misalnya dapat berjalan, dapat duduk, dan dapat
berlalu. Namun, ada perubahan yang terjadi bukan karena perbuatan belajar,
yaitu pada saat keadaan terjepit, misalnya si A karena dikejar anjing lari dan
serta merta memanjat pohon, padahal semula si A sama sekali tidak dapat
memanjat pohon. Adapun ciri-ciri kegiatan belajar adalah :
a.
Terjadi perubahan baik aktual maupun
potensial pada diri individu yang belajar.
b.
Perubahan diperoleh karena usaha dan
perjuangan.
c.
Perubahan didapat karena kemampuan baru
yang berlangsung relative lama.
2.6 Teori belajar
Teori belajar atau konsep belajar yaitu suatu konsep
pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana proses belajaritu terjadi. Menurut
Notoatmodjo (1997) bahwa teori belajar dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a.
Teori yang hanya memperhitungkan factor
yang datang dari luar individu (faktor eksternal), dikenal dengan teori
stimulus dan respons.
b.
Teori yang memperhitungkan faktor yang
berasal dari dalam individu (faktor internal) maupun eksternal dari luar
individu (faktor ekstern), dikenal dengan teori transformasi.
Teori belajar yang termasuk kedalam teori stimulus
dan respons adalah teori asosiasi. Dalam teori ini belajar tidak lain adalah
mengambil dan menggabungkan tanggapan (respons) karena rangsangan (stimulus),
dengan jalan mengulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, makin
banyak respon yang diperoleh. Teori belajar yang termasuk ke dalam teori
transformasi yaitu:
a.
Teori transformasi yang berlandaskan
psikologi kognitif-menurut Neisser (Notoatmodjo, 1997) bahwa proses belajar
merupakan transformasi dari input, reduksi input, analisis input, disimpan,
ditemukan kembali, dan dimanfaatkan.
b.
Awal individu belajar adalah interaksi
individu dengan dunia luar, masukan sensoris, diseleksi, masuk dalam memori,
dan menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.7 Konsep Prestasi
Ngalim purwanto
(1978) menyatakan Prestasi belajar adalah hasil – hasil belajar yang telah
diberikan guru kepada murid – murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka
tetentu. Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1978) menyatakan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau
mencapai tujuan.
Dari pengertian
ini prestasi belajar selalu terkait dengan hasil yang dicapai karena suatu
usaha, ilmu pengetahuan dan keterampilan. Faktor lain yang mendukung adalah
tingkat kecerdasan seperti IQ (Intelegent
Quotient) atau kecerdasan bawaan atau faktor bakat, EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan
emosi, SQ (Spiritual Quotient) atau
kecerdasan spiritual atau tingkat keinginan seseorang, CQ (Creativity Quotient) atau
kecerdasan kreativitas dalm ativitas belajar, dan AQ (Advercity Quotient) atau kecerdasan untuk bertahan dalam kesulitan
dan keluar dari kesulitan dalam keadaan sukses. Bentuk- bentuk kecerdasan
diatas lebih kepada faktor internal, berikut faktok – faktor eksternal yang
berpengaruh juga terhadap prestasi belajar yaitu motivasi prestasi, lingkungan
belajar, kedisiplinan, kesehatan jasmani dan rohani.
Untuk mencapai
prestasi yang baik pergunakanlah cara belajar dengan teknik belajar mendahului
atau teknik belajar lebih dahulu sebelum guru atau dosen membahas materi tersebut.
Teknik dilakukan paling lambat sehari sebelum diberi tugas menggali informasi
atau studi pustaka.
