LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
HALUSINASI
II.
PROSES TERJADINYA MASALAH
A.
PENGERTIAN
-
Halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam mebedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara.
-
Halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi :
merasakan persepsi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghidungan.
-
Halusinasi adalah persepsi
klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterpretasikan seuatu yang nyata tanpa stimulus / rangsangan dari luar.
B.
RENTANG PESPON
|
|
|
C.
FAKTOR PREDISPOSISI DAN
PRESIPITASI
·
Factor Predisposisi
a.
Genetika
b.
Neurobiology
c.
Neurotransmitter
d.
Abnormal Perkembangan Syaraf
e.
Psikologis
·
Factor Presipitasi
a.
Proses Pengolahan informasi
yang berlebihan
b.
Mekanisme penghantaran listrik
yang abnormal
c.
Adanya gejala pemicu
D.
KLASIFIKASI
·
Halusinasi pendengaran
-
Data objektif
·
Bicara atau ketawa sendiri
·
Marah-marah tanpa sebab
·
Mengarahkan telinga kearah
tertentu
·
Menutup telinga
-
Data subjektif
·
Mendengar suara atau kegaduhan
·
Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap
·
Mendengar suara yang menyuruh
·
Halunisasi pendengaran
-
Data objektif
·
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
·
Ketakutan kepada sesuatu yang
tidak jelas
-
Data subjektif
·
Melihat bayangan, sinar bentuk
geometris bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.
·
Halusinasi Penghidu
-
Data objek
·
Menghidu seperti sedang membaui
bau-bauan tertentu
·
Menutuphidung
-
Data subjektif
·
Membaui bau-bauan seperti bau
darah, urine, feses kadang-kadang bau itu menyenangkan
·
Halusinasi pengecap
-
Data objektif
·
Sering meludah
·
Muntah
-
Data subjektif
·
Merasaka rasa seperti darah,
urine atau feses
·
Halusinasi perabaan
-
Data objektif
·
Mengaruk-garuk permukaan kulit
-
Data subjektif
·
Menyatakan ada serangga
dipermukaan kulit, merasa tersengat listrik
E.
PATOFISIOLOGI
Stress
Cemas
Perasaan perpisahan
Kesepian
Melamun dan
memikirkan hal menyenangkan rasa cemas
Halunisasi dalam
bentuk suara,gambar, merasa
tidak kuat sensasi
Ancaman perintah /
kemarahan
Klien kehilangan control
Ketakutan
Halusinasi sendiri halunisasi
pada orang lain + lingkungan
Sensori internal sensori
eksternal
F.
MEKANISME KOPING
-
Regresi, menghindari stres,
kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti pada perlaku perkembanga
anak aau berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menangulangi ansietas.
-
Proyeksi,keinginan yang tidak
dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orangn lain karena kesalahan yang
dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi)
-
Menarik diri, reaksi yang
ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisik yaitu
individu pergi atau lari menghindar sumber stressor misalnya menjauhi polusi,
sumber infeksi, psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
G.
POHON MASALAH
Perilaku kekerasan
Gangguan sensori
persepsihalusinasi
Isolisasi social
III.
MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNCUL ( PERLU DIKAJI )
Masalah/DiagnosaKeperawatan
|
Data Mayor
|
Data Minor
|
Gangguan sensori persepsi halusinasi
|
·
Subjektif
·
Menagatakan mendengar suara
bisiakan/melihat bayangan
·
Obyektif
·
Bicara sendiri
·
Tertawa sendiri
·
Marah tanpa sebab
|
·
Subyektif
·
Menyatakan kesal
·
Menyatakan senang pada
suara-suara
·
Obyektif
·
Menyendiri
·
melamun
|
IV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Resti menciderai diri sendiri dan orang lain berdampak sensori persepsi (halusinasi pendengaran)
DS :
v Klien mengatakan mendengar suara untuk mencekik setiap pria
v Klien mengatakan ketakutan aka suara-sura yang menyuruhnya
v Klien mengatakan jika suara itu muncul, klien selalu memukulkan
kepalanya ke dinding
DO :
v Klien tampak gelisah, bingung
v Klien sering komat-kamit dan tertawa sendiri
v Klien sering melamun
v Klien sering tampak mondar-mandir
- Gangguan persepsi sensori / halusinasi dengan berdampak isolasi b.d menarik diri.