2.8 Konsep Dasar Keperawatan
1. Falsafah
keperawatan dan paradigma keperawatan
a. Falsafah
keperawatan
Merupakan
pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan
kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Hakekat manusia yang dimaksud di sini
adalah manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual,
sedangkan esensialnya adalah falsafah keperawatan yang meliputi : pertama,
memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi
segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual
yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau
sebagian dari kebutuhannya; kedua, bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan
harus secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan; ketiga, setiap
orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan suku, kepercayaan,
status, sosial, agama dan ekonomi; keempat, pelayanan keperawatan tersebut
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat
bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri; dan kelima, pasien
adalah mantra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan seorang
penerima jasa yang pasif.
b. Paradigma
keperawatan.
Banyak
ahli yang membahasa pengertian paradigma seperti Materman (1970) yang
mendefinisikan paradigma sebagai pandangan fundamental tentang persoalan dalam
suatu cabang ilmu pengetahuan. Poerwanto P (1997) mengartikan paradigma sebagai
seatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan sangat menentukan bagi
penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang khas dalam melihat,
memikirkan, memberikan makna, menyikapi dan memilih tindakan mengenai suatu
kenyataan atau fenomena kehidupan manusia. Keperawatan sebagai ilmu juga
memiliki paradigma sendiri dan sampai saat ini paradigma keperawatan masih
berdasarkan empat komponen yang diantaranya manusia, keperawatan, kesehatan
dalam rentang sehat-sakit dan lingkungan.
c. Komponen
dan perkembangan paradigma keperawatan.
Dalam
perkembangannya, teori keperawatan dapat bersifat dinamis sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi. Dibawah ini adalah pandangan bewberapa ahli
tentang perkembangan paradigma keperawatan diantaranya :
1. Johnson
memandang manusia sebagai sistem perilaku yang terdiri dari dua sistem mayor
yaitu biologi dan perilaku yang merupakan focus pelayanan keperawatan dengan
tujuan primernya adalah membantu keseimbangan individu khususnya pada sistem
perilaku ketika ia sakit, sehingga akan dicapai status kesehatan yang berarti
adanya respon adaptasi baik fisik, mental, emosi maupun sscial terhadap
stimulasi internal dan eksternal untuk mempertahankan keseimbangan dan
kenyamanan.
2. King
memandang manusia sebagai sistem terbuka yang social, rasional, perasa,
pengontrol, bertujuan, bereaksi dan berorientasi pada waktu.
3. Leininger
memandang manusia sebagai kepedulian akan kemampuan dalam mempengaruhi minat
atau rasa hormat terhadap kebutuhan orang lain, kesehatan dan mempertahankan
hidup.
4. Levine
memandang kehidupan manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan
5. Newman
memandang manusia sebagai total person seperti sistem klien yang terdiri dari
biopsikososial, cultural dan selalu berkembang
6. Orem
memandang manusia sebagai gabungan dari komponen fisik, psikologis,
interpersonal dan social dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri
melalui belajar dari perilaku.
7. Roger
memandang manusia secara keseluruhan dan terus menerus terjadi pertukaran
energy dengan lingkungannya
8. Roy
memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang merupakan dasar bagi
kehidupan yang baik
9. Watson
manusia mnembuthkan proses kepedulian dalam mempertahankan kesehatan atau
meninggal dengan damai dan merupakan mekanisme personal, internal dan mental
spiritual untuk kesembuhan diri sendiri.
2.
Keperawatan sebagai profesi
a. Pengertian
dan kriteria profesi.
Terdapat beberapa pendapat yang
mempunyai padangan terhadap pengertian profesi itu sendiri diantaranya Schein
EH (1962) yang memandang bahwa profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang
membangun suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya di
masyarakat. Menurut Shortridge tahun 1985 suatu ciri profesi yang utama adalah
adanya kode etik yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan standar
tanggung jawab tugas, berorientasi pad pelayanan dan tanggung jawab dalam
bidang keprofesian.
b. Hakekat
keperawatan.
Keperawatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan biopsikososial
dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. (Lokakarya, 1983).
c. Keperawatan
sebagai profesi.
Keperawatan dapat dikatan sebagai
profesi karena memiliki :
1. Landasan
Ilmu Pengetahuan yang jelas (scientific
nursing)
2. Memiliki
kode etik profesi
3. Memiliki
organisasi profesi
d. Peran
dan fungsi perawat
1. Peran
perawat.
Merupakan tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang dengan kedudukan dalam sistem di
mana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun
dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut
konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan,
advokat pasien, pendidikan, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu.
2. Fungsi
perawat.
Fungsi merupakan suatu pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah
disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan
melaksanakan berbagai fungsi diantaranya : fungsi independen, fungsi dependen
dan fungsi interdependen.
a.
Fungsi
independen. Merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain
b. Fungsi Dependen.
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatahnya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain, biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
c.
Fungsi
Interdependen. Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya, seperti
dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
e. Tugas
perawat berdasarkan fungsi dalam pemberian asuhan keperawatan.
Tugas perawat ini disepakati dalam
lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut:
NO
|
FUNGSI
PERAWAT
|
TUGAS
PERAWAT
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mengkaji kebutuhan pasien/klien
sumber yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Merencanakan tindakan keperawatan
kepada individu, keluarga; kelompok atau masyarakat berdasarkan diagnosis
keperawatan
Melaksanakan rencana keperawatan
yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan,
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien dan keadaan
terminal
Mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan
Mendokumentasikan proses
keperawatan
Mengidentifikasi hal-hal yang
perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam praktek
keperawatan
Berperan serta dalam
melaksanakanm penyuluhan kesehatan kepada klien, keluarga kelompok serta
masyarakat
Bekerja sama dengan disiplin ilmu
terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, keluarga,
kelompok, dan masyarakat
Mengelola perawat klien dan
dengan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan keperawatan
|
1.
Mengumpulkan data
2.
Menganalisis dan
mengintrepetasikan data
Mengembangkan rencana tindakan
keperawatan
Menggunakan dan menerapkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, social budaya, ilmu biomedik
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
1.
Menentukan criteria yang dapat
diukur dalam menilai rencana keperawatan
2.
Menilai tingkat pencapaian tujuan
3.
Mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang diperlukan
1.
Mengevaluasi data permasalahan
keperawatan
2.
Mencatat data dalam proses
keperawatan
3.
Menggunakan catatan klien untuk
memonitor kualitas asuhan keperawatan
1.
Mengidentifikasi masalah-0masalah
penelitian dalam bidang keperawatan
2.
Membuat usulan rencana penelitian
keperawatan
3.
Menerapkan hasil penelitian dalam
praktek keperawatan
1.
Mengidentifikasi kebutuhan
pendidikan kesehatan
2.
Membuat rencana penyuluhan
kesehatan
3.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan
4.
Mengevaluasi hasil penyuluhan
kesehatan
1.
Berperan serta dalam pelayanan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
2.
Menciptakan komunikasi yang
efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
Menerapkan keterampilan manajemen
dalam keperawatan klien secara menyeluruh
|
3.
Pekembangan ilmu keperawatan
a. Pengertian
ilmu. Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat asal usul yang
memiliki ciri adanya suatu metodologi yang harus dicapai secara logis dan
kohoren, memiliki hubungan dengan tanggung jawab ilmuwan, bersifat universal,
memiliki objektivitas tanpa disisipi oleh prasangka-prangka subjektif, dapat
dikomunikasikan, kritik di mana tidak ada teori ilmiah yang difinitif, terbuka
bagi peninjauan kritik dan berguna sebagai wujud hubungannya antara teori dan
praktek.
b. Karakteristik
ilmu.