DS :
v Klien mengatakan malu bila bertemu dengan orang lain
v Klien mengatakan lebih suka sendiri
DO :
v Klien selalu berada dalam kamar
v Klien selalu menundukkan kepala saat berbicara
v Klien sering tidak menjawab pertanyaan dari siapapun
- Gangguan isolasisosial : menarik diri berdampak gangguan konsep diri : HDR
DS :
v Klien mengatakan malu bila bertemu dengan orang lain
v Klien mengatakan senang sendiri
v Klien mengatakan dirinya tidak berani
DO :
v Klien terlihat diam saat diajak berbicara
v Klien tidak mau bertemu orang lain
v Saat diajak bicara klien menunjukkan kepala
V.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
- TUM
Klien tidak menciderai diri sendiri/orang
lain/lingkungan
- TUK
a.
klien dapat membina hubungan
saling percaya
1.1
Bina hubungan saling percaya
a.
Sapa klien ramah baik verban
maupun verbal
b.
Perkenalkan diri dengan sopan
c.
Tanyakan nama lengkap klien dan
nama panggilan yang disukai
d.
Jelaskan tujua pertemuan
e.
Berikan perhatian pada klien,
perhatikan kebutuhan dasar klien
1.2
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkanperasaannya
1.3
Dengar ungkapan klien dengan
empati
b.
klien dapat mengenal
halusinasinya
2.1
Adakah kontak sering dan
singkat secara betahap
2.2
Observasi tingkah laku klien
terkait halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kanan /
ke kiri / ke depan seolah-olah ada teman bicara.
2.3
Bantu klien mengenal
halusinasinya
a.
Jika menemukan klien edang
halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang di dengar
b.
Jika klien menjawab
ada,lanjutka apa yang di tanyakan
c.
Katakana bahwa perawat percaya
klien mendengasr suara itu namun perawat sendiri tak mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh ataumengalami)
d.
Katakana bahwa klien lain juga
ada seperti k.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI 2000. Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Depkes RI.
Stuatr,G.W dan Sundeen,S.J.1995. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Terjemaha dari Pocket Guide to Psyciaric Nursing, oleh Achir Yani
S.Hamid.3 ed.
Towsen & Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan
Psikiatri Edisi.Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
II.
PROSES TERJADINYA MASALAH
A.
Pengertian
-
Menurut Depkes RI (2000),
kerusakan interaksi social merupakan suatu gangguan interpersonsl yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan megganggu fungsi seseorang dalam hubungan
social
-
Menurut Balitbang (2007),
merupakan upaya menghindari hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara
spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
ada perhatian dan tidak ada sanggup berbagi pengalaman.
-
Menurut Stuart dan Sundeen
(1998), kerusakan interksi sosial adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah
maladaptive, dan mengganggu fun si individu ddalam interaksi sosialnya.
-
Menurut Tasend(1998), kerusakan
interaksi social adalah suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam
pertukaran social dengan kuantitas dan kualotas yang tidak efektif. Klien yang
mengalami kerusakan interaksi social mengalami kesulitan kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada menarik diri.
-
Menurut Rawlins (1993), di
kutip Keliat (2001), menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksim dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
B.
Rentang Respons
adaptif maladaptif
-
Menyendiri
-
Otonomi
-
Bekerjasama
-
interdependen
|
-
merasa sendiri
-
dependesia
-
curiga
|
-
menarik diri
-
keterngantungan
-
manipulasi
-
curiga
|
C.
Factor Predisposisi dan
Presipitasi
·
Factor perdisposisi
-
Factor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kemnbang individu ada tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar
tidak terjadi gangguan dalam hubungan social.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak dipenuhi
maka akan menghambat fase perkembangan social yang nantinya akan menimbulaka
masalah
-
Factor komunikasi dalam
keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung
tetrjadinya gangguan dalam hubungan social. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehinngga menimbulkan ketidak jelasan(double blind)
yaitu suatu keadaan dimana seseorang anngota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
-
Factor social budaya
Isolasi social atau mengasingkan diri dari lingkungan
social merupakan suatu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
social. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga,
dimana setiap anngota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut,
berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
·
Factor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan social juga dapat
diti8mbulkan oleh factor internal dan eksternal seseorang. Factor stressor
presipitasi juga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
-
Factor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya, yaitu stress
yang ditimbulkan oleh factor social budaya seperti keluarga.
-
Factor internal
Contohnya adalah stressor psikologis yaitu stress
terjadi akibat ansietas atau keemasan berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini terjadi
akibat tuntutan untuk berpuisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu.
D.
Klasifikasi
E.
Patofisiologi
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang
menilai dirinya rendah, sehinnga timbul rasa malu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut maka akan menyebabkan
perubahan persepsi sensori : halusini dan resiko menciderai diri, orang lain
bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bias
menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap
ketidakmampuan untuk melakuakn perawatan secara mandiri.
Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya
disebabkan ketidakmampuan untuk menyelesaikan masaloah dalam hidupnya, sehingga
orang terseburt berperilaku tidak normal. (koping individu tidak aktif).
Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan
masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping keluarga
tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.
F.
Tanda dan gejala
a.
Kurang spontan
b.
Apatis (acuh terhadap
lingkungan)
c.
Ekspresi wajah kurang berseri
d.
Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri
e.
Tidak ada atau kurang
komunukasi verbal
f.
Mengisolasi diri
g.
Tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya
h.
Asupan makanan dan minuma
terganggu
i.
Retensi urine dan feses
j.
Aktivitas menurun
k.
Kurang energi
l.
Rendah diri
m.
Postur tubuh berubah misalnya
sikap fetus / janin ( khususnya pada posisi tidur)
G.
Mekanisme koping
H.
Pohon masalah
Resti menciderai
diri, orang lain dan lingkungan
Deficit perawatan
diri
Intoleransi aktivitas
Koping individu tidak aktif
|
GPS : Halisinasi
Isolasi social
Harga diri rendah
kronis
Koping keluarga tidak efektif
|
III.
MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNCUL ( PERLU DIKAJI )
Masalah/ Diagnosa keperwatan
|
Data yang perlu diambil
|
Isolasi sosial
|
Subjektif :
-
Klien mengatakan malas
bergaul dengan orang lain
-
Klien mengatakan dirinya
tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian
-
Klien mengatakan tidak mau
berbicara dengan orang lain
-
Tidak mau berkomunikasi
-
Data tentanf klien biasanya
di dapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien
(suami,istri,anak,ibu,ayah,atau teman dekat)
Objektif :
-
Kurang spontan
-
Apatis (acuh terhadap
lingkungan)
-
Ekspresi wajah kurang berseri
-
Tidak merawat diri tidak
memperhatikan kebersihan diri
-
Tidak ada atau kurang
komunikasi verbal
-
Mengisolasi diri
-
Tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya
-
Asupan makanan dan minuman terganggu
-
Retensi urine dan feses
-
Aktivitas menurun
-
Kurang berenergi atau
bertenaga
-
Rendh diri
-
Postur tubuh berubah,
misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada posisi tidur)
|
IV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
-
Resiko Perubahan sensori
persepsi halusinasi
-
Isolasi sosial
V.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan umum klien dapat berinteraksi dengan orang lain:
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
criteria evaluasi setelah satu kali berinteraksi klien menunjukkan tanda-tanda
kepada perawat seprti wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan,ada kontak mata,
bersedia menceritakan permasalahannya.