Suatu kegiatan dikatakan sebuah
ilmu apabila memiliki enam karakteristik diantaranya adanya masalah, sikap,
metode, adanya kativitas, pemecahan dan pengaruh.
c. Unsur-unsur
yang membentuk struktur pikiran manusia.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang
ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut, maka pengetahuan tidak akan
ada dan untuk dapat tetap ada terdapat delapan unsur yang membentuk pemikiran
manusia yaitu pengamatan, penyelidikan, percaya, keinginan, adanya maksud,
menagtur, menyelesaikan, dan menikmati.
d. Keperawatan
sebagai ilmu. Keperawatan sebagai ilmu memiliki objek formal dan materi,
sebagai objek formal keperawatan memiliki cara pandang pada respons manusia
terhadap masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, kemudian bantuan
pada manusia diberikan pada individu, kelompok atau masyarakat yang tidak mampu
berfungsi secara sempurna dalam masalah kesehatan dan proses penyembuhan, di
mana ilmu keperawatan sangat memperhatikan masalah-masalah keperawatan yang
dilakukan dengan mencari kebenaran secara ilmiah.
e. Perkembangan
ilmu keperawatan. Akhir-akhir ini ilmu keperawatan menunjukkan perkembangannya
dengan terbentuknya pola pembagian kelompok ilmu keperawatan yang terdiri dari
ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan komunitas, ilmu keperawatan klinik,
ilmu penunjang dengan penjabaran.
4.
Model konsep dan teori keperawatan
a. Pengertian.
Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir menjadi symbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan
merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang
nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau
kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang
absolute atau bukti secara langsung. Teori keperawatan menurut Bernum tahun
1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan.
b. Karakteristik
teori keperawatan. Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu
model yang berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik
di antaranya pertama, teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep
khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan sehingga teori
keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam; kedua, teori
keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan
kenyataanyang ada; ketiga, teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam
mengembangkan model konsep keperawatan; keempat, dalam menunjang aplikasi teori
harus sederhana dan sifatnya umum sehingga dapat digunakan pada kondisi apapun
dalam praktek keperawatan; kelima, teori dapat digunakan sebagai dasar dalam
penelitian keperawatan sehingga dapat digunakan dalam pedoman paktek
kepeawatan.
c. Faktor
pengaruh teori keperawatan
Dalam perkembangan teori
keperawatan saat ini terdapat beberapa pandangan yang dapat mempengaruhi teori
keperawatan itu sendiri yaitu diantaranya filosofi Florence Nigtingale,
kebudayaan, sistem pendidikan, penengembangan ilmu keperawatan.
d. Tujuan
teori keperawatan. Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci
perkembangan ilmu keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki
tujuah yang ingin dicapai diantaranya:
1. Adanya
teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapai dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan
dapat teratasi.
2. Adanya
teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai
pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar
dalam penyelesaian berbagai masajah keperawatan.
3. Adanya
teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan
memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala
bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya
teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat
terus bertambah dan berkembang.
e. Pandangan
beberapa ahli tentang model konsep dan teori keperawatan. Beberapa model konsep
keperawatan tersebut antara lain:
1. Model
konsep dan teori keperawatan Dorothea Orem. Model konsep menurut Dorothea Orom
yang dikenal dengan Model Self Care memberikan pengertian jelas bahwa bentuk
pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertanankan kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit.
2. Model
konsep dan teori keperawatan sister Calista Roy. Merupakan model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku
secara adaptif serta mampu merubah perilaku yang mal adaptif
3. Model
konsep dan teori keperawatan Virginia Handerson. Model konsep keperawatan yang dijelaskan oleh Virginia Handerson
adalah model konsep aktivitas sehari-hari dengan memberikan gambaran tugas
perawat yaitu mengkaji individu baik yang sakit atau sehat dengan memberikan
dukungan kepada kesehatan, penyembuhan serta agar meninggal dengan damai.
4. Model
konsep dan teori keperawatan Betty Neuman. Model konsep yang dikemukakan oleh
Betty Neuman ini adalah model konsep Health Care System yaitu model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan
stress dengan memperkuat garis pertahankan diri secara fleksibel atau normal
maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
5. Model
konsep dan teori keperawatan Jean Waston. Jean Waston dalam memahami konsep
keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.