Intervensi yang di lakukan :
-
Beri salam setiap berinteraksi
-
Perkenalkan nama dan panggilan
nama perawat
-
Sampaikan tujuan pertemuan,
tanyakan nama lengkap klien dan panggilan nama kesukaan klien
-
Tunjukkan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali berinteraksi
-
Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
-
Buat kontrak interaksi yang
jelas dan dengarkan penuh perhatian
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.2000. Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan
Keperawatan Jiwa. Jakarta.
Depkes RI.
Baitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa.
Bogor.
Towsend.Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Jakarta
.EGC.
Rawlins, Ruth Pamelee. 1993. Clinical Manual Of
Psiciatric Nursing. Second Edition. St.
Louis Misouri : Mosby Year.
LAPORAN PENSDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Harga diri rendah
II.
PROSE TERJADINYA MASALAH
A.
Pengertian
-
Harga diri rendah kronis adalah
evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang
dipertahankan dalam waktu yang lama. (Nanda,2005)
-
Individu cenderung untuk
menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain. (Depkes RI,2000).
-
Evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan dapat secra langsung dan
tidak langsung di ekspresikan. (Towsend,1998)
-
Perasaan negative terhadap diri
sendiri, hilamgnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan. (Keliat,1998)
B.
Rentang respons
Respon adaptif respon
maladaptif
Aktulisasi
Depersonalisasi diri
|
Konsep diri
Positif
|
Harga diri rendah
|
Kerancuan identitas
|
C.
Factor predisposisi dan
presipitasi
·
Factor predisposisi
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
·
Factor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, mengalami kegagalan serta menurunnya
produktivitas ganggua konsep diri.
Harga diri rendah kronis ini dapat secara situasional
maupun kronik.
D.
Klasifikasi
E.
Patofisiologi
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses
kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak di selesaikan. Atau
dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feedback dari
lingkungan tentang perilaku klien
sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi
respon negative mendorong menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis
terjadi di sebabkan banyak factor. Awalnya individu berada pada suatu situasi
yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis
tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi danperan adalah kondisi rendah situasional, jika lingkungan
tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akanmengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis.
F.
Mekanisme koping
Mekanisme koping jangka pendek yang dilakukan untuk lari
sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv
terus menerus. Kegiatan menganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
social, keagamaan dan politik,. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan antiidentias sementara, seperti penyalah gunaan obat-obatan. Jika
mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang di harapkan individu
akan menyebabkan mekanisme koping jangka panjang antara lain adalah menutup
identitas dimana klien terlalumcepat mengadopsi identitas yang di senangi
orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri. Identitas negative dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering di gunakan
adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi,proyeksi, mengalihakan marah
terbalik pada diri sendiri dan orang lain.
G.
Pohon masalah
Resiko tinggi
perilaku kekerasan
Effect
perubahan persepsi sensori : halusinasi
Isolasi
sosial
Care problem harga diri
rendah kronis
Causa koping
individu tidak efektif
III.
PROSES TEJADINYA MASALAHMASALAH
/ DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL ( PERLU DI KAJI )
Masalah/Diagnosa keperawatan
|
Data yang perlu di ambil
|
Harga diri rendah kronis
|
Subjektif :
-
Mengungkapkan dirinya tidak
berguna
-
Mengungkapkan dirinya tidak
semangat untuk beraktivitas atau bekerja
-
Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri (mandi,berhias,makan atau toileting)
Objektif :
-
Mengkritik diri sendiri
-
Perasaan tidak mampu
-
Pandangan hidup yang pesimis
-
Tidak menerima pujian
-
Penurunan produktivitas
-
Penolakan terhadap kemampuan
diri
-
Kurang memperhatikan
perawatan diri
-
Berpakaian tidak rapi
-
Berkurang selera makan
-
Tidak berani menatap lawan
bicara
-
Lebih banyak menunduk
-
Bicara lambta dengan nada
suara rendah
|
IV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
-
Harga diri rendah kronis
V.
RENCANA TINDAKAN KEPERWATAN
Dx Kep
|
Perencanaan
|
||
|
Tujuan
TUM : Klien memiliki konsep diri yang positif
TUK :
1.
Klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan perawat
|
Criteria evaluasi
1.
setelah…kali interaksi klien
menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien
mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang di
hadapi.