Tolak ukur pandangan Waston ini didasari pada unsur teori kemanusiaan.
6. Model
konsep dan teori keperawatan King. King memahami model konsep dan teori
keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan
intrekasi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam
model konsep interaksi.
7. Model
konsep dan teori keperawatan Peplau. Model konsep dan teori keperawatan yang
dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri
sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang
mencakup proses interpersonal, perawat klien, dan masalah kecemasan yang
terjadi akibat sakit.
8. Model
konsep dan teori keperawatan Johson. Model konsep dan teori keperawatan menurut
Johnson adalah dengan pendekatan sistem perilaku, di mana individu dipandang
sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas,
baik di lingkungan internal maupun di lingkungan eksternal, juga memiliki
keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya.
9. Model
konsep dan teori keperawatan Martha E Rogers. Model konsep dan teori
keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal dengan nama konsep manusia sebagai
unit.
5.
Stress dan Adaptasi
a. Stres
dan stresor. Stress menurut Hans Selye tahun 1950 merupakan respons tubuh yang
bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Terjadinya
stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor. Macam-macam stress
ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi rujuh macam, di antaranya :
stres fisik, stres kimiawi, stres mikrobiologik, stres fisiologik, stres proses
pertumbuhan dan perkembangan, serta stres psikis atau emosiona.
b. Sumber
stresor. Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu stress yang dapat
mempengaruhi sifat dari stressor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikososial
maupun spiritual. Sumber stresor yang lain adalah diri sendiri yang dapat
berupa perubahan fisiologis dalam tubuh, seperti adanya operasi, obat-obatan
atau lainnya. Sedangkan sumber stressor dari pikiran adalah berhubungan dengan
penilaian seseorang terhadap status kesehatan yang dialami serta pengaruh
terhadap dirinya. Selain sumber stressor di atas, stressor yang dialami manusia
dapat berasal dari berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga,
masyarakat dan lingkungan.
1. Faktor
pengaruh respons terhadap stresor. Respons terhadap stresor yang diberikan
individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor
tersebut, dan koping yang dimiliki individu, diantara stresor yang dapat
mempengaruhi resporis tubuh antara lain: sifat stressor, durasi stressor,
jumlah stressor, pengalaman masa lalu, tipe kepribadian, dan tingkat
perkembangan.
2. Tahapan
stres. Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Van
Amberg tahun 1979. Tahapan stress dapat terbagi menjadi enam tahap di antaranya
:
a. Tahapan
Pertama. Merupakan tahap yang ringan dari stress yang ditandai dengan adanya semangat
bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa mampu
menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian merasa senang
akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.
b. Tahapan
Kedua. Pada stress tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagi berikut
adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah
makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut
tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot
punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
c. Tahap
Ketiga. Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengaiami gangguan seperti pada
lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, BAB tidak teratur,
ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur
seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali
tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.
d. Tahap
Keempat. Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan
yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespons secara adekuat, tidak mampu melaksanakan
kegiatan sehari-hari, adanya ganggguan pola tidur, sering menolak ajakan karena
tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya
perasaaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Tahap
Kelima. Stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam,
tidak mampu menyelesaikam pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada
sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin
meningkat.
f. Tahap
Keenam. Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan
perasaan takut arti dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin
keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat,
kemungkinan terjadi kolaps ntau pingsan
3. Managemen
stres. Untuk mencegah dan mengatasi stres maka dapat dilakukan dengan cara pengaturan
diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, olah raga dan latihan teratur, berhenti
merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras, pengaturan berat badan, pengaturan
waktu, terapi psikofarmaka, terapi somatik, psikoterapi, terapi psikoreligius. Manajemen
stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping
yang berfokus pada emosi dan koping yang berfokus pada masalah. Sedangkan
strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem
solving dan meningkatkan dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres
adalah relaksasi, restrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan
lain-lain (Sumber : Dadang Hawari, 2002).