1.
|
Intervensi
1.
bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapiutik :
-
sapa klien dengan ramah
baikverbal maupun non verbal
-
perkenalkan diri dengan sopan
-
tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang di sukaim klien
-
jelaskan tujuan pertemuan
-
jujur dan menepati janji
-
tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
-
beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
|
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.2000.Keperawatan Jiwa : Teori Dan Tindakan
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Depkes RI.
Stuart,G.W dan Sundeen,S.J.1995. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psyciatric Nursing, oleh Achir Yani S.
Hamid. 3 ed. Jakarta.EGC.
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3.
LAPORAN
PENDAHULUAN
WAHAM
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
WAHAM
II.
PROSES TERJADINYA MASALAH
A.
Pengertian
-
Waham adalah keyakinan terhadap
sesuatu yang salah dan secara kukuh di pertahankan walaupun tidak di yakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Suart dan
Sundeen,1998)
-
Waham adalah keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak dapat di ubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilanmgan kontrol. (Depkes
RI,2000)
-
Waham adalah suatu keyakinan
seseoarang berdasarakan penilaian realitas yang salah., keyakinian yang tidak
konsisten dan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidak mampuan
merespon, stimulus internal dan eksternal melalui proses atau informasi secara
akurat. (Keliat,1999).
B.
Rentang respon
|
|
|
C.
Factor Predisposisi dan
Predispitasi
·
factor Predisposisi
-
factor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal seseoarang. hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannnya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
-
factor social budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dankesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.
-
factor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan,
dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
-
factor biologis
waham di yakini karena adanya atrofi otak, atau
perubahan pada sel kortikol dan limbic.
-
factor genetik
·
factor Presipitasi
-
factor social budaya
waham dapat di picu karena adanya perpisahan dengan
paham yang berarti atau di asingkan dari kelompok
-
factor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinasinogen lainnya
di duga dapat menjadi penyebab waham pada seseorang.
-
factor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
D.
Klasifikasi
-
Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki
kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan
berulang-ulang tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
“ Saya ini pejabat di kementrian kesehatan! “
“ Saya punya perusahaan paling besar di dunia lho….”
-
Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di
ucapakan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
“ Kalau saya mau masuk surga. Saya harus mamakai pakaian
serba putih dan mengalungkan tsbih setiap hari “
“ Saya adalah tuhan yang bias mengendalikan makhluk “
-
Waham curiga
Keyakinan seseoarang atau sekelompok orang berusaha
merugikan atau menciderai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh :
“ Saya tahu….Semua keluarga saya ingin manghancurkan
hidup saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya.
-
Waham somatic
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh :
“Saya menderita kanker” (Padahal hasil pemeriksaan lab
tidak ada sel kanker pada tubuhnya)
-
Waham nihilistic
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang ulang tetapi tidak
sesuai
-
Waham dosa
Keyakinan bahwa dirinya merasa berdosa dan selalu dibayangi perasaan bersalah dengan
perbuatannya, diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
-
Waham yang bizar
·
Sisip piker adalah keyajinan
klien terhadap suatu pikiran orang lain yang disisipkan di dalam pikirannya
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
·
Siap pikir adalah keyakinan
klien terhadap suatu / orang lain yang mengetahui apa yang mereka pikirkan
walaupun ia tidak mengatakannya kepada orang tersebut dan diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
·
Kontrol pikir waham pengaruh adalah
klien yakin bahwa pikirannya selalu dikontrol oleh kekuatan diluar dirinya /
kekuatan aneh, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
E.
Patofisiologi
-
Perasaan diancam oleh
lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya.
-
Individu mencoba mengingkari
ancaman dari objek realitas dengan menyalahkan kesan terhadap kejadian.
-
Individu memproyeksikan pikiran
dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal.
F.
Mekanisme Koping
G.
Pohon Masalah
Effect risiko tinggi perialku kekerasan
Care Problem Perubahan sensori waham
Causa Isolasi social : menarik diri
Harga rendah kronis
III.
MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNCUL ( PERLU DI KAJI )
Masalah / Diagram Keperawatan
|
Data yang Perlu Diambil
|
Perubahan Proses
Pikir :
Waham
|
Subjektif
·
Klien mengatakan bahwa
dirinya adalah orang yang paling hebat
·
Klien mengatakan bahwa ia
memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus
Objektif :
·
Klien terlihat terus mengoceh
tentang kemampuan yang dimilikinya
·
Pembicaraan klien cenderung
berulang
·
Isi pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan
|
IV.
DIAGNOSA KEPWERAWATAN
·
Perubahan proses pikir waham
·
Gangguan proses piker yang di
tandai dengan keyakinian tentang diri dan lingkunagn yang menyimpang, di
pertahankan secara kuat
V.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan
|
Criteria evalauasi
|
intervensi
|
Pasien mampu :
-
Berorientasi kepada realitas
secara bertahap
-
Mampu berinteraksi dengan
orang lain & lingkungan
-
Menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
|
Setelah…..x pertemuan, pasien dapat memenuhi kebutuhannya
Seteklah…x pertemuan, pasien mampu :
-
Menyebutkan kegiatan yang
sudah di lakukan
-
Mampu menyebutkan serta
memilih kemampuan yang di miliki
Setelah…x pertemuan pasien dapat menyebutkan kegiatan yang sudah
di lakukan dan mampu memilih kemampuam lain yang di miliki
|
SP 1
-
Identifikasi kebutuhan pasien
-
Bicara konteks realita (tidak
mendukung atau membantah waham pasien)
-
Latihan pasien untuk memenuhi
kebutuhannya
“da sar”
Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 2
-
Evaluasi keguatan yang lalu
(SP 1)
-
Identifikasi
potensi/kemampuan yang dimiliki
-
Masukkan dalam jadwal
kegiatan harianm pasien
SP 3
-
Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 2)
-
Pilih kemampuan yang dapat di
lakukan
-
Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki
-
Masukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien
|
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.2000.Keperawatan Jiwa:
teori dan tindakan keperawatan jiwa. Jakarta. Depkes RI.
Keliat,B.A.1999. proses Kesehatan
Jiwa. Edisi 1. Jakarta
: EGC
Stuart, G.W. dan Sunden,S.J.1995.
buku saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari pocket Guide to Psychiatric Nursing,
oleh Achir yani S. Hamid.3 ed. Jakarta. EGC.
LAPORAN
PENDAHULUAN
PERILAKU
KEKERASAN
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku Kekerasan
II.
PROSES TERJADINYA MASALAH
A.
Pengertian
-
Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain, di sertai dengan amuk dan
gaduh gelisah yang tidak terkontrol. (Kusumawati dan Hartono,2010)
-
Perilaku kekerasan merupakan
suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yangf dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. (Stuart
dan Sundeen,1995).
-
Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk mellukai orang lain secara
fisik maupun psikologis. (Berkowitz, dalam Harnawati,1993)
-
Setiap aktivitas bila tidak di
cegah dapat mebgarah pada kenmatian. (Stuart dabn Sundeen,1998)
-
Suatu keadaan dimana individu
mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain . (Towsend,1998)
-
Suatu keadaan dimana klien
mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan, termasuk
orang lain, dan barang-barang. (Maramis,1998)
-
Perilaku kekerasan dapat dibagi
dua, menjadi perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik. (Kether et al,1995)
B.
Rentang Respon
Respon
adaptif respon
maladaptif
Asertif
|
Frustasi
|
Pasif
|
Agresif
|
Kekerasan
|
Keterangan :
1.
Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah
tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan
2.
Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan
kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternative
3.
Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan
perasaannya
4.
Agresif
Perilaku yang menyertai marh, terdapat
dorongan untuk menuntut tapi nmasih terkontrol
5.
Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat serta hilangnya kontrol
C.
Factor Predisposisi dan
Predispetasi
·
Factor Predisposisi
a.
Terdapat asumsi bahwa seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan
b.
Berdasrkan penggunaan mekanisme
koping individu dan masa kecil yang tidak menyenangkan
c.
Rasa frustasi
d.
Adanya kekerasan daalm rumah
tangga, keluarga atau lingkungan
e.
Teori psikoanalitik, teori ini
menjelaskan bahwa tidak teropenuhinya kepuasan dan rasa
D.
Klasifikasi
E.
Patofisiologi
|
Ancaman/kebutuhan
|
|
|
|
|
|
stress
|
|
|
|
|
Merasa kuat
|
cemas
|
Merasa tidak kuat
|
|
|
|
Merentang
|
marah
|
Melarikan diri
|
|
|
|
Merasa tidak
teratasi
|
Mengungkapkan secara lain
|
Mengingkari masalah
|
|
|
|
Masalah
berkepanjangan
|
lega
|
Marah tidak terungkap
|
|
|
|
|
Ketegangan
|
|
|
|
|
|
Rasa marah te
ratasi,muncul rasa permusuhan
|
|
Marah pada diri
sendiri
|
Marah pada orang
lain dan lingkungan
|
Depresi psikomatis
|
Agresif/mengamuk
|
F.
Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi
mekanisme koping klien untuk
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
kemarahan. Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah mekanisme pertahana ego
seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.
Perilaku yang berkaitan dengan
perilaku kekerasan antara lain :
1.
Menyerang atau Menghindar
Pada keadaan ini respion fisiologis
timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadp sekresi epineprin yang menyebabkan
takanan darah meningkat, tkikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi
HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai refleks yang cepat.
2.
Menyataka secara Asertif
Perilaku yang sering
ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif, dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik,
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara
fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat
mengembangkan diri
3.
Membrontak
Perilaku yang muncul
biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian
orang lain.
4.
Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atu amuk yanag
ditujukan pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
G.
Pohon Masalah
|
Perilaku kekerasan
|
GPC : Halusinasi
|
|
|
|
Regimen terapiutik inefektif
|
Harga diri rendah
kronis
|
Isolasi sosial : menarik diri
|
|
|
|
Koping keluarga tidak efektif
|
Berduka disfungsional
|
|
III.
MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNCUL (PERLU DIKAJI)
Masalah / diagnosa keperawatan
|
Data yang perlyu diambil
|
Perilaku kekerasan
|
Subjektif :
·
Klien mengancam
·
Klien mengumpat dengan
kaa-kata kotor
·
Klien mengatakan dendam dan
jengkel
·
Klien mengatakan ingin
berkelahi
·
Klien menyalahkan dan
menuntut
·
Klien meremehkan
Objektif :
·
Mata melotot/pandangan tajam
·
Tangan mengepal
·
Wajah memerah dan tegang
·
Postur tubuh kaku
·
Suara keras
|
IV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Resiko mendciderai diri
sendiri, orang lain, lingkungan ybd perlaku kekerasan
·
Perilaku kekerasan ybd
halusinasi
V.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Dx Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria Evaluasi
|
intervensi
|
Resiko perilaku kekerasan
|
TUM :
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
TUK :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
|
1.
Setelah…..x pertemuan klien
menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :
·
Wajah cerah, tersenyum
·
Mau berkenalan
·
Ada kontak mata
·
Bersedia meneritakan perasaan
1.
|
1.
Bina hubungan saling percaya
dengan :
o
Beri salam setiap
berinteraksi
o
Perkenalkan nama,nam
panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi
o
Tanyakan & panggil nama
kesukaan klien
o
Tunjukkan sikap empati,jujur
& tiap kali berinteraksi
o
Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
o
Buat kontak interaksi yang jelas
|
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono, 2010. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa, Jakarta
: Salemba Medika
Stuart, GW. Dan
SUndeen, SI, 1995 Buku Saku Keperawatan Jiwa, Terjemah dari Pocket Guide To
Psyciatric Nursing, oleh Achir Yuni S. Hamid.33rd ed. Jakarta EGC
Towsend, Mary C.
1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3 Jakarta, EGC.
Komentar
Posting Komentar