4. Homeostasis
merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi
apabila tubuh mengalami stress yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan
melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau
juga dapat dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus
menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan
sekitarnya.
5. Konsep
adaptasi. Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu
dalam berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi
keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan
perilaku adaptif.
6. Macam-macam
adaptasi.
1. Adaptasi
secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu apabila kejadiannya atau
proses adaptasi bersifat lokal, maka disebut dengan LAS (Local Adaptation Syndroma) seperti kulit terkena infeksi, maka
daerah kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas, dan lain-lain yang
sifatnya lokal pada daerah yang terkena. Akan tetapi apabila reaksi lokal tidak
dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan
proses penyesuaian seperti panas seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain,
keadaan ini disebut GAS (General
Adaptation Syndroma). Pada adaptasi fisiologi melalui tiga tahap yaitu
tahap alarm reaction (kesiagaan), tahap resistensi, dan tahap akhir
(kelelahan).
2. Adaptasi
Psikologis. Merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor yang
ada dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri denagn harapan dapat
melindungi atau bertahan dari serangan-serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan.
3. Adaptasi
sosial budaya. Merupakan cara untuk mengadakan perubahan denagan melakukan
proses penyesuaian perilaku yang sesuai denangan norma yang berlaku di
masyarakat, berkumpul dengan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.
4. Adaptasi
spiritual. Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang
didasarkan pada keyakinan atau keperacayaan yang dimiliki sesuai dengan agama
yang dianutnya. Apabila menaglami stres, maka seseorang akan giat dalam
melakukan ibadah, seperti rajin melakukan ibadah.
6.
System pelayanan kesehatan. Sistem
pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai
dengan cara efektif, efesien dan tepat sasaran.
a. Teori
sistem. Dalam teori sistem disebutkan bahwa sistem itu terbentuk dari subsistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari
input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan yang kesemuanya
saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
b. Tingkat
pelayanan kesehatan. Menurut Leavel dan
Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat
perlayanan kesehatan yang akan diberikan di antara pelayanan kesehatan dalam
sistem pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : health promotion (promosi
kesehatan), specific protection (perlindungan khusus), early diagnosis and
prompt treatment (diagriosis dini dan pertgobatan segera), disability
limitation (pembatasan cacat), dan rehabilitation (rehabilitasi).
c. Lembaga
pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan.
d. Lingkup
sistem palayanan kesehatan. Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup
pelayanan dokter, pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
e. Pelayanan
keperawatan dalam pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga
akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru,
pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan politik.
f. Visi
Indonesia sehat 2010. Strategi yang ada dalam visi Indonesia sehat diantaranya
pemahaman tentang paradigma sehat, strategi profesionalisme dalam segala tugas,
adanya JPKM, dan desentralisasi. Dalam menggunakan strategi yang ada pemerintah
telah menyusun misi yang akan dijalankan sebagaimana dalam sistem pelayanan
kesehatan, di antaranya :
1. Penggerak
pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
2. Memelihara,
meningkatkan, melindungi kesehatan individu, keluarga masyarakat dan lingkungan.
3. Meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4. Meningkatkan
kemandirian masyarakat hidup sehat.
7.
Dinamika kelompok dalam keperawatan
a. Pengertian.
Kelompok merupakan kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai
tujuan bersama. Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika yang memiliki arti
tingkah laku warga yang dapat mempengaruhi tingkah laku warga lainnya sehingga
terjadi hubungan timbale balik. Jadi dinamika kelompok merupakan suatu kelompok
yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis
secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam
situasi yang dialami secara bersama
b. Fungsi
dinamika kelompok yaitu :
1. Antara
individu satu dengan yang lain akan terjadi kerja sama saling membutuhkan,
mengingat setiap individu tidak mungkin dapat hidup secara sendiri di dalam
masyarakat atau di mana ia bertempat tinggal
2. Melalui
dinamika kelompok individu akan lebih memudahkan segala pekerjaan.
3. Dengan
dinamika kelompok, segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat
teratasi, dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien,
karena melalui dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan
bagian kelompoknya masing-masing.
4. Lebih
meningkatkan masyarakat yang demokratis karena individu satu dengan yang lain
dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran
yang sama dalam masyarakat.
c. Jenis
kelompok sosial. Kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agar dapat terjadi
pembagian lugas, struktur dan norma yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka kelompok sosial dapat dibagi menjadi kelompok primer, kelompok sekunder,
kelompok formal dan informal.
d. Ciri
kelompok sosial. Suatu kelompok apabila disebut kelompok sosial, maka harus
memiliki ciri seperti:
1.
Terdapat dorongan atau motif yang
samaa'ntarinyividusatudengan yang lain, dapat : menyebabkan terjadinya
interaksi dalam mencapai tujuan yang sama.
2.
Terdapat akibat-akibat interaksi yang
berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan
kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat didalamnya.
3.
Adanya penugasan dan pembentukan
struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan
dan kedudukan masing-masing.
4.
Adanya peneguhan norma pedoman tingkah
laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang
ada.
e. Pembentukan
kelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali adanya persepsi, perasaan
atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya dapat
disimpulkan bahwa proses pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya
perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan.
f. Pengertian
kelompok pertumbuhan dan perkembangan kelompok. Proses perkembangan kelompok
ditentukan atas besar kecilnya suatu anggota kelompok dan jumlah kelompok dapat
menentukan bentuk proses penyelesaian masalah, serta dapat menentukan kualitas
dan kuantitas kelompok.
g. Keunggulan
dan kelemahan dalam kelompok. Dalam proses kegiatan dinamika kelompok terdapat
faktor yang menghambat maupun yang memperlancar proses tersebut yang dapat
berupa kelebihan dalam kelompok seperti adanya sifat ketcrbukaan antar anggota
kelompok yang memberi dan menerima informasi dari pendapat anggota kelompok
lain, adanya kemauan anggota kelompok yang mengutamakan kepentingan kelompok
dengan menekan kepentingan pribadi yang ada demi terwujudnya tujuan kelompok,
adanya kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan pengalaman, pengetahuan
dan kemampuan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang telah disepakati oleh
kelompok. Selain itu juga terdapat kelemahan dalam kelompok dapat disebabkan
waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat
mempengaruhi kualitas atau kuantitas pertemuan.
8.
Pentingnya dinamika kelompok dalam
keperawatan. Profesi keperawatan terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok
perawat yang mempunyai tradisi, norma, prosedur dan terjadi aktivitas yang sama
dalam menjalankan tugas sebagaimana seorang perawat.
9.
Perubahan konsep dalam keperawatan.
a. Pengertian.
Perubahan merupakan suatu proses terjadinya peralihan atau perpindahan dari
status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
b. Sifat
proses berubah. Dalam proses perubahan akan menghasilkan penerapan dari konsep
atau ide terbaru. Menurut Lancaster tahun 1982, proses perubahan memiliki tiga
sifat di antaranya perubahan bersifat berkembang, spontafi dan direncanakan.
c. Teori-teori
perubahan. Ada beberapa teori perubahan yang dapat diketahui seperti:
1. Menurut
pandangan Kurt Lewin (1951) seseorang yang akan mengadakan suatu perubahan harus
memiliki konsep tentang perubahan yang torcantum dalam tahap proses perubahan
agar proses perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada.
Tahapan tersebut aritara lain: tahap pencairan (unfreezing), tahap bergerak
(moving) dan tahap peiribekuan (refreezing)
2. Menurut
Roger E (1962) untuk mengadakan suatu perubahan perlu ada beberapa langkah yang
ditempuh sehingga harapan atau rujuan akhir dari perubahan dapat tercapai.
Langkah-langkah tersebut antara lain: tahap awareness, tahap interest, tahap
evaluasi, tahap trial. tahap adoption.
3. Lippit
(1973) memandang teori perubahan dapat dilaksanakan dari tinjauan sebagai
seorang pembaharu, dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga
terdapat beberapa langkah yang ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan.
d. Tipe
perubahan. Menurut Bennis tahun 1965, perubahan itu sendiri memiliki tujuh tipe
diantaranya tipe indoktrinasi, tipe paksaan, tipe teknokratik, tipe
interaksional, tipe sosialisasi, tipe emultif dan tipe alamiah.
e. Proses
terjadinya perubahan. Siklus dalam sistem perubahan dinamakan sebuah proses
yang akan menghasilkan sesuatu dan berdampak pada sesuatu. Dalam proses perubahan
terdapat komponen yang satu dengan yang lain dapat mempengaruhi seperti
perubahan perilaku sosial, perubahan strukrural dan institusional dan perubahan
teknologi.
f. Motivasi
dalam perubahan. Pada dasarnya setiap manusia mengalami proses perubahan dan memiliki
sifat berubah, mengingat berubah merupakan salahsatu bagian dari kebutuhan
manusia. Perubahan timbul karena adanya suatu motivasi yang ada dalam diri
manusia. Motivasi itu timbul karena tuntutan kebutuhan dasar manusia.
g. Strategi
dalam perubahan. Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam
perubahan dapat tercapai secara tepat, efektif dan efisien. Cara tersebut
membutuhkan strategi khusus dalam perubahan di antaranya strategi rasional
empirik, strategi reedukatif rormatif, dan strategi paksaan-kekuatan.
h. Model
dalam perubahan. Dalam perubahan kita mengenal beberapa model di antaranya
model penelitian pengembangan, model interaksi sosial dan model penyelesaian
masalah. Ketiga model tersebut dapat digunakan sebagai dasar, dalam mengenal
perubahan.
i.
Hambatan dalm perubahan. Diantara hal
yang menjadi hambatan dalam perubahan adalah sebagai berikut: ancaman
kepentingan pribadi, persepsi yang kurang tepat, reaksi psikologis, toleransi
terhadap perubahan rendah, kebiasaan, ketergantungan, perasaan tidak aman, dan
norma.
j.
Perubahan dalam keperawatan. Dalam
perkembangannya keperawatan juga mengalami proses perubahan seiring dengan
kemajuan dan teknologi. Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara
lain:
1. Keperawatan
sebagai profesi yang diakui bleh masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah
ke arah kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami
perubahan ke arah profesional dengan menunjukkan agar profesi keperawatan
diakui boleh profesi bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
2. Keperawatan
sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan profesional yang diberikan kepada
masyarakat akan terus memenuhi tuntutaa kebutuhan masyarakat dengan rhengadakan
perubahan dalam penerapati model asuhan keperawatan yang tepat, sesuai dengan
lingkup praktek keperawatan.
3. Keperawatan
sebagai ilmu pengetahuan harus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan
tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan
perubahan melalui penelitian keperawatan, sehingga ilmu keperawatan diakui
secara bersama oleh disiplin ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam
keilmuan.
4. Keperawatan
sebagai komunitas masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa profesional dalam
tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra
sebagai profesi tetap bertahan dart berkembang.
10.
Proses keperawatan sebuah konsep dasar
keperawatan
a. Pengertian.
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat
bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan
pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan,
melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan
dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling
terjadi ketergantungari dan saling berhubungan.
b. Tujuan
proses keperawatan. Pelaksanaan proses keperawatan secara umum bertujuan untuk
menghasilkan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan
klien dapat teratasi.
c. Komponen
dalam proses keperawatan diantaranya tahap pengkajian, tahap diagnosis
keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta tahap evaluasi.
2.9
Kerangka
Konsep
Kerangka
konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau
teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu, kerangka konsep
ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan
yang lain (Notoatmodjo, 2010).
Komentar
Posting Komentar